BAB 4. ✅

11.5K 339 3
                                    

Jose Matthew menghela nafas berat ketika sekali lagi ia merencanakan sebuah kepalsuan atas apa yang seharusnya tidak perlu dibuatnya. Kedua jempolnya sibuk bermain diatas layar sentuh ponsel pintarnya dan sejurus kemudian sambungan telepon yang baru sekitar lima detik memperdengarkan nada sambung, kini tengah berganti dengan suara halus nan lembut seorang wanita.
"Hallo Marimar? Cepatlah kemari dan bantu aku." ucap Pria tua dengan kepala pelontos itu di ujung telepon pada sahabatnya.
"Aku sedang sibuk, Jose. Memangnya apa yang kau janjikan padanya hingga kita harus bersandiwara lagi?" Marimar Perez bertanya dengan sedikit penasaran.
"Ayolah ku mohon, Merry. Kali ini saja. Aku hanya ingin sedikit menghindar dari Alice. Aku lelah dengan semua ini." ucap suara lirih sang Manager.
"Hahhh... Baiklah, Jose. Mau memang selalu menang bila sedang berdebat dengan ku. Tapi aku tidak janji untuk bisa secepatnya sampai disana, oke? Aku sedang dan jauh dari arah Mansion mu. Well, tidak mengapa bukan?" tanya wanita diujung telepon itu lagi.
"Oke, tidak apa-apa. Aku akan menunggu. Tapi jangan terlalu lama, Mer. Aku sudah berjanji pada Alice membawa Nathalie ke Madrid hari ini. Tapi aku tak jadi melakukan itu karena tingkah liarnya." ucap Pria itu lagi.
"Kau ini menyebalkan sekali. Sebaiknya kau mandi saja dulu. Kita akan memakai strategi bercinta lagi kali ini. Jadi mau harus wangi yah? Awas saja jika kau tak pergi mandi. Kita akan bercinta dikolam renang saja jika kau tak mandi." gerutu Marimar.
"Hehehe... Baiklah akan aku lakukan. Hati-hati dijalan. Klik." kekeh Jose Matthew sembari menutup panggilan telepon itu.
"Hahhh..."
Suara tarikan nafas Jose Matthew terdengar sedikit kasar. Ia baru saja selesai menelpon Marimar Perez sahabat karibnya. Lelaki itu meminta Marimar untuk datang dan mengatur siasat yang sama seperti sebelumnya. Siasat ketika Jose dan Marimar berakting di depan Alice Zimenez, Sang Mucikari dan mantan istri, sebagai pasangan kekasih. Bukan sama sekali tidak beralasan jika Jose sampai rela melakukan hal tersebut. Sebab ia apa yang ia perbuat semata-mata karena keegoisan dalam diri serta tingkah Alice yang makin liar setelah mereka bercerai sekitar hampir sepuluh tahun lalu.

Hari ini, Alice mengirimkan Jose sebuah pesan singkat yang menjelaskan jika siang nanti wanita sexy itu akan datang menemui Nathalie, Puteri dari hasil pernikahan mereka yang hanya mampu bertahan selama dua tahun saja. Sebulan lalu Alice sudah mendatangi Jose di kantor Management club football, tempat dimana Jose bekerja dan melakukan dan kekacauan besar disana, dengan alasan agar Jose mau membawa puteri kecil mereka ke Madrid hingga ia pun bisa menghabiskan liburan musim panas di Madrid. Lantas karena rasa iba, pada akhirnya Jose pun menyetujui permintaan Alice tersebut. Akan tetapi pria plontos itu kembali berubah fikiran setelah ia mengetahui tabiat Alice yang menghasut anak-anak asuhannya untuk bermain seks liar dalam bilik Crazy Fantasy milik Alice.
Di tambah lagi dengan ia yang melihat dengan mata kepalanya sendiri, saat Alice dengan liar melakukan adegan women on top diatas tubuh Ralph, si anak nakal dan bandel itu. Jose pun menjadi semakin tak ingin melihat Alice lagi, meski jauh di dalam lubuk hati nya ia masih mencintai Alice. Ia lantas mencoba untuk naik ke lantai atas mensionnya dengan langkah sedikit berat dan masuk berniat untuk masuk ke dalam bathup yang sebelumnya sudah ia isi dengan air. Tapi baru saja ia ingin membuka pakaiannya. Ternyata bell pintu mensionnya pun kini yang berbunyi dan menandai bahwa dilantai bawah sedang ada tamu yang datang.

"Ting...Tong... Ting...Tong..."
Dengan hati berdebar Jose pun berjalan membuka pintu mansion dan berharap agar yang ia lihat dari balik pintu tersebut adalah Alice. Entah mengapa ia ingin sekali merengkuh wanita itu dalam pelukkannya. Meski hanya sebentar saja. Tapi ternyata semua yang ia harapkan ternyata tidak kesampaian karena ketika Jose membuka pintu. Sebuah kecupan pun mendarat dibibir pria plontos itu.
"Hai Jose! Cup..." sapa Marimar yang dengan senyum ceria.
Jose lantas gak bisa terdiam dan mempersilahkan wanita itu masuk ke dalam Mansionnya.
"Masukla, Merry. Maaf aku tak semangat hari ini." ujar Jose sedikit lesu sembari merebahkan tubuh nya diatas sofa.
"Apa yang membuat mu tak bergairah seperti ini, Darling?" tanya Marimar mengelus wajah Jose.
"Mer, aku sedang tak ingin bercinta saat ini." ucap Jose sembari menepis belaian tangan Marimar.
"Lalu untuk apa kau meminta ku kemari sayang? Bukankah kita harus kembali berakting mesra di depan si jalang Alice, hemm?" ucap Marimar sembari membusungkan dadanya ke tubuh Jose.
"Jaga ucapan mu, Merry! Jangan menyebutnya seperti itu lagi!" bentak Jose pada sahabatnya itu.
"Lalu aku harus memanggilnya dengan sebutan apa, hemm? Dia kembali menjadi jalang, bahkan kini wanita itu adalah seorang mucikari terkenal setelah berhasil mencampakkan mu, bukan?" jawab Marimar menyeringai licik.
"Perpisahan kami bukan hanya semata-mata karena masa lalu Alice yang di tentang oleh keluarga ku, Merry. Tapi semua nya terjadi karena kebodohan ku yang termakan ocehan semua orang dan berusaha mengingkari perasaan dalam hati ku ini." ujar Jose sembari memejamkan kedua matanya.
"Jadi ku mohon, Merry. Jangan sebut dia seperti itu lagi. Sebab akulah yang secara tidak langsung membuat Alice semakin bertingkah liar. Orang tua ku memisah kan nya dari Nathalie selama bertahun-tahun sementara aku hanya diam membiarkan hal itu." ucap Jose lagi.
"Sudahlah, Jose. Itu semua sudah lama berlalu. Aku sebagai sahabat, hanya berharap kau bisa moving on dan melupakan kisah masa lalu mu dangan Alice. Seperti halnya Alice sendiri, yang mungkin sudah sangat lama melupakan mu dengan tingkah dan tabiat liarnya pada setiap lelaki muda." ujar Marimar berbisik lirih ditelinga Jose.
Hal itu terang saja membuat Jose menatap tajam kedua manik mata coklat Marimar. Lantas entah dorongan dari mana, Jose dan Marimar pun tak lama sudah berciuman dengan sangat panasnya. Lilitan lidah serta saling bertukar saliva pun tak terelak kan lagi dari ciuman panas itu. Ciuman panas Jose pun berpindah dari bibir penuh Marimar turun ke leher jenjangnya. Marimar mengerang nikmat, tak kala tangan terampil Pria tua yang masih terlihat tampan itu meremas payudaranya dari balik gaun tipis tersebut. Jose membuka resleting gaun Marimar dengan cepat dan langsung meloloskannya ke lantai. Marimar yang diam-diam menaruh hati pada Jose pun hanya pasrah menerima semua perlakukan hangat Pria idamannya itu. Marimar bahkan dengan bangga membuka pengait bra yang menempel didadanya itu, sembari tersenyum nakal memperlihatkan dua buah payudara sintal miliknya.

MADRID, LOVE & FOOTBALL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang