Chapter 18⚫GETARAN PADA DINI HARI

8 0 0
                                    

Aku mendorong pelan Ferdy ke belakang karena jarak kita terlalu dekat.

"Iya gue tau. Tapi bisa kan kalau ngomongnya gausah di depan muka gue gini." Protesku padanya.

Kemudian Ferdy duduk disampingku namun masih dengan tatapannya yang ngeri padaku.

"Kenapa? Lo takut?"

"Enggak. Gue nggak takut. Cuman merinding. Udah sini balikin cepetan." Aku berusaha merebut ponselku namun sayang aku gagal. Apalah dayaku yang tak segesit Ferdy.

"Lo pikir gratis?" Jawabnya ketus.

"Lo tu mau apa lagi sih Fer. Please deh. Gue capek nih."

"Permintaan gue kali ini nggak bakal bikin elo capek kok Ven."

"Apa? Lo minta apa?"

"Temenin gue makan."

"Lo bayi ya? Nggak bisa makan sendiri?"

"Iya gue bayi. Tapi makannya bukan di restoran loh."

"Terus?" Tanyaku.

"Di rumah. Dan elo yang masakin. Dan gue maunya dimasakin semur ayam kecap."

"Ferdy yang baik hati dan sangat cerdas, masak itu bisa bikin capek juga apalagi kalau masak semur ayam kecap. Masaknya itu lama. Otomatis berdirinya juga lama. Kalau berdirinya lama otomatis jadi capek. Nggak ah beli aja di restoran."

"Yaudah kalau gitu silakan angkat kaki dari rumah ini dan belilah di restoran. Tapi harus di restoran khusus semur ayam di Bandung."

"Yaelah kenapa sih elo suka banget mempersulit hidup gue?"

"Jangan harap ponsel elo balik deh kalau gitu."

"Mending ponsel gue ditemu orang lain deh kalau gini ceritanya mah." Gerutuku.

"Jadi gimana? Mau pilih yang mana Veny Chandra Pitaloka?"

"Huuufffttt... dengan sangat terpaksa gue pilih masakin elo daripada gue harus jauh-jauh ke Bandung. Ini semua demi ponsel. Semangat Veny!" Aku menyemangati diriku sendiri sambil menuju dapur.

Sampai di dapur aku tak menjumpai ada bibi disini.

"Mana?" Tanyaku pada Ferdy.

"Bahan-bahannya ada di kulkas. Daging ayamnya di freezer."

"Maksud aku Bibinya. Yang katanya kamu lagi di dapur? Mana?"

"Oh Bibi, barusan tadi Bibi pamit balik ke kampung soalnya saudaranya ada yang nikah. Hehehe"

"Oh, jadi suruh masakin gue tu dalam rangka ditinggal sama Bibi elo?"

"Iya lah. Kan lumayan gitu hehe."

"Sialan." Umpatku.

"Bilang apa barusan? Lo mau ponsel lo nggak balik?"

"Iya iyaaa bawel!" Jawabku jengkel.

"Yaudah dimasak ya cepetan dan inget harus enak. Soalnya perut gue suka sakit kalau makan makanan yang nggak enak." Kata Ferdy sambil meninggalkanku menuju meja makan.

"Cih dasar! Biasanya juga makan makanan kadaluarsa."

"Veny gue denger barusan lo ngomong."

"Ups." Jawabku singkat.

Aku mulai meracik tiap bumbu dan bahan masakan itu. Untung saja Ferdy hanya memintaku memasak semur ayam kecap bukan rendang. Nggak kebayang deh selesainya besok lusa kalau masak rendang mah.

Dengan waktu 1 jam semur ayam kecap buatanku itu sudah tersaji di mangkok. Kutaburi bawang goreng dan irisan daun bawang di atasnya.

Syukurlah, akhirnya jadi juga. Meskipun aku baru belajar memasak. Namun rasanya tak kalah dengan chef papan atas. Hihihi. Semoga Ferdy suka jadi ponselku cepat kembali. Amin amin aminnn.

Dear, My Possessive EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang