BAB 14. 🍓

7.5K 230 1
                                    

Dominnique masih barada di kantor kepolisian kota Madrid. Ia tak jadi memeriksakan kesehatannya di rumah sakit. Perempuan itu mengurus serta menandatangani beberapa berkas untuk mencabut laporan kasus penganiayaan dan pelecehan seksual yang dilakukan oleh Mark Rodriguez pada dirinya. Ia melakukan itu tanpa sepengetahuan Antonio Miguel, sang Kakak yang melaporkan hal tersebut beberapa waktu lalu. Awalnya Bapak polisi yang berada disana tak bisa menerima hal itu. Mereka mengharuskan bahwa si pelapor lah yang wajib datang dan menandatangani berkas perkara pencabutan laporan itu sendiri. Akan tetapi Dominnique yang saat itu didampingi oleh pengacara Mark Rodriguez meyakinkan kepala polisi itu bahwa sang Kakak tak berwenang dalam kasus tersebut, sebab Dominnique sendiri yang menjadi korbannya disini.
Mereka juga mengungkapkan jika kejiwaan Mark Rodriguez sedang terganggu. Oleh sebab itu sebaiknya Mark segera dibawa ke sebuah rumah sakit jiwa ataupun psikiater untuk menyembuhkan penyakit itu. Alhasil kepala polisi itu pun dengan berat hati meloloskan permintaan Dominnique serta pengacara Mark demi kesembuhan seorang Mark Rodriguez yang sering melukai dirinya sendiri selama berada dalam tahanan dikantor polisi tersebut.
"Terima kasih banyak atas pengertian dan juga perhatian yang kau berikan pada client ku, Dominnique." ucap Mr. Gutteres seraya menepuk sebelah pundak Dominnique.
"Sama-sama Mr. Gutteres. Aku melakukan ini semua demi Mark. Jujur saja aku masih sangat menyayanginya. Kami bersama bukan hanya sehari atau pun dua hari saja. Akan tetapi perasaan sayang ku pada Mark lambat laun sudah tak bisa diartikan sebagai rasa sayang seorang kekasih. Aku merasa saat ini Mark sudah seperti seorang Kakak laki-laki ku Mr. Gutteres." ucap Dominnique membalas perkataan Mr. Gutteres tadi.
"Aku paham akan perasaan mu Dominnique. Aku pun berharap sekiranya saat Mark sembuh nanti, ia akan bisa menerima kenyataan tentang hubungan kalian berdua dan tentu saja tidak berbuat nekad menyakiti diri mu lagi seperti kemarin." ucap Mr. Gutteres sembari tersenyum.
"Baiklah Mr. Gutteres, aku rasa saat ini aku harus segera pergi kerumah sakit. Aku ada janji check up dengan dokter ku disana." lanjut Dominnique lagi.
"Okelah kalau begitu. Semoga kesehatanmu segera membaik Dominique. Aku pun ingin kembali ke kantor kepala polisi tadi untuk membicarakan satu dan lain hal mengenai kepulangan Mark nanti. Kau bisa pergi sekarang." ucap Mr. Gutteres.
"Tapi Mr. Gutteres, emm... bolehkah aku melihat Mark lagi sebentar? Aku rasa mungkin saja kami tak akan bertemu lagi nanti dalam waktu yang lama jika benar Mr. Rodriguez akan membawa Mark berobat ke luar negeri." ucap Dominnique yang terasa sangat sedih di pendengaran Mr. Gutteres.
"Silahkan saja Dominnique. Pergi lah melihatnya sebelum Mark tersadar dari pengaruh obat penenangnya." jawab Mr. Gutteres sembari mengangguk kan kepalanya.
Dominnique pun tersenyum manis dan segera berlalu menuju ruang perawatan tahanan, tempat Mark sedang tertidur tadi. Ia masuk setelah bertegur sapa dengan para polisi penjaga di luar ruangan. Saat Dominnique masuk ke dalam, betapa terkejut nya dia saat mendapati Mark yang sudah terjatuh dari brankar hingga terbaring ke lantai dengan meronta-ronta ingin terlepas dari borgol yang terpasang di pergelangan tangan Mark.

Seutas tali berbahan kain yang mengikat kuat kedua kaki Mark pun sudah terlepas dari sana.
Hanya saja Mark, masih berbaring disana dan terlihat masih lemah untuk duduk ataupun berdiri.
"Marrkkk...! What are doing???
Stoped it Mark! Tangan mu akan bertambah luka jika kau terus seperti ini." jerit Dominnique melihat ulah lelaki itu.
Mark yang kaget mendengar suara itu pun segera mendongak ke atas dan benar, ia mendapati Dominnique disana sedang menghampiri dirinya.
"Demmy...! Benarkah ini kau, Sayang! Maafkan aku, Demmy...
Maafkan aku... Aku berjanji demi apapun itu. Aku tidak akan menyakiti mu lagi, Demmy.
Aku janji, Sayang! Ku mohon!
Please, sayang jangan tinggalkan aku seperti ini. Jangan pergi ke pelukan lelaki player seperti Ralph, sayang!" rengek Mark bertubi-tubi hingga mengeluarkan air matanya.
Dominique yang melihat Mark seperti itu pun tak tahan dibuatnya. Ia memeluk Mark yang sudah terduduk dilantai itu dengan sangat erat. Perempuan itu kembali mengingat semua cerita dari Mr. Gutteres tentang kejadian menyedihkan yang menimpa diri Mark sejak kecil.
"Mark, jangan seperti ini. Aku yakin kau mampu melewati semua dengan baik. Kau harus melawan hal buruk yang bersemayam dalam dirimu.
Lawan dia, Mark! Sembuhlah untuk hidup bahagia mu nanti." ucap Dominnique yang juga sudah ikut mengeluarkan dua bulir air matanya.
"Apa yang kau katakan, Demmy? Aku baik-baik saja jika kau terus berada disamping ku.
Aku tidak akan menikah dengan Charlotte atau wanita mana pun, sayang! Percayalah pada ku, aku akan membuktikan ucapan ku ini pada mu, Sayang." ucap Mark dengan kedua telapak tangannya yang memohon.
Dominnique seakan dibawa kembali oleh seluruh kenangan indah mereka berdua selama setahun belakangan itu. Semua kebersamaan mereka melewati kesedihan dan kesenangan berdua serta malam-malam panjang penuh gairah itu kini berputar-putar seperti sebuah adegan film dalam pikiran Dominnique. Hingga ia tak bisa menyadarkan dirinya saat Mark mencium bibir Dominnique dengan lembut. Wanita itu bahkan membuka mulut nya dan ikut membalas ciuman tersebut.
Mereka berdua mengecap lembut bibir masing-masing sembari bertukar saliva dan saling melilitkan lidah. Hingga saat Dominnique menutup kedua bola matanya barulah ia sadar dengan keadaan itu, ketika bayangan senyum menawan dari wajah tampan Ralph muncul secara tiba-tiba. Dominique pun membuka bola matanya cepat dan langsung melepaskan pagutan bibir mereka berdua.
"Egh... Maaf, Mark. Aku... emm... aku..." ucap Dominnique yang kikuk dengan aksi mereka.
"Aku yang harusnya meminta maaf, Sayang! Bukan dirimu yang salah!" ucap Mark menatap manik mata hijau milik pujaan hatinya itu.
Mark mengerti dengan semua keadaan yang menimpa hubungan mereka saat ini. Meskipun ia merasa sedikit kehilangan saat Dominnique melepaskan ciuman tadi tapi ia yakin jika Dominnique pun masih memiliki rasa untuknya.
"Tak apa Dominnique, kau masih membalas ciuman ku bahkan dengan saat liar tadi. Jadi aku akan tetap memperjuangkan mu untuk menjadi milik ku." gumam Mark dalam batinnya.
"Maaf Mark, aku harus segera pergi ke rumah sakit. Aku ada janji check up dengan dokter ku di sana." ucap Dominnique lagi.
Ia berusaha agar secepatnya dapat keluar dari ruang perawatan tahanan itu. Sebab Dominnique mengingat kata-kata Ralph, yang akan selalu mengecek keberadaan nya sekarang melalui GPS di ponsel. Sedangkan benda pipih itu tertinggal dalam mobil miliknya yang berada di pelataran parkir Kantor kepolisian kota Madrid ini.
"Kau akan pergi, Demmy?
Kau meninggalkan aku?
Apakah kau tidak kembali lagi nanti, sayang? Please Demmy, please... Jangan tinggalkan aku seperti ini." rengek Mark bak seorang anak kecil yang meminta susu pada ibunya.
"Mark, aku harus pergi memeriksakan kesehatan ku. Kau tenang saja, aku sudah mencabut laporan yang dibuat Antonie pada mu. Jadi aku berharap setelah kau bebas nanti, carilah psikiater terbaik untuk membantu mu lepas dari alter ego dalam diri mu, Mark." ucap Dominnique tulus.
"Aku tidak sakit, Demmy!
Sudah berapa kali aku bilang jika aku baik-baik saja bukan?
Aku hanya membutuhkannya mu sebagai dalam hidup ku." teriak Mark yang membuat Dominnique harus menutup telinga.
"Jangan berteriak seperti ini Mark, aku tidak tuli dan masih bisa mendengarkan semua ocehan mu." ucap Dominnique ketus.
"Maafkan aku, sayang!
Ak..uu... hanyaaa... Akuuu..." ucap Mark gelagapan akibat Dominnique yang tiba-tiba berubah ketus padanya.
"Tak mengapa Mark, aku dapat mengerti keadaan mu saat ini.
Aku sudah mendengar semua penuturan Mr. Gutteres tentang semua kisah masa lalu mu.
Aku tau bagaimana kau di perlakukan kasar sejak kecil.
Jadi ku harap kau berhenti berkilah dan segeralah obati dirimu, Mark!" ucap Dominnique sembari menatap tajam kedua mata biru Mark.
Lelaki itu terdiam tanpa bisa berkata apapun lagi. Dia sedikit geram pada pengacara bodoh yang tak pernah ia minta, karena telah lancang bercerita tentang semua masa lalu dalam hidupnya.
"Kau jangan mendengarkan pria bodoh itu, Demmy. Aku tak pernah meminta jasanya sama sekali. Daddy yang menyuruh dia membela ku. Sedangkan aku tak membutuh kan pembelaan apa pun, Sayang. Aku bersalah padamu, dan aku siap dijebloskan ke dalam penjara berapa lama pun asal kau tak pergi meninggalkan aku, Sayang.
Aku sangat mencintai mu, Dominnique Miguel!" ucap Mark yang tak berhenti meyakinkan Dominnique.
"Sudahlah Mark, ini bukan waktu yang tepat untuk membicarakan perasaan kita.
Aku harus segera pergi ke rumah sakit Mark. Jadi ku mohon!
Jika kau benar-benar sangat mencintai ku, maka segera ikuti semua keinginan ku tadi.
Carilah psikiater terbaik di dunia, dan buang alter ego itu dalam diri mu. Aku pergi Mark!" ucap Dominnique yang segera berdiri dari hadapan Mark.
"Tunggu, Demmy!" ucap Mark memanggil Dominnique.
Mark pun dengan tubuh lemahnya berusaha bangkit dan berdiri. Dominnique yang tidak tega melihat hal itu pun segera membantunya berdiri dan membawa Mark untuk naik dan duduk di atas brankar.
"Demmy, kapan kita akan bertemu lagi, Sayang?
Aku harap hasil check up kesehatan mu tak menunjukkan sesuatu yang mengkhawatirkan.
Emm... Biarkan aku mencium mu lagi, Sayang. Aku janji tidak akan berbuat lebih dari itu." ucap Mark memohon.
Dominnique pun bingung harus bagaimana dengan tingkah Mark, ia tak ingin terjebak nostalgia seperti kisah cinta mereka terdahulu. Saat ini Ralph lah yang sudah berhasil mencuri semua rasa cinta yang di milikinya.
Tetapi demi bisa pergi menjauh dari hadapan Mark yang sudah keburu sadar dari pengaruh obat penenang tanpa menyakiti perasaan lelaki itu, maka Dominnique pun kemudian menangkup kan telapak tangan di wajah Mark seraya menutup kedua bola matanya. Mark dengan kedua tangan yang masih terborgol itu pun tak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk mengambil hati Dominnique lagi. Bibir lelaki itu kemudian mendarat mulus di bibir tebal Dominnique, sang pujaan hati. Dan tanpa bisa dicegah, Ralph pun masuk dan segera menarik tangan Dominnique yang berada di leher Mark.
"Ra..Ralph!!! Ka...kau..." ucap Dominnique terbata-bata.
"Iya, sayang! Ini aku, Ralph kekasih baru mu. Ayo cepat kita pergi dari sini, sayang. Bukankah kita harus segera ke rumah sakit untuk mengecek kesehatan mu?" ucap Ralph dengan suara yang sengaja dilembutkannya sembari masih menarik pergelangan tangan Dominnique dengan kuat. Wanita itu pun pasrah dengan keadaan. Saat ini ia terlihat seperti seorang wanita yang kedapatan sedang mencuri di supermarket. Dia tau jika Ralph pasti menggunakan akses jaringan GPS untuk mengetahui keberadaannya, lalu datang ke kantor polisi tersebut. Ralph pun kemudian segera berbalik dan akan keluar dari ruang perawatan tahanan itu. Tapi Mark yang sudah sangat emosi melihat dan mendengar pengakuan Ralph tentang hubungan mereka pun segera mencegah langkah Ralph membawa Dominnique keluar.
"Tunggu Ralph Sergio, Kita harus bicara!" ucap Mark sedikit berteriak.
Ralph lalu menyuruh Dominnique untuk menunggu nya di dalam mobil. Setelah Dominnique benar-benar pergi, barulah dia membalikkan badannya dan menatap tajam Mark dengan tatapan mata membunuhnya.
"Apa yang kau inginkan lagi brengsek! Kau apakan wanita ku hah?" teriak Ralph sembari mencengkeram leher baju tahanan yang dipakai Mark.
"Wanitamu? Hahaha... Kau pasti mengancam Demmy dengan sesuatu hingga dia kau menjadi kekasihmu dan menghianati ku kan? Apa kau buta dan tidak melihat bagaimana mesra nya kami tadi? Tangan ku bahkan saat ini sedang terborgol, Ralph. Jadi mana mungkin aku bisa menyakiti Demmy, bahkan aku sangat mencintainya! Dan dari cara dia mencium ku beberapa kali tadi, aku juga sangat yakin jika Demmy juga masih mencintai ku." ucap Mark menunjukkan seringai liciknya.
"Damnnnn! Berciuman beberapa kali? " ucap Ralph membatin.
"Brughhhh.... "
Ralph langsung dengan serta merta melayangkan bogem mentahnya ke wajah Mark hingga pria itu terjungkal dari atas brankar besi tersebut. Tak puas dengan sekali tinjuan saja, Ralph kemudian segera mengangkat tubuh lemah Mark dan kembali meninju wajah Mark sekuat-kuatnya.
"Jangan coba-coba kau menyentuh wanita ku lagi, nerd brengsek! Kau seorang pecundang dengan kelainan jiwa yang hanya berani menyakiti fisik dan hati Demmy. Jika dulu kau bisa sesuka hati memperlakukan dia? Maka saat ini tidak! Karena aku lah yang dicintai Dominnique saat ini! Bukan kau. Aku pastikan jika dalam waktu dekat, aku akan segera menikahinya. Yah, mungkin saja kami akan menikah disertai dengan kehadiran bayi kecil dalam perut wanita ku nanti." ucap Ralph setengah berteriak sembari melengos pergi dari tempat itu.
Mark yang masih sangat lemah akibat pengaruh obat penenang dosis tinggi ditubuhnya itu pun, perlahan bangkit berdiri dari lantai dingin. Ia berteriak kencang merutuki kedua tangan yang masih terborgol itu hingga menyulitkan dirinya untuk bergerak bebas. Tak lama datang dua orang polisi yang membantu tubuh lelaki psycopart itu untuk bangkit berdiri dan berbaring di atas brankar. Sementara Mark terus saja berteriak tidak berteriak memanggil nama Dominnique. Semua perkataan Ralph membuat alter ego dalam diri Mark muncul dan kini kembali menguasainya.
Para polisi yang bertugas di ruang perawatan tahanan itu pun, segera menyuntikkan lagi obat penenang ke tubuh Mark. Perlahan tapi pasti, Mark pun akhirnya tumbang dan kembali tertidur tak berdaya diatas brankar besi itu.

MADRID, LOVE & FOOTBALL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang