Dominnique keluar dari toilet hotel dengan keadaan lesu dan gelisah. Ia terlihat sedikit shock setelah mengetahui kabar kehamilannya. Kegelisahan Dominnique akan nasib dirinya dan si cabang bayi membuat dia seperti ingin pergi jauh entah kemana untuk sejenak menenangkan diri. Dominnique tau jika Ralph benar-benar tulus mencintai nya. Dia juga tau jika lelaki itu pasti tidak akan lari dari tanggung jawabnya.
Hanya saja yang ia khawatirkan adalah karir bersepak bola Ralph dan juga kelurga besar lelaki itu. Bagaimana tidak, selama ini ia tak pernah berkenalan dengan keluarga Ralph. Terutama dengan kedua orang tuanya. Jadi rasa gelisah atas restu orang tua itulah yang sebenarnya sangat ia gelisahkan. Dominnique sedikit paranoid jika sedang memikirkan orang tua pasangannya karena saat ia menjalin hubungan dengan Mark Rodriguez, dia sempat mengantongi restu dari kedua calon mertua. Akan tetapi belakangan orang tua Mark malah balik membenci Dominnique, dan menjodohkan anaknya dengan perempuan lain. Untung saja saat itu Dominnique tidak sedang hamil, sehingga ia bisa dengan mudah melepaskan Mark walaupun harus merelakan semua kenangan indah mereka terbawa bersama kepergian Lelaki yang entah saat ini ada dimana.
"Demmy! What are you doing here, honey?" ucap seseorang membuyarkan lamunan di kepala cantik Dominnique.
"Ma...mark! Ka..kau ada disini? Bagaimana bisa?" tanya Dominnique mengedarkan pandangannya ke belakang lelaki tersebut.
Mark tersenyum smirk mengingat bagaimana ia bisa keluar dari rumah sakit jiwa terbaik di washington DC itu dengan mudah dan mulai menguntit kemana pun gerak gerik Dominnique beberapa hari yang lalu.
"Bagaimana perkembangannya Shawn? Mengapa kau menyuruh ku kemari?" ucap Bill Gutteres mengerutkan kening tuanya.
"Aku hanya ingin kau membawa pulang Mark Rodriguez dari sini, Bill. Client mu ini sudah sangat baik sekarang. Dia bahkan sudah membantu ku merawat beberapa pasien." ucap Profesor Shawn pada Bill Gutteres sahabat lamanya.
"Apa kau yakin, Shawn?
Dia mengidap alter ego akut. Bagaimana bisa kau berfikir dia bisa sembuh secepat ini?" jawab Bill Gutteres lagi.
"Apa kau meragukan kemampuan ku dalam mendiagnosa kejiwaan seseorang, hemm? Lalu mengapa kau menyuruh kelurganya membawa dia kemari, Bill?" gerutu Profersor Shawn sembari melepas kaca mata bacanya.
"Aku hanya takut dia berulah lagi setelah ia kembali ke Barcelona, Shawn. Terlebih lagi saat kenangannya dengan gadis itu kembali datang, maka tak bisa aku bayangkan jika ia kembali menyakiti atau bahkan berbuat nekat yang lain." resah Bill sembari meletakkan kedua tangan diatas meja kerja Profesor Shawn.
"Kau tak perlu khawatir, Bill. Kami sudah berulang-ulang melakukan hipnotheraphy pada nya. Kau tau kan apa maksud ku?" ucap Profesor Shawn lagi.
"Kau mencuci otaknya? Tapi apa kau yakin itu berhasil, Shawn? Bagaimana jika alter ego tersebut muncul kembali?" tanya Bill Gutteres mencecar sahabatnya.
"Aku tak pernah salah dalam mencuci otak seseorang, Bill. Jika kau tak mau membawanya kembali maka pulang lah sekarang dan biarkan dia disini dengan ku. Akan ku katakan pada keluarganya jika Mark Rodriguez tidak dapat sembuh lagi dan dengan begitu ia tentu akan membantu ku terus disini." ucap Profesor Shawn menatap sakratis dua bola mata Bill Gutteres.
Salah satu pengacara kondang di negara Spanyol itu pun mencoba mencari kebohongan dari pelototan profesor itu, namun sebuah kepastian akan kebenaran ucapannya terpancar dari sinar mata Ahli Kejiwaan tersebut.
Maka dengan berat hati akhir nya, Bill Gutteres akan membawa pulang Mark Rodriguez ke Barcelona. Ia yang mengetahui hal itu dari sebuah alat sadap yang ia pasang di ruangan Profesor Shawn pun tertawa puas dalam kamar rawatnya selama di Washington DC. Ia senang rencananya berjalan dengan mulus. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Tentu saja karena Mark memanfaatkan Dokter Elly Mclaren yang merupakan Isteri Profesor Shawn, untuk membantu nya agar segera keluar dari rumah sakit itu.
Ia meminta wanita itu untuk menghipnotis Profesor Shawn setiap kali pria itu ingin melakukan hipnotheraphy pada tubuhnya. Mark mengiming-imingi Elly Mclaren dengan uang dalam jumlah yang besar. Wanita itu pun kemudian menyetujui dengan satu syarat dan hal tersebut adalah menuntaskan libido seksualnya. Mark yang kaget akan hal itu pun sempat berfikir sejenak, namun kemudian Mark pun menyetujui hal itu. Karena jujur saja ia pun sudah sangat lama merindukan sebuah penetrasi dalam dirinya. Terlebih lagi tubuh dan gaya berbusana seorang Elly Mclaren sangat mudah memancing kejantanan pria mana pun yang melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MADRID, LOVE & FOOTBALL [END]
Romance[SUDAH TERSEDIA DI GOOGLE PLAY BOOK] [DAPAT DIBACA DI APLIKASI DREAME] "Cepat kau cari perempuan yang kemarin aku tiduri itu, Antonie! Cari dia di setiap sudut Madrid ini, bila perlu ke seluruh Spain. Sebuah Tatto berbentuk buluh terdapat di pinggul...