Chapter 2⚫GOLDEN LIFE

31 0 0
                                    

"Ada PR kah anak-anak?" tanya Bu Lena, guru sosiologi.

"Tidak Bu Lena" jawab Andry dengan lantang.

"Ah masa sih, sepertinya ada kok yang halaman 25 itu kan ya? Bener nggak Mil?" tanya Bu Lena pada Milly, murid terajin yang pernah ada.

"Iya Bu, benar" jawab Milly lirih yang kemudian mendapat desahan sebal dari Andry.

"Sok rajin banget sih pake bilang ada pr segala"

"Andry belum ngerjakan ya?" tanya Bu Lena pada Andry.

"Udah kok Bu tapi kurang" bohongnya.

"Coba sini ibu lihat"

"Nggak jadi ding bu saya belum ngerjain hehe" jawab Andry yang pada akhirnya memilih jujur.

"Yasudah silakan dikerjakan di luar dulu. Nanti kalau sudah selesai baru boleh masuk kelas."

"Ya Bu"

Kemudian kelas berlangsung dengan kondusif dengan bimbingan Bu Lena.

Teng.. teng.. teng..
Lonceng istirahat berbunyi nyaring.

"Kita lanjutkan besuk lagi ya anak-anak, selamat istirahat"

"Iya Bu guru" jawab seluruh siswa dengan kompak.

Sesudah Bu Lena keluar, Bianca dan Ayu kembali menagih ceritaku yang terpotong.

"Ven dah istirahat nih ceritain lagi dong" tagih Ayu.

"Lo pada nggak mau ke kantin apa?"

"Gue udah bawa keripik kok dari rumah. Belum laper juga" jawab Ayu sambil menyodorkan keripik kentang yang ia bawa dari rumah.

"Oke deh, tadi terakhir sampe apa ya ceritanya gue jadi lupa. Hehe"

"Yang elo ngumpetin seragamnya Ferdy, Ven."

"Oh iya. Nah habis itu paginya Ferdy nyariin deh tu seragamnya. Mungkin karna dia udah mentok gatau lagi musti cari kemana dia nanya deh ke gue,

Ferdy: "Mana seragam gue?"

Veny: "Lah ngapain lo nanya gue?"

Ferdy: "Kemaren ketinggalan. Pasti lo umpetin kan!"

Veny: "Lo nuduh gue?"

Ferdy: "Iya. Balikin cepetan atau lo bakal nyesel"

Veny: "Gue lebih tertantang sih kalo nyesel"

Gue ketawa jahat gitu Ca, Yuk, wajahnya tu panik-panik kesel gimana gitu hahaha. Akhirnya dia nyari lagi deh tu seragam. Karna gue kasian liat dia yang kebingungan gue kasih dia clue. Di dalem kresek keknya ada barang ketinggalan deh kemaren Jes. Gue bilang gitu ke Jessie temen sekelas gue. Jessienya bingung gatau maksud gue. Tapi Ferdy tau terus ketemu deh seragamnya. Sambil mukanya natap gue horror gitu."

"Hahaha harusnya lo nggak usah kasih clue Ven biar dianya kapok" kata Bianca.

"Kasian Ca, gue juga masih punya hati nurani. Nggak kayak dia yang hati aja nggak punya."

"Hahaha. Terus abis itu gimana?"

"Gue lupa habis itu dia bales dendam pake cara apa. Yang jelas itu kejadiannya pas kelas 4 jadi belum naik ke kelas 5. Nah tapi anehnya pas gue naik ke kelas 5, yang otomatis jadi satu kelas sama dia, dianya berubah banget."

"Berubah gimana Ven?"

"Lo pasti nggak percaya deh kalau dia berubah jadi sahabat deket gue."

"WHAT?!! Gimane ceritanye tuh Ven?" tanya Ayu dengan logat betawi khasnya.

"Hahaha bener kan kata gue lo pada pasti nggak bakal percaya."

Aku mengambil sepotong kripik kentang yang dari tadi begitu menggoda. Kumasukkan ke dalam mulutku lalu kukunyah. Kriuuk kriukk.
Rasanya begitu renyah. Setelah meneguk mineral kemudian kulanjutkan ceritaku.

"Awalnya gue ditarik jadi anggota kelompok belajar temen gue. Anggotanya cewek semua Chynthia, Jessie, Erna, Tessa sama gue. Terus kata Bu guru harus ada cowoknya. Masuklah Ferdy, Budi, Toni dan Abri ke kelompok gue. Awalnya sih masing-masing kita (Ferdy dan gue) kayak nggak pernah ada sesuatu sebelumnya. Jadi ya kita bisa bertemen dan belajar dengan enak.

"Kok bisa?" tanya Bianca.

"Gue juga gatau Ca, kenapa bisa gitu? Yang jelas ya kita sering pergi bareng-bareng. Jajan bareng, maen bareng, ngerjain tugas bareng, nonton film bareng. Pokoknya banyak lah yang bareng. Kalo nggak di tempat Ferdy ya tempat gue atau anggota kelompok yang lainnya. Gue seneng banget punya temen-temen yang baik kayak mereka. Masa SD gue jadi indah pada saat itu. Nilai gue juga jadi tambah bagus. Pokoknya seru lah."

"Iri gue sama lo Ven" celetuk Ayu.

"Tapi belum selesai ini Yuk. Emang pas bagian ini cerita lagi bagus-bagusnya. Pernah tu suatu waktu pada ngerjain tugas gitu di rumah gue. Dan kebetulan waktu itu hujan deres banget. Mama waktu itu buatin bakwan sama teh anget. Katanya biar kita-kita nggak pada kedinginan. Temen-temen juga pada suka katanya mama baik, mau service mereka dan repot-repot buat mereka. Jadi betah deh mereka nggak pulang-pulang. Tapi karna udah sore akhirnya sebagian besar temen-temen gue pulang. Walaupun masih ujan tapi mereka nekat soalnya rumahnya deket sama rumah gue. Satu-satunya yang rumahnya jauh ya cuman si Ferdy. Kan Mama kasian ya liat dia pulang keujanan makanya sebelum pulang mama pinjemin Ferdy jas hujan. Biar dia nggak sakit gara-gara keujanan."

"Mama lo so sweet ya Ven? Haha boleh juga nih kerjain tugas di rumah elo" tanggap Bianca.

"Iya dong, makanya Veny juga so sweet" jawabku sambil terkekeh.

"Kalo elo mah amiitt Ven hahaha" Jleb.

"Rese ya kalian nggak aku lanjutin nih ceritanya" aku membuang muka. Sedang Ayu kembali merengek memintaku untuk melanjutkan ceritanya.

"Iya iya" ucapku malas. "Besoknya Ferdy kembaliin jas hujan yang dipinjemin sama Mama. Tapi jas hujannya itu jadi wangi banget. Entah ketumpahan perfumed atau emang sengaja ditumpahin perfumed seliter. Abis baunya wangiiiii banget,

Ferdy: "Ven, ini jas hujannya kemaren. Makasih banget ya udah dipinjemin. Mama kamu baik banget sama aku."

Veny: "Sama-sama. Biasa aja ah hehehe"

Ferdy: "Enggak kok. Baiiiik banget. Super duper baik. Hehehe. Besok kerjain tugasnya gantian di rumah gue ya? Biar gue bisa bales servicenya nyokap lo."

Veny: "Boleh. Tapi nggak usah terlalu repot ya Fer"

Ferdy mengedipkan sebelah matanya. Lalu kita tertawa bersama"

"Nggak bobrok juga tu orang" komentar Bianca.

"Belum sampe ke bagian bobroknya aja Ca"

"Hahaha"

Teng.. teng.. teng...
Lonceng kembali berbunyi.
Menandakan jam istirahat sudah usai.

"Yaaah. Kok cepet amat sih istirahatnye?" gerutu Ayu.

"Sama kok Yuk, 15 menit. Itu artinya udah 15 menit juga gue ngoceh. Haus tauk!"

"Hahaha sorry Ven, yaudah gih minum dulu sebelum Pak Parto masuk kelas"

"Oke deh Yuk!"






Hi.
Maaf jika tidak menarik.
Maaf membuang-buang waktumu untuk membaca sebuah cerita yang sebenarnya tak perlu.
Tapi bolehkah aku minta penghargaan darimu?
Kau tentu tau penghargaan apa maksudku.
Iya betul vomment itu.
Itu adalah penghargaan bagiku.

Sekian.
Terimakasih.
Sampai berjumpa lagi.

Dear, My Possessive EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang