Setelah Bianca dan Ayu berlalu, aku dan Ferdy memasuki taman hiburan tersebut. Ternyata di dalam memang lebih ramai jadi aku tidak akan was-was jalan bersama Ferdy saat ini.
"Sebenernya lo mau apa sih Fer?" tanyaku.
"Gue cuman butuh hiburan aja"
"Trus kenapa gue?"
"Karena temen-temen gue gak bakal ada yang mau gue ajak ke tempat kayak gini. Mereka nggak ada yang kekanak-kanakan"
"Maksud lo, gue kekanak-kanakan?"
"Emang iya kan?"
Aku memanyunkan bibirku, dan Ferdy malah tersenyum ke arahku.
"Lo bukan Ferdy." kataku.
"Maksud lo?" Ferdy bingung.
"Ferdy yang gue kenal bukan Ferdy yang kayak gini"
"Yang selalu nyakitin perasaan lo, bikin lo kesel, bikin lo badmood, nyebelin, jahil, iseng, itu Ferdy yang lo kenal?"
Aku mengiyakan tanyanya.
"Kenapa elo berubah?"
"Gue nggak pernah berubah. Lo berani naik kora-kora?" tanyanya sambil menunjuk kora-kora raksasa.
"Siapa takut" jawabku.
Aku dan Ferdy duduk bersebelahan di bangku paling ujung.
"Yang kalah, dapet hukuman ya?" tantangnya.
"Boleh"
Kora-kora mulai dimainkan setelah penuh penumpang. Awalnya memang hanya biasa rasanya seperti naik ayunan saja. Tapi lama-lama semakin cepat dan bertambah cepat. Mayoritas penumpang perempuan berteriak histeris tak terkecuali aku. Kulihat Ferdy bahagia sekali menertawaiku yang terlihat ketakutan. Aku memanyunkan bibirku berlagak marah padanya.
"Asik, otw dapet hukuman nih. Enaknya dihukum apa ya hahaha" sindir Ferdy.
"Ini belum selesai tauk!" balasku memebela diri.
Semakin lama aku melihat wajah Ferdy mulai memucat. Aku tertawa melihat wajahnya yang menahan rasa takut.
"Hahaha. Asik, bentar lagi bakal ada yang dapet hukuman nih"
"Ck. Sial!" umpatnya yang sangat jelas dapat kudengar.
Setelah kora-kora itu berhenti, Ferdy berjalan keluar mendahuluiku. Ia berlari dengan langkah sempoyongan menuju toilet laki-laki.
Dasar lemah. Yang nantangi siapa, yang kalah siapa. Hahaha. Kataku dalam hati menertawai tingkah kekanakan Ferdy.
Aku membeli segelas teh hangat untuk Ferdy. Lalu kutunggu dia di luar pintu toilet laki-laki.
"Dasar lemah!" makiku ketika dia baru saja keluar dari toilet. Lalu kusodorkan teh hangat yang tadi sempat ku beli untuknya.
"Berisik lo. Gue tadi habis sarapan tauk"
"Lah, siapa suruh naik kora-kora? Yaudah lo dapet hukuman"
"Mana bisa?"
"Iya lah lo nggak usah ngebantah, kan elo sendiri yang bikin tantangan. Gaboleh curang dong."
"Yaudah apa?" tanya Ferdy.
Aku diam sebentar memikirkan hukuman yang tidak terlalu memberatkannya tapi juga menguntungkanku. Aku melihat seorang anak kecil sedang menikmati permen kapas. Aku jadi tertarik dengan permen kapas itu, rindu menikmati yang manis-manis. Terakhir kali aku memakannya saat aku masih SD.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, My Possessive Enemy
Teen Fiction[WARNING 18+]⚠Relasi aneh dari dua insan yang tidak pernah sehati namun tak pernah terpisah. Tak saling memahami, namun akhirnya saling mengikuti kemanapun angin membawa mereka pergi. ⚫ Ferdy: "I just wanna see. I just wanna see how beautiful you ar...