"Jadi lo tadi dihukum apa sama Pak Darko?" tanya Ayu membuka percakapan.
Pikiranku melayang sejenak pada kejadian yang menjengkelkan tapi lucu siang tadi. Tak sadar aku mengulum senyum mengingat hal itu.
"Kok lo malah senyum-senyum sih Ven, hayo lo ada sesuatu ya sama Ferdy?" selidik Ayu.
"Hah? Sama Ferdy? Jadi lo tadi di hukum sama Ferdy Ven?" shock Bianca mendengar pertanyaan Ayu.
"Lo kemana aja sih Ca?" aku memutar bola mata malas.
"Sorry Ven, kan gue nggak tau kejadiannya kayak gimana tadi. Eh cerita dong kenapa bisa sampe dihukum sama Ferdy" pinta Bianca.
"Ya gitu. Gegara dia kagak mau ngalah. Yang pegang ice cream gue duluan tapi dia ngerebut tu ice cream dari gue. Jadi rebutan deh kita, trus tiba-tiba Pak Darko dateng dan Ayu udah ilang gitu aja."
"Hahahaha" Bianca tertawa nyaring.
"Ck, kok lo malah ketawain gue sih Ca?"
"Abisnya lo tu ada-ada aja deh pake acara rebutan ice cream segala. Nggak bahagia apa masa kecil lo? Hahaha"
"Sial. Lo malah tambah ngerusak mood gue tau nggak"
"Hehehe sorry Ven sorry, sensi banget sih. Trus lo disuruh apa sama Pak Darko?"
"Bersiin ruang berkas"
"Berdua aja gitu?" tanya Ayu.
"Ya iya lah mau sama siapa lagi coba?"
"Cieeee. . ." candaan Bianca dan Ayu malah membuatku ilfeel.
"Apaan sih kalian, itu juga karena terpaksa"
"Ada kejadian-kejadian aneh gitu nggak Ven katanya---"
"Nggak ada" potongku cepat.
"Kalo kejadian lo sama Fer--"
"Nggak ada guys please deh"
"Kok gue nggak percaya ya?" Bianca menatapku intens.
"Serah deh, gue gak peduli. Titik"
Aku membuang pandanganku pada strawberry float yang kupesan tadi. Lebih baik menikmatinya dan mengembalikan mood yang sempat ambyar gara-gara ulah dua kunyuk dihadapanku sekarang.
"Oya Ven, btw lo belum selesaiin cerita lo sama Ferdy lho. Tega lo gantungin cerita ke kita?" tanya Ayu.
"Gue tu lagi males banget Yuk kalo harus bahas moodbreaker itu lagi. Dari tadi topiknya nggak lain dia mulu. Dari siang juga udah sama dia mulu"
"Yaudah deh kalo lo nggak mau cerita sekarang, gue gamaksa kok. Balikin aja dulu tuh mood lo" ucap Ayu dengan senyum manisnya.
"Tumben kalem" tanyaku.
"Kalem salah, kaya TOA masjid apa lagi. Huft" keluhnya.
Mendung tebal menggantung di langit sore ini. Sepertinya kota metropoliran ini akan diguyur hujan sore ini. Kulihat lalu lalang kendaraan pribadi yang ingin cepat sampai supaya tak kehujanan.
"Nahh lo! Ketemu!" tiba-tiba Bianca berteriak sambil menunjuk tabnya dengan semangat. Sampai-sampai ada pengunjung lain yang menatap tak enak ke arah kami.
"Ca, bisa nggak sih nggak norak!?" gertakku padanya.
"Ini nih, ini yang lo bilang nggak ada kejadian aneh. Trus ini apa coba?! Jelasin sama gue sekarang!" omel Bianca sambil menunjukkan tabnya.
Mataku membulat sempurna melihat rekaman CCTV pada tab milik Bianca. Tentu saja karena dalam CCTV itu terekam adegan najis yang tidak sengaja terjadi tadi siang. Adegan dimana Ferdy dan aku saling berteriak dalam pelukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, My Possessive Enemy
Teen Fiction[WARNING 18+]⚠Relasi aneh dari dua insan yang tidak pernah sehati namun tak pernah terpisah. Tak saling memahami, namun akhirnya saling mengikuti kemanapun angin membawa mereka pergi. ⚫ Ferdy: "I just wanna see. I just wanna see how beautiful you ar...