Budak Seks

28.1K 114 1
                                        

SESUM

Judul : Budak Seks.
By. Pee

Aku mengambil langkah cepat. Dia ada di sana dan itu tidak baik untukku. Menyusuri gang sempit, kucoba berlari di antara pertokoan.

Dia semakin dekat.

Kucoba bergerak lebih cepat, berusaha untuk tidak tertangkap. Dia berbahaya untukku. Tak tahu berada di mana, aku terus berlari menyusuri jalan.

Bunyi suara tembakan terdengar nyaring di telingaku. Mencoba mengabaikan, aku terus berlari. Bisa kurasakan langkah itu semakin dekat. Kakiku mulai lelah, satu jam lebih aku berlari.

Hingga sentakkan itu mencengkeram kuat. "Mau lari ke mana, Bitch!"

Sial! Dia berhasil menangkapku.

"Lepaskan, Berengsek!"

"Kau pikir bisa lari dariku, huh?"

"Lepaskan!" Masih memberontak, kucoba melepaskan diri. Kedua tangannya mengikatku dengan tali. Terasa kencang, aku akan terluka jika memaksa untuk melepaskannya.

"Diamlah! Mulut sialanmu itu lebih pantas mendesah, bukan berteriak."

Berengsek!

Menatap sinis, aku meludahi wajahnya. "In your dream! Lebih baik aku mati daripada kembali menjadi pelacurmu!"

"Wow, kau lebih memilih mati daripada mengerang di bawahku? Nice choice, Baby. Tapi itu hanya ada dalam mimpimu, karena aku akan menjualmu sebagai budak. Aku sudah menyiapkan neraka untukmu, Pelacur Kecil." Pria itu terkekeh.

"Dasar iblis! Kau terlalu kejam sebagai manusia."

Tidak puas telah mengurungku sebagai budak seks. Sekarang dia ingin menjualku?

"Ya, aku pria kejam dan pria kejam inilah yang selalu membuatmu dalam kenikmatan."

Sial! Kalimat yang keluar dari mulutnya berhasil membungkamku.

Aku telah melakukan hal salah dengan menentang mafia nomor satu di New York. Sekuat apa pun aku mencoba lari darinya, dia akan selalu menemukanku.

Rasanya ingin kukeluarkan semua caci dan maki pada pria yang sialan tampan bernama Calvino. Namun, senjata di tangannya buatku mengurungkan niat. Dia terlalu berbahaya.

"Hentikan, Vin. Biarkan aku pergi. Aku lelah ...."

Vino menarik tubuhku ke sudut pertokoan. Penerangan begitu minim di sini sehingga terlihat remang-remang.

"Apa kau bilang? Membiarkanmu pergi?" Besar tubuh Vino yang mirip gorila itu menghimpit dan menekanku kuat. Aku bisa merasakan miliknya di atas perutku.

"I-iya ... biarkan aku pergi. Ah ...." Aku tak bisa menahan diri ketika lidahnya bermain di telingaku. Dia tahu di mana kelemahanku.

"Kau tak akan pergi ke mana-mana, Sayang. Kau milikku."

Aku kehabisan kata ketika tangan Vino bergerak di atas pusat tubuhku. Meski tertutupi, tapi dia berhasil membuatku basah di bawah sana.

Andai saja aku tidak mencampuri urusan pria itu dengan melaporkan bisnis gelapnya, mungkin saat ini aku masih berada di apartemen sembari membaca novel.

Tangan Vino bergerak lincah. Aku semakin tak berdaya dibuatnya. Oh ... ini tidak baik. Aku akan kehilangan keseimbangan jika dia tidak menahan tubuhku. "He-hentikan ...."

Aku kembali memohon, tidak ingin melakukan seks di ruang terbuka. Lebih baik melalukan seks di atas ranjang ternoda, setidaknya hanya dia yang menikmati ketelanjanganku. Tidak di ruang publik yang sewaktu-waktu ada orang datang melihat aktifitas kami.

"Tidak bisa, Sayang. Ini hukuman buatmu karena telah berani lari dariku."

Merasakan tangannya di atas kulitku. Sepertinya dia berhasil menelanjangiku.

"Vin ...." Aku mendesah. Pria sialan itu memasukkan dua jemarinya ke pusat tubuhku. Aku ingin lebih!

"Yes, Baby. Mengeranglah ... itulah gunanya mulutmu," desah Vino di telingaku.

Aku bergerak gelisah, bagai terkena jaran goyang hingga tak berdaya. Jemari itu keluar masuk begitu kuat. Aku akan sampai tanpa miliknya di dalamku. Menengadah, aku mencoba mencari pelepasanku.

Tunggu .... Apa-apan ini?

Aku menatap jengkel ke arah Vino.

"Kenapa? Merasa kehilangan?" Dia tersenyum sinis, "Memohonlah ...."

Aku kalah. Milik Vino selalu membuatku tak berdaya, harus kuakui itu. Dan aku ingin miliknya berada di dalamku. Sekarang!

"Please, Master."

"Gadis baik."

Tak menunggu lama, dia memasukkan miliknya ke dalam diriku. Sesak dan penuh.

"Jangan mencoba lari dariku atau kau akan tahu akibatnya." Aku mengangguk, mengiyakan. Tak ingin melawan karena aku butuh dirinya berada di dalamku.

Aku mengerang ketika Vino menekan miliknya semakin dalam. Bergerak seirama, menghasilkan suara kecipak yang memecah keheningan malam.

"Kau begitu nikmat, Ella."

Bibir yang selalu mengeluarkan kalimat sampah itu membelaiku, meninggalkan jejak basah. Aku semakin tak berdaya di bawah kuasanya.

"Vin ...." Pria itu membawaku naik pada tanjakan tertinggi. Rasa nikmat itu mulai menggerogotiku dalam ketidakberdayaan.

"Tahan!" Dia memberi perintah. Mencoba menahan sekuat aku bisa. Berharap bertahan dari gelombang yang akan segera datang.

"Vin ...." Aku tak bisa menahannya lagi. Aku akan sampai.

Vino bergerak semakin cepat. Keluar-masuk. Hingga gelombang itu semakin kuat.

"Bersama, Sayang."

"Ah ...." Kami mengerang bersama.

Gelombang kenikmatan itu datang bersama cairan cinta yang tertuang dalam rahimku. Terasa hangat dalam tubuhku.

Hingga sisa kenikmatan itu membawaku pada akal sehat bahwa selamanya aku akan terkurung pada neraka yang dibuat oleh Vino untukku.

The End.

SeSum - Selasa MesumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang