Chapter 1⚫Bad Boy

76 4 0
                                    

Aku kenal siapa sosok lelaki tengil yang sekarang sedang ketawa-ketiwi bersama dengan teman-teman lelakinya. Aku mengenalnya cukup lama dan selama itu pula aku membencinya. Aku bukan gadis gila yang tiba-tiba membenci lelaki yang populer dan berparas tampan kata orang-orang. Aku, Veny Candra Pitaloka, adalah gadis yang dibuat terbakar emosi oleh lelaki tengil bernama Ferdy van Antonio.

-------

Sepulang sekolah, aku berjalan dengan santai bersama seorang sahabatku. Sebut saja dia Ayu karna begitulah orang-orang memanggilnya. Kita berdua berjalan di pinggir lapangan basket karna hendak menuju parkiran. Awalnya semua berjalan dengan baik tapi tiba-tiba berubah ketika air mineral bekas tumpah dari koridor lantai atas yang membuat Ayu basah kuyup. Langsung saja aku mendongak ke atas. Kulihat manusia tengil itu sedang sembunyi sambil menahan tawa bersama benerapa temannya. Mungkin karna ia salah sasaran. Siapa lagi kalau bukan Ferdy.

"WHATT!!? SH!T!!!", gertak Ayu karena kesal sambil mendongak ke atas mencari tau siapa gerangan yang mencari masalah dengannya.

"Duhh Yuk, seragam lo jadi basah semua gini. Sorry ya" aku yang akhirnya harus minta maaf pada Ayu.

"Kenapa elo yang minta maaf? Kan elo nggak salah. Bukan elo yang nyiram gue dengan sengaja kayak gini." terlihat jelas raut bingung diwajah Ayu.

"Well, emang bukan gue Yuk yang lakuin ini ke elo. Tapi . . ."

"Udah ah balik aja yuk. Gue udah nggak betah nih. Awas aja besok kalo ketemu orangnya gue bunuh!"

"Buset serem amat Yuk"

Aku sangat merasa bersalah. Ayu tidak tau apa-apa tapi gara-gara sama aku dia yang jadi kena getahnya. Dasar laki-laki tengil tak berguna. Umpatku dalam hati.

•••

Hari ini SMAN 2 Bhakti Mulia mengadakan upacara bendera karena ini hari Senin. Sialnya aku bangun kesiangan hingga hampir saja terlambat tiba di sekolah. Sekarang aku sudah duduk di kelas XI IPS 1. Malu dong nanti diliatin adek kelas kalau sampe telat.

Dengan nafas yang terengah-engah dan langkah yang tergesa-gesa aku sedikit berlari menembus kerumunan siswa-siswi yang hendak menuju ke lapangan. Tanpa sengaja aku menabrak dengan keras salah satu bahu siswa. Maklum karena posisinya juga lagi pada dorong-dorongan.

"Anju! Punya mata nggak sih lo?!" Sang pemilik bahu itu, Ferdy, bertanya dengan kasar seolah tidak terima diperlakukan kasar olehku.

Aku mendesah sebal. Seolah kenal dengan suara itu langsung pergi mengacuhkanya. Tak mau ambil pusing dengan berdebat. Toh itu hanya membuang waktu. Saling menyalahkan dan mengklaim bahwa diri sendiri yang benar.

"Anju lo malah pergi gitu aja! Takut?" pertanyaanya disambut gelak tawa geli teman-temannya.

Setibanya di lapangan aku langsung menyusup dari belakang barisan untuk mencari posisi baris yang tepat.

Dear, My Possessive EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang