Chapter 15⚫LATE

13 0 0
                                    

Sebelum pulang, Ferdy mengajakku makan malam.

"Nggak usah Fer gue makan di rumah aja. Pasti mama udah masak kok" tolakku.

Setelah itu ponselku bergetar, ternyata mama memanggilku.

"Ven, mama nggak masak hari ini tapi tadi mama sama papa dan kakakmu udah makan nasi goreng yang bawain kakakmu. Jadi kamu makan diluar aja ya Nak?" Pesan mama di seberang sana membuatku kecewa.

"Yaah Mama, yaudah deh Ma gapapa"

Tut. Tut. Tut.
Panggilan itu diakhiri oleh mama.

"Jadi mau makan dimana?" tanya Ferdy dengan senyum kemenangan.

"Terserah" jawabku ketus.

Ferdy bersenandung bahagia ketika kami sudah sampai di sebuah cafe yang kelihatannya adalah cafe langganannya.

"Bang, biasa ya. Tapi kali ini dua" kata Ferdy pada seorang pelayan yang sudah akrab dengannya.

"Cieee... akhirnya pesen dua nih? Kenalin dong"

"Hahaha apaan sih Bang. Udah gih sana dibikinin dulu pesenan kita" kata Ferdy.

"Iya iya yang lagi dimabuk cinta." Mendengar kata si abang pelayan itu membuatku ilfeel.

"Ini cafe favorite aku Ven, biasanya suka nongkrong sama temen-temen disini. Makanannya enak, tempatnya juga enak kan?"

"Iya" jawabku singkat.

Ini benar-benar gila, Ferdy benar-benar berlagak seperti aku adalah kekasihnya. Buktinya ia merubah panggilannya dan bersikap lembut padaku. Sejujurnya aku senang diperlakukan dengan baik seperti ini. Tapi jika Ferdy yang melakukan ini rasanya aneh.

"Heiii bro!!" Beberapa teman-teman sekelas Ferdy yang aku sering lihat di sekolah tiba-tiba saja datang dan menyapanya. Langsung saja aku berusaha memalingkan pandanganku dari mereka.

"Hei" jawab Ferdy sambil menjabat tangannya.

"Ntar dulu deh. Gue kayaknya pernah lihat nih" kata salah seorang temannya sambil memandangiku.

"Hahaha jelaslah lo pernah liat" jawab Ferdy yang kali ini sambil merangkulku.

"Veny ya? Anak kelas sebelah?" tanya Darko.

Aku hanya menganggukkan kepala.

"Ohhh udah jadian sekarang sama lo Fer? Waahaha selamat ya"

"Apaan sih kalian?" Jawabku ketus.

"Cieee malu-malu ciee..." teman-temannya menertawakan Ferdy dan aku.

Aku sudah tidak mampu lagi berkata-kata. Aku hanya memalingkan wajahku sambil menahan amarahku. Kenapa Ferdy tidak berusaha membantah? Akhirnya ku injak kakinya pelan sambil memberikan kode supaya ia menjelaskan pada teman-temannya.

"Nggak kok Ko, kita nggak pacaran. Tadi kebetulan aja gue liat dia dipinggir jalan kelaparan. Yaudah gue pumgut aja trus gue kasih makan deh disini."

Kurang ajar! Mataku berapi-api menatap Ferdy.

"Hahaha. Dipikir Veny kucing?" kata Darko sambil tertawa terbahak-bahak.

"Hehehe" jawab Ferdy.

"Yaudah deh. Cabut duluan ya kita."

Ferdy dan aku mengangguk bersamaan dengan senyuman terpaksa.

"Puas lo?" Tanyaku.

"Belum. Hehe."

"Anjing lo."

"Bagusan juga anjing. Dari pada elo kucing." Ferdy menjulurkan lidahnya.

Argghh, sedel becak satu ini membuat nafsu makanku hilang.

Dear, My Possessive EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang