Duo Polisi Mesum

136K 323 9
                                    

Sesum by Biduan Waria



Debam kencang terdengar dari gudang besar terpencil di distrik Konoha. Rentetan senjata buat kedua polisi yang bersembunyi di balik kontainer di lantai dua diam merunduk. Persenjataan habis, hanya tersisa beberapa selongsong peluru juga pisau lipat di saku. Bala bantuan sedang dalam perjalanan, sementara mereka terjebak di sana tanpa bantuan.

Hidup atau mati.

Dua hasil gambling yang akan mereka dapati, jika salah satu kesalahan atau keberuntungan menghampiri. Beberapa teriakan bergaung di gudang besar tepat di lantai bawah. Sebelum mereka masuk ke dalam gudang, polisi berambut hitam menjambak rambut temannya. Kemudian menaruh beberapa helai ke arah yang berbeda. Entah berhasil atau tidak, namun setidaknya hanya itu perangkap yang terpikir di polisi bermarga Uchiha.

Untungnya, sampai saat ini tak ada yang menghampiri mereka hingga ke atas.

“Mereka ada di gudang ini?!”

“Bos, ada jejak rambut mengarah ke arah pantai!”

“Selidiki! Jangan beri mereka ampun!”

“Baik!”

Derap langkah terdengar menjauh dari pintu gudang. Polisi berambut pirang menghela napas panjang. Setidaknya lega sebab lawan tak banyak berkumpul di bawah.

“Bagaimana ini, Sasuke?” Polisi berambut pirang berbisik pelan.

Pria berambut hitam diam tak berbicara. Ia masih mengamati beberapa antek penjahat yang berjalan mengitar di lantai bawah gudang. Keadaan sekiranya tenang, antek hanya berkumpul di bagian depan pintu, juga di pojok kanan. Kentara tak becus untuk mencari calon tawanan.

“Apa perlu aku jadi tumbal?” Kembali ia tanyakan sebab partnernya tidak menjawab. Didekatkan tubuhnya hingga jemari menyentuh paha. Mengelus lembut hingga melewati selangkangan. “Sasuke, jawab ....”

Napas tertahan terdengar di telinga pria pirang. Mendadak tubuhnya ditekan kuat ke kontainer hingga tubuh mereka tertempel erat. Bingung dengan keadaan, dilihatnya Sasuke dengan menengadah.

Mata hitam Sasuke menyipit setengah, deru napas terdengar berantakan. Paras tampannya dihiasi semburat merah. Persis seperti orang terserang demam. Maka paniklah polisi pirang, didekatkannya wajah mereka agar ia bisa memeriksa keadaan.

“Oi, Sasuke, kau kena—uh!” Tangan digenggam kuat oleh jemari putih berlapis sarung tangan. Bibir menempel di dekat telinga, hingga embusan napas hangat meraba sisi wajah.

“Aku mau jatah. Sekarang,” bisiknya pelan di telinga pria pirang.

Mata biru langit membelalak. Ia hampir terkesiap jika tidak segera menutup mulutnya. Dipandangnya aneh partnernya yang sekarang meraba sisi paha.

“Apa maksudmu, Berengsek?! Jatah? Di sini? Dalam keadaan ini?! Kau terkena jaran goyang?!” jeritnya sambil menahan intonasi.

“Kau yang salah. Tanggung jawab dengan memberiku jatah. Sekarang juga, Naruto.”

“Hah?! Kau bercanda, Berengsek! Musuh ada di bawah! Kau gila apa?!”

“Tidak gila. Hanya butuh pelampiasan. Tunggingkan pinggulmu. Keadaan menegangkan sialan ini buatku begini,” ujarnya dengan muka datar.

Muka melongo masih diperlihatkan Naruto. Ia bolak-balik melihat wajah Sasuke juga selangkangan tertutup celana. Gundukan besar terlihat menggoda, tentu ia tahu seberapa ukuran partner yang juga menjadi teman ranjang ternodanya.

“Kau gila! Ini bukan di rumah, Sasuke!” Suara masih dipelankan sekecil mungkin.

“Seks bisa dilakukan di mana saja. Tak mesti di ranjang, bukan?”

Ingin sekali Naruto jedotkan kepalanya ke kontainer terdekat. Maka diliriknya sekali lagi wajah juga selangkangan, lalu keadaan di bawah, kemudian kembali lagi ke paras tampan. Ketika wajah datar itu mulai berpeluh seakan menahan berahi tak tertahan, ia pun menungging, lalu membuka dan memelorotkan celana hingga sepaha.

“Tapi yang cepat ... dan jangan buat aku berteriak.” Komentarnya dengan wajah memerah juga mata memejam penuh malu akan keadaan.

Seakan tak menunggu lama, Sasuke segera menurunkan celana, menjamah kejantanan yang mengeluarkan precum di ujungnya. Ia mendesah pelan, masih dengan posisi menunduk. Jemari satunya meraba bokong kenyal yang siap ia gagahi.

Cairan yang keluar ia kumpulkan di ujung jari, lalu dibalurkan di kerutan mungil yang biasa ia masuki. Terlihat beberapa kali Naruto mengintip dari posisi tungging, kentara turut tak sabar akan datangnya benda gemuk panjang yang biasa ia rasai. Tanpa aba-aba, dimasukkannya tiga jari ke dalam lubang, dengan gerakan keluar-masuk yang tak beraturan.

Terdengar samar napas tertahan dari partner yang sekarang menutup bibir. Keadaan sepi di sekeliling buat pendengaran Sasuke menajam. Bunyi bisik dari arah bawah, juga kecipak kecil berasal dari lubang juga pelumas dadakan yang ia gunakan. Desah kecil juga geram terdengar dari arah Naruto, sesekali pinggul bergoyang seakan menyesuaikan gerakan jari partnernya.

“Sa-Sasuke ... cepat ....”

Sasuke tak mendengarkan. Malah semakin menjadi dengan jemari yang sengaja menggerus titik prostat tanpa jeda. Lenguhan kecil juga pinggul naik turun menjadi penyedap dalam seks jahanam.

Mendadak jemari sawo matang mencengkeram lengan, menggenggam kuat, lalu menarik hingga telinganya berada dekat dengan bibir merah. “Cepat, Berengsek, gagahi aku ....”

Seringai kecil menyerta paras tampan. Tak menunggu lama, dihujamkan kejantanan ke dalam lubang yang telah menunggu dirinya. Belum sempat Naruto melenguh nikmat, bibirnya dibungkam bibir Sasuke hingga suara mereka teredam. Gerakan mereka tidaklah lambat. Brutal bagai gorila adalah kesukaan keduanya, hingga tak terhitung berapa kali per ranjang mereka lepas.

Kecipak basah menjadi penemani melodi lumatan bibir kedua pria. Tak terasa waktu terlewat, hingga Sasuke mengeluarkan cairannya di dalam tubuh pria pirang. Ciuman terlepas, dengan mata sayu yang masih saling tatap. Desah napas keduanya hanya terdengar di sekitar, tak sadar jika ada langkah kaki yang mendekat.

Mendadak pria berbadan kurus menatap kedua pria yang masih menyatu. Bola mata cokelatnya membeliak bersamaan dengan dua pasang mata yang balik menatap.

“MU-MUS—”

Dengan sigap, Sasuke membekap mulut, lalu memposisikan diri di balik tubuh pria kurus dan dipukulnya kepala dengan ujung pisau. Gerakan itu terjadi hanya dalam sekejap. Tentu akan terlihat keren jika celana yang dipakainya tidak menggantung tara paha.

Sialnya, ada yang menyadari teriakan pria kurus, hingga berbondong teriakan juga jeritan terdengar dari arah bawah.

Segera Sasuke menaikkan juga mengancingkan celana, lalu memeriksa keadaan Naruto yang sama sigap. Pria bongsor menghampiri dengan langkah cepat, beberapa tembakan mengenai kanan-kirinya. Ia merunduk saat tangan besar mengarah ke kepala, menyayat lengan hingga darah mengucur deras. Pria itu berteriak, menggenggam sisi lengan.

Tanpa menunggu lama, Sasuke menarik Naruto yang masih menunduk. Mereka berlari ke arah samping, menghindar kawanan pria yang menembak tak tentu arah.

Langkah partnernya tertatih-tatih, Sasuke menahan diri untuk tidak mendengus tawa. Tak disangka dari balik kontainer belakang, muncul pria yang membekap leher Naruto hingga hampir terjungkal.

“Naruto!”

“Haha! Kudapatkan ka—”

Belum sempat penjahat itu menyelesaikan kalimat, tubuh pria itu dibanting keras hingga terjerembap.

“Jangan main-main denganku, Keparat!” teriak Naruto kencang hingga menggaung di sekitar gudang.

Antek semakin banyak berdatangan dari segala arah. Posisi kedua polisi tidaklah baik jika ditilik keadaan. Mereka berdua hanya bisa bersikap awas.

“Jika aku mati, aku akan mencekikmu di neraka, Berengsek. Salahmu meminta jatah di keadaan genting,” desis Naruto sambil menatap sekeliling.

“Setidaknya aku tidak mati dengan kelamin tegang, Bodoh. Lagipula ...,” dipandangnya arah luar tepat saat sirine berbunyi nyaring, “bala bantuan telah datang.”

.

.

“Astaga! Kalian sembrono sekali!”

Cengiran lebar hanya bisa diberikan Naruto sambil menggaruk kepala. Sasuke bersedekap, seakan tak peduli dengan kekhawatiran partner wanita.

“Sudah kubilang segera panggil bala bantuan! Bukannya sok menghajar ketua, baru memanggilku dan kawan-kawan! Kalian pikir kalian pahlawan super apa?!” jerit Sakura kesal.

“Sabar, Sakura-chan. Lagipula musuh sudah tertangkap, bukan?”

“Bukan begitu! Lalu—hm? Bau amis apa ini?”

Refleks, Naruto meraba pantat. Memeriksa celana apakah ada cairan yang tertembus atau tidak. “A-amis apanya?!”

“Um, seperti ... bau amis yang—hei! Sasuke! Kenapa kau bawa Naruto pergi! Oi, kalian berdua!”

Kedamaian di Konoha kembali datang. Terima kasih kepada duo polisi mesum yang sempatnya bercinta di gudang!


END

SeSum - Selasa MesumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang