Tamagoyaki

3K 22 0
                                    

SESUM 13 Februari 2018

Tema : Pelakor
Genre : Thriller
Notes : Harus sudut pandang pelakor. (Berikan alasan logis kenapa dia melakor)
Keyword : buttplug, mata-mata, plagiat

"Aaahhh ... ahn ... ahhh ... sayang, masukkan ... ahk ... aku ingin penismu," ucapku tak sabar saat aku merasakan lubangku telah cukup siap untuk dimasuki. Buttplug yang tertanam di analku telah dengan sempurna melakukan tugasnya. Bentuknya yang nyaris menyerupai penis menggesek dinding anusku sedemikian rupa hingga membuat ujung penisku banjir dan analku siap untuk diperkosa. Oh, aku membutuhkan miliknya di dalamku, bukan mainan silikon itu.

Dia menarik lepas buttplug itu lalu menghujamku kuat. Aku mengerang. Ini terasa nikmat sekali dengan posisi percintaan doggy style, di mana penisnya selalu berhasil menyentuh prostat mungilku disetiap hentakan. Dalam tempo cepat dan kasar, caranya yang selalu sukses membuatku nyaris gila.

"Oh, Supri ... kesayanganku ...," ucapnya di tengah-tengah kegiatannya yang sedang menggenjotku. Aku bisa merasakan penisnya semakin membesar di dalamku. "Waeyo lubangmu masih tetap seketat ini?" sambungnya lagi, dengan pertanyaan bodoh.

Demi telor, kenapa jiwa alaynya muncul disaat seperti ini, hah! Pakai bahasa korea lagi!

"Fuck, tutup mulutmu dan fokus menggenjot. Sialan!"

"Ya telor, sabar atuh sayang. Sambil menyelam minum mani, sambil menggenjot sambil cerita, gitu. Nyaris sebulan tidak bertemu, sayang," ucapnya lagi, membalik posisiku dengan tiba-tiba hingga membuatku merintih ngilu akibat perputaran yang terjadi di bagian penyatuan kami.

Ugh ... fuck ... Fuck ....

Dengan tangan yang lemas dan gemetaran, aku melayangkan pukulan di kepalanya. Kesal.

"Jangan tiba-tiba, sialan. Jika kau tidak bisa menutup mulutmu. Cabut penis sialanmu itu, dan kembali ke istrimu. Kau dengar, tidak?" ucapku sadis, yang langsung membuatnya menghentikan gerakan intim kami. Dia memandangku dengan matanya yang mulai berkaca-kaca.

Dia menarik napas dalam sebelum membuka mulutnya, "Iya-iya, mianheyo, Supriku sayang," jawabnya serak. Kekanakan sekali.

"Memalukan, dan bisa-bisanya kau klimaks duluan di saat aku sedang marah!" umpatku melayangkan satu pukulan lagi dikepalanya. Memaki saat merasakan semburan hangat memenuhi lubangku dengan deras sementara aku belum mencapai puncak.

"Aku kan tidak tahan. Wajah marahmu itu menggemaskan," jawabnya malu-malu yang tanpa bisa kucegah hatiku berdetak senang mendengarnya

Suara gaduh yang berada di balik pintu menyentak kami berdua, dan hanya dalam hitungan detik setelahnya pintu kamarku terbuka dengan kasar ... aku tak sempat menyadari apa yang terjadi setelahnya saat rasa sakit menyerang kepalaku dan pukulan keras menyentuh pipiku disertai makian.

"Fuck!" umpatku beriringan dengan Galih, kekasihku. Kami terlalu kaget untuk bisa mencegah semuanya, hanya sebentar aku merasakan sakit sebelum kedua pengawalku menarik kasar biang dari kesakitan yang aku dapatkan.

Aku murka, menyadari siapa yang menyerangku.

"Dasar, kau pelacur kurang ajar. Bajingan. Menjijikkan. Kau merebut suamiku. Brengsek! BIADAP! KAU MANUSIA MENJIJIKKAN" raungnya marah, mencoba melepaskan diri dari kedua pengawalku.

Amarah menguasaiku. "Merebut! Cih, kau menyebutku perebut suami orang, hah? Katakan itu pada dirimu sendiri. Kau yang merebutnya dariku. Kau, wanita sialan! Jika saja aku tidak mengingat betapa aku mencintai si bodoh ini dan menghargai keputusan orangtuanya yang ingin mempunyai cucu, sudah sejak lama aku menyingkirkanmu. Sialan! Dan berani-beraninya kau memukulku! Pukul dia!" ucapku dingin, memberi perintah pada pengawalku dan dalam hitungan detik suara rintihan yang memilukan memenuhi kamarku.

Hatiku telah mengeras. Bertahun-tahun. Tidak, aku tidak bisa mengalah lagi. Dua anak sudah cukup sebagai penerusnya dan saatnya menyingkirkan wanita keparat ini.

"Bawa dia pergi. Lakukan apapun yang kalian mau, setelahnya habisi dia, hanya tinggalkan sepasang tangannya dalam toples kaca yang bagus.  Aku ingin menghukum tangan keparat yang berani menyakitiku. Kalian dengar!" titahku yang langsung dituruti kedua pengawalku. Mereka membungkuk hormat sebelum menutup pintu dan meninggalkan kami. Menyeret wanita keparat itu dengan cara yang tidak manusiawi.

"Cih, dasar plagiat. Kata-katamu Supri, sayangku. Kau pikir aku tidak hapal, darimana kau mendapatkan kata-kata mutiara itu, hah! Dasar, korban novel." Galih mencibir santai, tangannya menarik daguku hingga aku dan dia saling menatap, dia tersenyum seolah kejadian yang baru saja terjadi tidak pernah ada.

Pandanganku yang keji seketika luntur dan berganti dengan senyuman manis, "Kau terlalu mengenalku, sayang. Ah, aku nyaris saja lupa. Mata-mata wanita keparat itu. Aku tidak menyangka, istrimu yang memuakkan itu mau saja membiarkan sumurnya dipenuhi oleh penis pembantuku demi mematai kita. Aku tidak sabar menguliti Seblak, mengiris lidahnya, dan mengeluarkan isi otaknya untuk dimakan oleh anjing ibu. Kau tidak keberatan kan, sayang?" bibirku membentuk seringaian keji yang dibalas Galih dengan senyuman miringnya yang mempesona. Oh, dasar si bodoh berkepribadian ganda. Kesayanganku.

"Lakukan apa pun yang membuat hatimu senang, sayang."

Biar dunia menyebutku perebut suami orang -pelakor-aku tidak peduli. Aku hanya mengambil kembali milikku. Anggap saja selama pernikahan mereka, aku merentalkan si bodoh ini, tepatnya memberi sedekah sebagian benihnya.

"Ibuuuuuuuu ...," tangisan anak kecil yang memilukan terdengar di luar, "jangan bawa ibuku ... ibuu ... ayahh ... tolong ibu, yah ... ayahhhhh ...."

Selesai.

SeSum - Selasa MesumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang