Chapter 16⚫ANNOYING TEARS

8 0 0
                                    

Karna Ferdy pergi mau tak mau aku harus menyapu halaman ini sendirian. Dan kau tau rasanya seperti apa? Rasanya seperti menguras lautan. Cuapek banget gilak. Oke ini terlalu lebay. Untung aku strong. Jadi kuselesaikan pekerjaan kuli ini dengan baik dan hasil memuaskan. Semoga Pak Budi yang budiman itu berkenan.

Kuambil air mineral ku lalu kunikmati sambil beristirahat di tepian halaman sekolah. Ahh, segarnya walaupun cuma air mineral. Tak lama seseorang menyodorkanku sebotol susu strawberry dicampur yoghurt. Kutelusuri siapa gerangan empunya tangan itu. Sedel becak (lagi).

"Nih buat lo." Katanya.

"Lah. Kok disini? Katanya mau jalan-jalan?"

"Udah tadi gue jalan ke Alfa. Terus beli ice cream. Makan bentar abis itu beli minum ini deh buat elo."

Aku menatapnya heran.

"Kok malah lihatin  gue kayak gitu sih? Mau kagak?"

"Ada racunnya nggak nih?"

"Yaelah ini masih disegel."

"Yaudah sini. Thanks."

Kubuka tutupnya lalu kuteguk minuman itu. Gwilaak seger abis. Mwhehe.

"Btw, lo ngapain balik lagi kesini?" Tanyaku heran.

"Setelah gue pikir-pikir, terlalu riskan buat bolos sekarang. Tapi kalau gua baliknya tadi lo belum kelar nyapunya. Jadi gue tunggu aja di Alfa terus pas lo dah selesai gue balik deh."

"Sialan. Jadi lo sengaja biar gue yang nyapu halaman ini sendirian?"

"Makannya gue beliin lo minum. Kan itu sebagai tanda terimakasih gue sama lo. Baik kan gue?" Balas Ferdy sambil nyungir.

"Baik mata lo? Capek tau nggak sih Fer? Capeekk!" Kukembalikan sebotol susu yoghurt strawberry itu pada Ferdy dengan kesal. Entah kenapa cairan bening dari mataku keluar. Aku sebenarnya tidak suka menangis di hadapan Ferdy. Terlalu lemah. Jadi aku duduk membelakanginya. Kesalku ini sudah tak bisa kutahan.

"Ven... lo ma...rah ya sama gue?"

Jelaslah bego. Masih nanya lagi. Kataku dalam hati.

"Ven. Ven lihat gue dong. Gue ngomong sama lo nih bukan sama patung."

Kampret. Huh. Aku masih enggan melihatnya.

"Ven, gue minta maaf. Gue tau gue keterlaluan. Ven..."

Ferdy berpindah posisi. Ia bangkit dan duduk di hadapanku.

"Yaelah Ven, jangan nangis dong. Gue minta maaf. Iya iya gue bakal minta ganti hukuman sama Pak Budi, tapi lo jangan nangis lagi. Air mata lo sayang kan kebuang sia-sia cuman gara-gara tingkah tolol gue."

Aku mengambil tas ku dan beranjak dari tempat itu ke ruang BK untuk mengambil surat ijin masuk kelas.

"Ven..." dan Ferdy masih mengejarku untuk meminta maaf. Ia memegang tanganku tak membiarkanku pergi.

"Lepasin gue Fer. Gue capek." Ferdy menyerah. Ia melepaskan tanganku dan membiarkanku pergi.

⚫⚫⚫

Aku mengusap kasar air mataku. Perasaan jengkel dan mood yang berantakan ini membuatku tak mungkin untuk masuk kelas sekarang. Aku memutuskan untuk pergi ke perpustakaan. Kuambil novel secara random. Aku tak membacanya hanya formalitas saja sebagai pengunjung perpustakaan. Kuambil ponselku lalu kuketik pesan untuk Bianca dan Ayu. Aku memanggil kedua sahabatku itu kemari.

Tak perlu menunggu lama lagi kedua sahabatku pun datang menghampiriku di perpustakaan. Mereka datang dengan tatapan heran dan bersalah.

"Ven sorry ya tadi gue nggak jemput lo dulu. Abisnya si kutu kupret nih tadi ngajak beli sarapan dulu." Kata Bianca.

Dear, My Possessive EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang