Chapter 23⚫OLAHRAGA

8 0 0
                                    

Kira-kira pukul 9.00 malam aku tiba dirumah tentu saja Ferdy yang mengantarku pulang. Ia tak hanya mengantarkanku sampai halaman rumah. Tapi ia sampai masuk ke dalam. Bertemu dengan Papa Mama dan memberi mereka buah tangan, yang tidak lain dan tidak bukan adalah bakmie seafood pesanan Papa. Ferdy juga tak lupa membelikan satu bungkus menu yang sama untuk Kak Veno. Wajar saja jika Mama Papa tak henti-henti memujinya.

"Gue balik dulu ya Ven." Kata Ferdy.

"Iya ati-ati. Makasih ya lo udah baik sama gue hari ini. Terus-terusin nih kayak gini."

"Ogah ah masa gue baik terus ntar lo baper lagi. Hahaha."

"What? Baper? Elo kali yang baper sama gue."

"Enggak lah lo pikir elo Milea bisa bikin gue baper? Hahaha. Eh tapi serius deh. Lo bakalan kangen kalo semisal gue nggak gangguin elo." Jawab Ferdy.

"Iya. Di mimpi lo. Udah sono balik. Udah ditelfonin Mama lo tuh dari tadi."

"Emang elo. Dasar manja anak mama."

"Biarin :p"

Pim..pimm.. Ferdy membunyikan klaksonnya dan ia berlalu pergi. Hati-hati dijalan my possessive enemy.

⚫⚫⚫

3 bulan kemudian.

Aku sudah resmi menjadi siswi kelas 3 SMA. Tidak ada lagi ritual kegiatan pramuka di hari jumat, tidak ada lagi kakak kelas, tidak ada lagi Nicole di sekolah. Yang ada hanyalah belajar, buku, belajar, buku sampai lulus. Sebenarnya tidak juga sih. Ada kalanya main. Tetapi kegiatan kebanyakan siswa kelas 3 tetap di dominasi sama yang namanya belajar.

Ferdy. Siswa yang suka telat, suka bolos pelajaran, nggak pernah ngerjain PR dirumah, berubah menjadi sosok siswa yang nggak pernah telat, nggak bolosan dan selalu ngerjain PR di sekolah (tetep sama). Dan dia juga udah jarang ngejailin aku. Senang sih hidupku rasanya jadi merdeka. Tapi semacam ada sesuatu yang kurang. Hmm...

Bianca dan Ayu sekarang kulihat mereka juga lebih rajin. Yang biasanya suka nyontek PR atau tugas, mereka kini mengerjakan sendiri. Bahkan mereka tanya ke tentor di bimbel jika masih belum paham. Kemajuan yang sangat hakiki.

Sedangkan aku. Aku tak melihat perubahan yang signifikan dalam diriku. Mungkin karna sudah terbiasa rajin dan pandai. Hahaha. Sombong. Aku belajar setiap harinya dan meluangkan waktu di akhir pekan untuk bersosial dan sekedar menyalurkan hobby.

Termasuk akhir pekan kemarin, aku jogging dengan Bianca dan Ayu di track jogging stadion kota yang berakhir aku jogging dengan sedel becak karena ia mengusir Bianca dan Ayu. Dan entah mereka berdua terkena sihir atau apa tapi mau-maunya disuruh Ferdy pergi begitu saja.

"Lo kan udah kelas 3 nih, mau kuliah dimana?" Tanya Ferdy.

"Ngapain lo nanya?" Tanyaku balik.

"Ya gue pengen tau aja."

"Trus kalo udah tau? Lo mau daftar di tempat dimana gue kuliah juga? Jadi dari SD sampe kuliah kita bareng terus gitu? Iya?" Tanyaku dengan nada yang semakin meninggi.

"Diihh elo tu PD banget ya jadi orang."

"Lah emang gitu kan kenyataannya? Kenapa coba kita selalu satu sekolah?" Tanyaku mulai emosi.

"Ya, maybe Tuhan emang nggak ngijinin kita pisah." Jawabnya santai.

Hening. Aku menatapnya dengan tatapan 'hah? ngomong apa lo barusan?'

"Kenapa coba Tuhan nggak ijinin kita pisah?" Tanyaku.

"Bego lo tu emang nggak pernah kurang ya. Ya mana gue tau emang gue Tuhan?" Jawabnya lalu ia berlari di depanku.

Dear, My Possessive EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang