Nicole membantuku melepas helm yang kukenakan. Aku sempat merasa risih dengan beberapa tatapan siswi lain yang menatapku sangat intens. Seolah-olah mereka ingin mencakar-cakar wajahku.
"Udah nggak usah ditanggepin" kata Nicole yang seolah tau apa yang sedang kupikirkan.
"Siapa juga yang nanggepin? Gue cuman risih tau Nic sama mereka"
"Mereka itu iri sama elo"
"Cuman gara-gara gue bonceng elo?"
"Yaiyalah. Lo kan tau gue itu layaknya pangeran disekolah ini"
"Pangeran terkutuk yang bener mah"
"Sialan lo, udah sana masuk kelas apa perlu gue anter biar yang lain tambah iri sama lo? haha" katanya sambil mengacak-acak rambutku.
"Iiihh, berantakan lagi kan. Gausah gue udah gede gak perlu dianter-anter" jawabku ketus meninggalkan Nicole yang masih tersenyum kepadaku.
Suasana kelas cukup ramai karena sudah ada beberapa siswa biang gosip yang sudah berangkat. Aku menuju ke bangkuku, bangku paling depan di barisan kedua dari kanan. Bukan karena sok rajin aku memilih duduk di depan, tapi jika aku duduk di belakang aku hampir tidak pernah bisa konsen ke pelajaran.
"Cieee yang berangkat bareng Nicole" goda Ayu.
"Kenapa sih semua pada bahas masalah itu"
"Ya jelas lah, Nicole tuh bukan cowok biasa disekolah kita Ven"
"Perasaan dia biasa aja deh"
"Yawla, kalo yang model Nicole biasa trus yang spesial kayak gimana Ven? Emang ya elo tu baru tahu dia berharga kalo dia udah pergi" kata Bianca.
"Tapi emang yang namanya cinta itu nggak bisa dipaksa Bianca" belaku.
"Iya emange bener tapi menurut gue elo nggak cinta karena elo belum kenal siapa Nicole lebih deket."
"Ah udah deh jangan bahas Nicole terus. Lo pada tau nggak sih semalem gue kenapa?"
"Diusir dari rumah?" tebak Ayu.
"Elah, jahat banget lo. Enggak. Semalem gue dicegat sama preman. Nyaris di anu"
"Serius lo?" kedua lensa sahabatku membulat sempurna.
"Lo pikir?"
"Trus?"
"Untung ada yang nolongin gue"
"Siapa?"
"Nah itu Ca, gue nggak tau siapa yang nolongin gue. Soalnya dia pakai baju serba item ditambah masker dan topi yang nutupin wajahnya. Jadi gue gatau dia siapa?"
"Gue tau gue tau"
"Siapa Yuk?"
"Pasti itu Batman!"
"Tapi Batman harusnya ada sayapnya Yuk" sahut Bianca.
"Kalian malah pada ngapain sih? Serius nih"
"Ya gue mana tau dia siapa?" sahut Bianca.
"Tapi anehnya ya nih, tadi gue papasan sama Ferdy dan dia babak belur gitu" bisikku.
"Jangan-jangan dia yang nolongin elo?"
"Gue juga sempet berfikir gitu sih Ca. Tapi masa iya sih dia yang nolongin gue?"
Teng.. teng.. teng..
Bel masuk telah berbunyi.°°°
Ketika istirahat tiba, Ayu dan aku pergi ke UKS untuk mengambilkan Bianca obat. Tadi saat pelajaran maagnya kambuh. Namun Bianca tak mau dibawa ke UKS alasannya dia tidak mau sendirian disana. Ayu dan aku sibuk mencari obat maag hingga kami berdua tak menyadari ada yang sedang berbaring di kasur UKS yang tertutup tirai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, My Possessive Enemy
Teen Fiction[WARNING 18+]⚠Relasi aneh dari dua insan yang tidak pernah sehati namun tak pernah terpisah. Tak saling memahami, namun akhirnya saling mengikuti kemanapun angin membawa mereka pergi. ⚫ Ferdy: "I just wanna see. I just wanna see how beautiful you ar...