"Dan setelah menikah, kau harus menjalankan bisnis ku serta tidak diizinkan untuk kembali menjadi pemain sepak bola yang jelas-jelas gajinya tak seberapa itu, Antonio Miguel. Jadi, kau setuju dengan syarat yang ku ajukan ini kan?"
Deg.
Degup kerja jantung seorang Captain team football tersohor di Kota Madrid, bahkan seluruh Spain itu tiba-tiba terasa hampir berhenti beberapa detik. Ia termangu menatap netra biru langit sang calon Ayah Mantunya yang persis seperti milik kekasihnya itu dengan pandangan kosong tanpa arti. Suara bariton Mr. George Martinez yang mengajukan syarat saat Antonio membahas restu untuk bisa menikahi Katty itu terdengar seperti sambaran halilintar di pendengarannya.
Berhenti bermain bola? Apakah itu mungkin bagi seorang Antonio Miguel yang sangat mendedikasikan hidupnya dilapangan hijau selama kurang lebih tiga belas tahun itu? Sudah sejak ia berada di elementary school lah impian menjadi bintang dilapangan hijau itu ditanam dalam dirinya. Jadi bagaimana bisa di usianya yang ke dua puluh delapan tahun ini ia hanya mampu duduk memandang dari tribun stadion atau mungkin di depan layar kaca tanpa berkeinginan untuk ikut serta berlari dan merebut si kulit bundar dari kaki-kaki sang lawan?
Itu sama saja seperti menangkap belut berkuping dalam sebuah air berlumpur. Sulit dan benar-benar butuh perjuangan berat. Antonio ingin menikahi Katty dan hidup bahagia bersama anak-anak yang di anugerahkan Tuhan pada mereka berdua kelak. Tapi meninggalkan lapangan hijau? Apa ia sanggup? Bahkan sejak tadi tubuhnya semakin menegang dan urat emosional yang ia miliki sudah terpampang nyata dalam semburat merah padam di wajah tampannya.
"Jadi bagaimana, Antonio Miguel? Apakah ka--"
George Martinez kembali menanyakan perihal kesiapan Antonio dalam mengemban tugas menjaga harta karun milik keluarga Martinez. Namun belum selesai ia bertanya, sebuah kejadian merusak pembicara antara calon Mertua dan Menantu tersebut.
"Toooookkkk... Tooookkk... Toookkk..."
"Daddddyyyy... Buka pintunya! Aku tau Daddy pasti ada di dalam bersama Antonie kan? Aku... Ingin makan omelette isi daging buatan Antonie, Dad!"
Ternyata si Anak perempuan Mr. George Martinez itulah yang melakukan kegaduhan tersebut.
Ia mengetuk rak buku yang terbuat dari kayu eboni itu dengan kasar. Tak puas dengan hanya mengetuk saja, ia kemudian berteriak dan menyampaikan apa yang sedang ingin ia makan saat ini. Ternyata Katty sedang melewati fase mengidamnya. Ia bahkan ingin omelette itu dibuatkan langsung oleh tangan sang Ayah dari si jabang bayi, Antonio Miguel.
"Shiiittt... Anak itu kenapa berubah menjadi tak sabaran begini. Seperti calon suaminya akan aku lukai saja, cih...
Hey, kau Anak muda! Obat apa yang sudah kau berikan pada Katty ku hingga dia sangat mengkhawatirkan mu seperti ini? Aku saja yang sudah hampir dua puluh satu tahun hidup dengannya tidak pernah ia cemaskan."
George berkata spontan sembari melipat tangannya di dada menatap ke arah netra hazelnut Antonio Miguel. Sedangkan sang calon Anak Mantu yang di tatap seperti itu hanya bisa tersenyum kikuk memperlihatkan wajah tak bersalahnya.
"Katty sedang mengandung Anak ku, Dad."
"Iya, Aku juga tau itu. Apa kau pikir aku buta dan tuli sampai tak mengetahui keadaan putri kesayangan ku sendiri, hemm?"
George memasang muka masam di hadapan Antonio yang berusaha menutup rapat-rapat mulutnya agar ia tidak terlihat seperti seseorang yang mengejek lawan bicaranya.
"Dia mungkin sedang mengidam, Dad. Beberapa waktu lalu Adik ku yang malang itu juga dibuat kewalahan dengan permintaan yang sama seperti sekarang ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
MADRID, LOVE & FOOTBALL [END]
Romance[SUDAH TERSEDIA DI GOOGLE PLAY BOOK] [DAPAT DIBACA DI APLIKASI DREAME] "Cepat kau cari perempuan yang kemarin aku tiduri itu, Antonie! Cari dia di setiap sudut Madrid ini, bila perlu ke seluruh Spain. Sebuah Tatto berbentuk buluh terdapat di pinggul...