Russian Spy

1.5K 14 2
                                    

SESUM 20 Februari 2018

Tema : Agen Ganda
Genre : Misteri, Action

Keyword : pengkhianat, akting, tampon

**

Wanita. Sedalam apa isi hatinya hanya ia yang tahu. Setia ataupun tidak, hanya ia yang tahu. Watak di balik wajah cantik itu pun, hanya empunya yang tahu.

Teman? Sahabat? Suami? Bukanlah sebuah jaminan.
Bahkan yang melahirkannya pun, bukanlah suatu jaminan isi hatinya diketahui.

Namanya Romanov. Nama yang entah sampai kapan harus ia sandang. Begitu misi yang ia emban selesai, identitas baru harus ia miliki. Karena di mana ia berpijak, akan ada kematian yang ia torehkan juga cap sebagai penghianat harus ia terima. Namun, tanpa jejak. Sama sekali.

Misi yang ia jalankan bukan lagi atas perintah atasan. Ia melakukannya untuk menyelidiki masa lalunya.

Kali ini ia harus menjalankan akting sebagai seorang balerina cantik yang lemah lembut. Namun, cukup kuat dan menarik untuk menjadi simpanan seorang Penjaga Kode Keamanan Pemerintahan di Rusia.

Pendekatan yang ia lakukan dengan bekal kemolekan tubuh, kecantikan serta kepintaran, sudah membawanya ke lingkup yang seharusnya.

Ia tengah duduk sembari menerawang sebuah guci antik di hadapannya yang berdiri bergeming di atas sebuah nakas mewah penuh ornamen keemasan seperti daun Zaitun. Data dan segala yang ia mau sudah di tangan. Ia hanya perlu melakukan tugas penutup.

Ia tengah menunggu sembari duduk di atas sebuah ranjang besar nan nyaman dengan sebuah gelas berisikan anggur termahal digenggam di tangan. Pakaiannya melekat pas di tubuhnya. Minim nan seksi, tapi tidak berkesan terlalu murahan.

Ia berpaling saat pintu kamar mandi terbuka dan sebuah suara memanggilnya mesra. Seolah, ada tuas yang mengaktifkan dirinya untuk segera menjalankan peran.

Nafsu. Kesempatan. Mangsa yang tepat. Sudah terpenuhi dengan sempurna sampai akhirnya hanya keinginan untuk bergulat dalam panas berahi saja yang ada dipikiran.

"Hmmh ... ummff ... haahh ...."

Desahan pelepasan atas dasar kewajiban dan kenikmatan hambar, sudah menyatu dengan erang nafsu berahi aura pejantan yang harus terpuaskan.

Nafsu yang tidak tahu jika saat itu adalah pelepasannya yang terakhir.

Pria itu mengentak kasar tubuh ramping yang sudah  setengah bugil. Saking terbuainya, tak berpengaman pun bukanlah masalah. Toh, Romanov sudah tidak memiliki rahim yang perlu setiap bulan baginya untuk  mengenakan tampon.

Romanov sudah mati sebagai seorang wanita yang tabu akan hal persetubuhan itu. Ya. Bersetubuh adalah sebuah alat pelicin misi sekarang.

"AHK! Ugh ...."

Itu bukanlah lenguh kenikmatan. Tentu saja. Sebuah pisau perak yang tak berbobot dan entah muncul dari mana, telah tertanam apik di dada si dominan. Jemari lentik Romanov sudah melakukan tugasnya selihai tangan pesulap.

Saat bergulat penuh desah erotis, taring dingin dari lekukan senyum menawan yang tadinya mendesah, mencabut nyawa di tubuh dominan. Taring berupa pisau perak ramping yang bisa terselip di bagian mana pun di tubuh Romanov.

Tanpa membuang waktu, Romanov turun dari tubuh yang telah lemas tanpa nyawa. Ia tidak sedikit pun meringis atau mendesah saat kejantanan besar yang menggenjotnya tadi tertarik keluar dari alat vitalnya yang rapat tanpa pelumas.

Kewaspadaannya jauh lebih tajam dari pisau yang ia bawa dan sesegera mungkin ia harus pergi dari sana. Karena begitu nyawa si pria melayang, alarm di rumah mewah itu berbunyi dengan nyaring.

Romanov mengenakan pakaian ketat yang sudah ia selipkan sedemikian rupa dalam tasnya. Ia bergerak tanpa suara keluar dari kamar.

Wajahnya yang cantik begitu datar tanpa emosi saat ia menghabisi seorang penjaga. Ia melompati tubuh tegap tinggi si penjaga lalu membanting tubuh yang lebih besar darinya itu dengan menggunakan bobot tubuhnya sendiri dan bantuan gravitasi.

Tanpa perlu alat ataupun berlama-lama, leher si penjaga diputar kuat sampai berderak patah. Romanov beranjak dan kembali mengendap-endap pergi. Satu dua penjaga ia tangani semudah membalikan telapak tangan.

Sampai akhirnya seluruh rumah mewah itu gaduh dan dipenuhi oleh penjaga, ia sudah berjalan anggun keluar dari sebuah ceruk selokan pembuangan. Pengalaman matang dari setiap misi, menjadikannya sangat licin untuk penjagaan seketat apa pun.

Ia menarik lepas pakaian ketatnya yang basah dan beraroma busuk. Kegelapan malam menjadikan tubuh bugilnya samar-samar jika pun ada yang menatapnya.

Tapi tanpa diduga, seorang pria yang telah lama memburunya, berdiri menghadang jalannya di ujung lorong.

"Menarik. Sayang kau sudah kulihat bukan seperti manusia. Apalagi wanita ...." Suara berat berseragam lengkap itu berdiri dengan acungan pistol di tangan tepat ke arah Romanov.

Romanov tidak punya waktu lagi. Flashdisk mini yang tersembunyi dalam vaginanya harus segera ia amankan. Tapi, sepertinya ia harus kembali berkelahi dengan tubuh bugil seperti saat di karantina dulu.

Romanov bersedekap. "Pria terhormat tidak melukai wanita, kau tahu? Telanjang pula ...."

"Sudah kukatakan, kau bukan wanita!" Pria itu menembakkan pistolnya seketika.

Namun tentu saja Romanov lebih gesit. Ia berlari menghindar ke arah tumpukan barang lapuk lalu melempari si pria dengan balokan kayu bekas yang ada di sana.

Pria itu kena telak sebuah balokan kayu lapuk dan membutakan pandangannya sesaat dengan serpihan yang berjatuhan.

Romanov mengambil kesempatan itu untuk menyayat tubuh si pria dengan balokan kayu yang ia raih, lengkap dengan paku-paku di ujungnya. Pisau peraknya ia lempar ke penjaga terakhir saat ia pergi meloloskan diri tadi sayangnya.

"ARRGH! Sial--"

Pistol terlempar dari tangan karena tendangan. Balokan kayu patah dan hancur. Pukulan dan layangan kaki bersarang saling menyusul ke tubuh. Sampai akhirnya si tubuh ramping menarik patah lengan si pria yang tertindih dan sudah meraih leher empunya.

Romanov berbisik, "Kau ingat siapa kakak iparmu? Kau belum bertemu dengannya, bukan?"

Si pria membulatkan mata. "K-kau! Tidak mung--uhk!" Kepalanya ditarik ke belakang dengan kuat.

"Tugasku belum selesai, Adik Ipar. Berikutnya, semoga kakakmu tidak nekat menyelidikiku. Aku ingin mengumpulkan yang kuperoleh dengan maksimal. Membongkar identitasku, bukanlah hal yang kuinginkan terjadi sekarang. Ada suami yang harus aku layani dengan baik untuk saat ini."

"Tid--"

KRAAK!

Romanov mengakhiri ucapan Adik Iparnya itu. Kematian dalam tugas adalah salah satu keuntungan Romanov untuk menghabisinya. Salahkan dirinya yang menghalangi.

Romanov harus segera menyelesaikan rencananya untuk membalik tabir identitasnya yang mulai menghantui.

Tamat.

SeSum - Selasa MesumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang