Alana.Seorang gadis tampak memeluk lengan liat seorang pria yang melangkah tenang di sampingnya, wajah cantik itu tampak terlihat terlalu muda bagi pria yang begitu panas dengan balutan kemeja birunya.
Mereka memasuki bioskop yang begitu ramai, mengabaikan berpasang mata yang menghujam mereka dan menempati kursi disudut ruangan tepat di sisi tembok.
Lampu dimatikan, suasana berubah temaram, gelap diujung tempat yang mereka duduki keramaian manusia tidak membuat si pria menahan dirinya.
Lengan kokoh itu bergerak, telapak tangan kasarnya meraba paha mulus yang terbalut gaun biru, bergerak pelan menelusuri kulit halus bak sutra yang membuatnya menggeram pelan.
"Ajian apa yang sudah kamu perbuat padaku sayang?" Menelusupkan wajahnya ke leher jenjang itu, menyusurinya dengan pucuk hidung mancungnya dan meninggalkan satu kecupan panas.
"Mungkin. . . jaran goyang, Daddy." Desahan menggoda itu membuatnya kembali menyeringai tertahan, menggerakkan jemari panjangnya semakin jauh hingga menyentuh pinggiran berenda itu.
Seseorang diujung tangga memperhatikan mereka dengan sepucuk revolver ditangan. Berjalan mendekati kearah mereka.
"Jangan di sana."
Gadis itu memekik tertahankan, bibir merah menggodanya terbuka, mencengkeram lengan kursi dengan erat menahan desahannya mencuri perhatian."Kenapa sayang?"
Bisikan kasar rendah itu memenuhi indra pendengarannya, bibir panasnya kembali bergerak. Menggigit pelan bahu terbuka gadisnya yang mulai memerah dibawah cahaya temaram."Aku-aku akan mengotori tanganmu, Dad." Ia menggigit bibir bawahnya, memejamkan matanya saat jemari itu menyelinap menyentuh pusatnya yang makin basah dan panas.
"Sayang sekali, ini bukan di ranjang kita."
"Dad-"
Gadis itu memekik pelan, wajahnya semakin memerah saat jemari itu menyentuhnya semakin jauh, semakin dalam, cepat dan liar."Jangan menahannya sayang."
"Oh."
Kedua bibir merah itu terbuka, wajahnya terangkat saat getaran itu menghantamnya dengan kuat. Membiarkan pria itu menjilat jemarinya yang basah sebelum manarik gadis yang masih memerah menikmati sisa kenikmatannya dan melahap bibirnya rakus dengan napas yang terengah.Getaran di sakunya mengganggu kesenangan kecil mereka, pria itu berdecak kesal mengusap layar ponselnya dan sumpah serapah yang berakhir diujung lidahnya saat suara cemas supirnya memenuhi indra pendengarannya.
"Tuan, Romeo dan anak buahnya mengepung gedung ini."
"Beberapa orang kita mati kena tembakan."
Brengsek!
"Hubungi Aslan, aku akan membunuh siapapun yang menyentuh gadis kecilku."
"Dad?"
Pria itu menoleh, menyentuh bibir memerah menggoda milik gadisnya dan kembali menjatuhkan satu kecupan panasnya."Kau akan baik baik saja, Sugar."
Baru saja kata itu terucap, rasa sakit menghantam area kepalanya. Dengan cepat perhatiannya direnggut bersama mengalirnya darah pekat dari telinga sebelah kirinya.
"Daddy." Gadis itu menjerit, beberapa orang yang berada di ruangan yang sama mulai mengalihkan perhatiannya.
"Anak nakal."
Pria yang berdiri dalam kegelapan itu meraih lengannya dengan kasar, berusaha menyeretnya menjauh dari pria yang berusaha mengumpulkan kembali kesadarannya.
"Tania."
"Daddy."
Pria itu menggeram rendah, melihat jemari jemari kotor itu melingkari lengan gadis kecilnya.
"Kau salah lawan bung," desisnya, menyentak kuat gadisnya kearah kursi penonton dan melompat kearah pria berjas hitam buruk rupa yang wajahnya menyerupai gorila. Hingga tubuh keduanya berguling dianak tangga.
"Daddy!"
Beberapa orang ikut memekik saat lampu ruangan itu menyala, kedua tubuh tegap itu bergulat dilantai mengabaikan keributan disekitarnya."Kau harus mati."
Desisnya tajam, menjatuhkan satu kepalan kuat di rahangnya sebelum menghantam sikunya kearah rusuk pria yang terletak dibawahnya.
"Daddy!"
Pria itu bergegas bangkit, menendang tubuh yang hanya mampu mengeluarkan suara tercekat dengan mulut terbuka penuh darah."Ayo!"
"Kepalamu."
Pria itu menoleh, meraih tubuh mungil itu dalam dekapannya dan menjatuhkan satu kecupan hangat di keningnya."Persetan, Sugar selama kau baik baik saja, luka seperti ini bukan apa-apa"
"Tapi Dad."
"Kita pulang?"
Pria itu menunduk, menatap sepasang mata indah yang menatapnya khawatir.Mungkin masih banyak bahaya yang sedang menunggu mereka diluar sana, tapi ia bersumpah tak ada satupun yang boleh menyentuh gadisnya.
Termasuk Romeo.
"Kita pulang."
Putusnya dan mereka beranjak dari tempat itu.Sekian
KAMU SEDANG MEMBACA
SeSum - Selasa Mesum
De TodoKompilasi cerita Mesum untuk yang berumur 21++ Makasih banget buat yang dengan setia dan sabar menunggu hingga hari Selasa, menunggu Apdet Sesum. *geleng geleng pala*