Sesum kali ini akuh persembahkan buat dia yang baru saja meninggalkan kita.
Tema : Pelakor
Genre : Thriller
Ketentuan : Sudut Pandang Pelakor.
Keywords : Buttplug, mata-mata, plagiat.
Spy-cemen
Pria muda yang mendapat julukan ‘Kaisar’ menatap datar ke lembaran kertas laporan. Senyum miring samar nyaris tak terlihat tersungging di bibirnya yang tak tersentuh nikotin. Tatapan mata tajamnya menyiratkan bahwa dia sudah mengetahui isi laporan bahkan sebelum membacanya.
Dia tidak memberikan reaksi berlebihan, hanya memberi lirikan sekilas ke arah agen rahasia yang memberi laporan. Agen rahasia yang seluruh wajahnya terlindung di balik topi yang tidak dilepaskan untuk menghindari kamera pengintai bergidik tanpa sadar saat mendapat tatapan yang tidak menunjukkan emosi apa pun itu.
Hanya sang Kaisar yang tahu wajah si agen rahasia, bahkan anggota organisasinya tak ada yang mengetahui tentang agen yang dikirim untuk menjadi mata-mata di organisasi lain ini.
“Kerja bagus, Buttplug.”
Suara tenang dan tegas membuat agen yang dipanggil Buttplug sedikit tersentak. Entah sudah berapa kali dia berhadapan dengan Kaisar, membawakan laporan yang ingin diketahui Kaisar, tapi tetap saja, aura intimidasi yang dipancarkan oleh sang Kaisar selalu membuatnya gugup setengah mati.
“Te-terima kasih.”
Kaisar mengibaskan tangannya, mengangguk kecil, pertanda Buttplug sudah boleh meninggalkan tempat, tidak boleh terlihat oleh orang lain, tentu saja. Dari sejak awal, tidak boleh terlihat oleh siapa pun sudah menjadi kontraknya dengan pria yang usianya lebih muda darinya, tapi jauh lebih berwibawa.
Menunduk hormat, Buttplug menarik topinya agar makin menutupi wajah, lalu menyelinap keluar melalui pintu rahasia yang hanya ada di ruangan ini.
Menarik napas panjang, seringai perlahan terbayang di wajahnya.
***
“Bagaimana? Sekarang kamu percaya padaku?”
Pria muda yang rambutnya disisir klimis rapi ke belakang, menatap wajah pria berumur 30-an, senyum penuh kepuasan menghiasi bibirnya saat melihat wajah tampan pria yang lebih tua darinya itu memucat.
Di hadapan mereka, televisi layar datar berukuran 42 inci menyala, tontonan erotis terpampang di hadapan mereka. Bukan karena si pria lebih tua tak menyukai tayangan sejenis ini, melainkan wajah perempuan yang sedang mendesah dan menggeliat di antara dua pria kekar.
Wajah cantik yang sangat dikenalinya itu memperlihatkan ekspresi aneh, mata berkabut penuh berahi, bibir dan lidah yang terus menciumi kelamin pria lain sementara bagian bawah tubuhnya juga dijilati oleh pria yang lain.
Dada sekal yang selalu dikaguminya itu diremas gemas oleh tangan berotot, pekikan kecil penuh gairah terdengar saat puting merah mudanya yang mencuat menantang dicubit dan ditarik kasar.
Pria berwajah pucat memalingkan wajahnya, tak sanggup melihat lebih jauh.
“Ale, jangan berpaling. Lihatlah bagaimana istri terhormatmu itu beraksi di atas ranjang. Kamu bahkan belum sampai pada bagian terbaiknya ….”
“Cukup! Hentikan!” Tangannya meraih kerah pria muda, menarik wajahnya mendekat. “Aku akui, aku salah! Puas!?”
Tenang dan tanpa emosi, pria muda menepis tangan yang gemetar. “Ale, apa aku harus merasa puas saat pria yang kucintai akhirnya mengetahui kenyataan bahwa istri yang dibanggakannya tak lebih dari pelacur jalang? Kesedihanmu adalah kesedihanku juga.”
Ale menatap mata Axel dalam-dalam. Tidak terlihat kebohongan di matanya. Pria itu jujur.
“Axel … apa yang harus aku lakukan?” keluhnya putus asa, pada akhirnya menyerah, memilih mempercayai pria yang lebih muda tapi lebih berkharisma darinya. Kepalanya terkulai lemah di pundak Axel. Tidak terlihat olehnya kilatan di mata Axel.
“Serahkan semuanya padaku. Percayakan semua padaku ; jiwamu, tubuhmu, hidupmu ….”
Di layar televisi, Alice, istri Ale tengah bergumul dengan panas. Dua lubang kenikmatan di tubuhnya dihujam bertubi-tubi secara bersamaan, jeritan nikmat terdengar, tapi Ale tak lagi mau peduli. Dia telah memutuskan menyerahkan segalanya pada Axel.
Saat ini, tak kalah dengan istrinya, tubuh berisi Ale juga digumuli oleh Axel.
***
Sebuah tamparan keras mendarat di pipi wanita cantik yang terikat di kursi. Mata si wanita menyala marah, meludah ke wajah penamparnya.
Suara kekehan mengalun dari sudut ruangan. Axel, duduk menyilangkan kaki sambil bersedekap, menatap dingin ke wajah perempuan yang sudah babak belur.
“Mengaku sajalah, Nyonya Alice. Aku tahu kamu dikirim oleh ‘Mother’, mencuri data dan memplagiat seluruh sistem yang aku buat, benar, bukan?”
“Cih! Pengecut! Hanya berani lewat orang lain.”
Axel, atau yang dikenal oleh para bawahannya sebagai sang Kaisar, menaikkan sebelah alisnya dengan senyum menghina.
“Bahkan berada di ruangan yang sama denganmu saja membuatku mual, jangan berlebihan dan menganggap dirimu hebat, pelacur!”
Intonasi sama sekali tak berubah, hanya ekspresi jijik yang diperlihatkan.
"Ale pasti akan mencariku, tunggu saja."
"Ahhh, Ale? Kamu tenang saja, suamimu itu akan kujaga baik-baik."
Wajah lebam terlihat mengerikan dengan mata besar membulat sempurna.
"Apa maksudmu?" desisnya mulai takut. Dia sadar sepenuhnya, pria di hadapannya ini bukan orang sembarangan. Ketenangan dalam bertutur dan tatapan dingin menusuk. Tidak baik. Dia telah salah memilih tempat untuk disusupi.
Orang ini mengetahui semuanya. Semua data yang berhasil dia curi, bukan karena kelihaiannya menyusup, melainkan karena orang ini tahu dan membiarkannya sembari memikirkan cara menjebaknya dalam permainannya sendiri.
"Terlambat. Bagi Ale, kamu meninggalkannya dengan suka rela. Dia tak akan pernah mencarimu."
Petikan jari bagai isyarat kematian. Sang Kaisar menatap dingin mata besar yang membelalak, kian lama kian kehilangan sinarnya.
Selesai.

KAMU SEDANG MEMBACA
SeSum - Selasa Mesum
OverigKompilasi cerita Mesum untuk yang berumur 21++ Makasih banget buat yang dengan setia dan sabar menunggu hingga hari Selasa, menunggu Apdet Sesum. *geleng geleng pala*