Bab 23. 🐷

5.2K 193 3
                                    


Sirene ambulance bergema dipekatnya malam kota Barcelona. Sepasang Kekasih dengan Alfa Romeo ikut mengiringi kendaraan beroda empat itu dalam keadaan diri saling diam tanpa kata. Deru suara alat kejut jantung yang sedari tadi coba digunakan oleh para ahli medis pun ikut menemani gaungnya sirene itu. Sementara ditempat kejadian perkara, beberapa petugas Kepolisian Kota Barcelona tengah memasang police line sebagai tanda telah terjadi suatu tindak kriminal disana. Perempuan lemah tak berdaya dengan kondisi berbadan dua dan tangan terborgol bernama Dominnique Miguel itu pun sudah dibawa paksa oleh beberapa petugas yang berwajib, menaiki kendaraan khas mereka. Atas dasar azas praduga tidak bersalah, ia akan menjadi saksi serta harus dengan sebenar-benarnya memberikan keterangan mengenai kejadian berdarah di apartement mewah milik Armando Dacosta. Entah apa yang akan terjadi pada nasib diri dan bayi dalam kandungannya itu karena dia sudah berurusan dengan pria phsycopart lalu berujung di kantor polisi seperti sekarang ini. Semoga saja, para petugas yang membawanya itu tidak melakukan suatu hal buruk padanya dan benar-benar dapat bertindak adil dalam menangani kasus tersebut.

***

"Maaf Miss Miguel, tolong anda ikut dengan Mrs. Moriles untuk berganti pakaian yang lebih layak." ucap seorang polisi ber tag name Sandes D'cruz.
Dominnique yang hanya mengenakan selimut tipis itu pun bergegas mengikuti langkah kaki Mrs. Moriles, salah seorang polisi wanita di kantor tersebut. Akhirnya Dominnique kini telah berganti pakaian yang lebih kayak dari sebelumnya. Namun sayang, apa yang melekat di tubuh Dominnique saat ini ternyata bukanlah pakaian casual yang enak dipandang mata. Melainkan pakaian nara pidana bergaris hitam putih. Pemandangan tersebut tentu saja membuat setiap pasang mata yang melihatnya, menjadi sangat terenyuh.
Meski demikian, hal itu tak lantas mengurangi sedikit pun inher beauty yang terpancar dari wajah lembut Dominnique Miguel. Bahkan para polisi muda lainnya yang berada disana pun cukup takjub melihat seorang Dominnique Miguel. Beberapa dari mereka juga ada yang sempat kaget tak percaya. Hal itu karena belakangan ini, wajah cantik Dominnique sudah beberapa kali masuk dalam pemberitaan online maupun media cetak yang membahas tentang hubungan percintaannya dengan Ralph Sergio. Bahkan siang ini pun ia masih diberitakan sedang berkunjung ke Kota Valencia guna menonton laga tanding perdana team Madrid CF. kesayangannya. Sehingga hal itulah yang membuat para Polisi muda tersebut tak percaya jika saat ini Dominnique sudah berada di sana dengan keadaan akan menjadi seorang terpidana kasus pembunuhan, bila ternyata bukti-bukti kesalahan terarah banyak padanya.
"Duduklah Miss Miguel, jangan berfikir yang tidak-tidak. Ingat saat ini anda sedang mengandung, bukan? Kami susah mendengar laporan tentang penculikan diri mu dari Kantor Kepolisian Kota Valencia. Jadi anda tak perlu terlalu khawatir."
Mrs. Moriles mencoba menenangkan Dominnique yang terlihat sedikit pucat, agar tak terjadi sesuatu dengan kandungannya.
"Terima kasih, Mrs. Moriles. Aku sangat lega mendengar jika Kak Antonie sudah melapor tentang menghilangnya diri ku."
Dominnique berkata dengan sedikit lega sembari mengelus perutnya yang masih terlihat datar.
"Tenanglah, dear. Mommy akan melindungi mu dari apa dan siapa pun juga yang mencoba untuk menyakiti kita. Jadi kau harus kuat serta tangguh seperti Daddy saat sedang bertanding yah, Sayang?"
Suara batin Dominnique pada janin tak berdosa di sela elusan tangan nya itu terasa sangat menyedihkan. Jika saja ia tak berusaha melawan kegilaan Mark tadi, maka entah apa yang akan terjadi sekarang. Meskipun terbersit sedikit penyesalan akan kejahatan yang ia lakukan, namun tetap saja Dominnique merasa hanya itulah jalan terbaik untuk menyadarkan kewarasan dalam diri Mark Rodriguez.
"Eheemm... Maaf Miss Miguel. Mari ikut saya ke ruang interogasi sekarang."
Polisi Pria ber tag name Sandes D'cruz itu datang hingga membuyarkan lamunan singkat Dominnique. Ia pun pasrah dan melangkah gontai mengikuti kemana pria berseragam Kepolisian itu pergi. Akhirnya Dominnique sampai dalam sebuah ruangan berdinding kaca bening nan tebal kedap suara. Di sana juga sudah terdapat dua orang wanita, termasuk Mrs. Moriles yang duduk melipat kedua tangannya pada meja kayu berbentuk persegi panjang itu. Tatapan Mrs. Moriles sangat teduh dan mendamaikan hati seorang calon ibu muda seperti Dominnique, akan tetapi lain hal dengan wanita yang berada disebelahnya. Ia menunjukkan mimik wajah suram tak terbaca dengan tatapan mata elang yang menusuk hingga membuat nyali seorang Dominnique Miguel sedikit menciut.
"Duduklah, Miss Miguel. Anda berada di ruangan ini karena kami akan menanyakan perihal kejadian yang mengakibatkan tewasnya Saudara Mark Rodriguez."
"Ap...apaaa? Mmaa..rkkk... Me--"
"Iya, Miss Miguel. Pukulan anda sungguh sangat tepat mengenai otak kecil Mr. Rodriguez hingga ia menghembuskan nafas terakhirnya dalam perjalanan menuju ke rumah sakit terdekat dan yah, ku ucapkan selamat untuk mu karena telah berhasil membunuh salah satu Bussines Man muda terbaik di Negara Spain ini."
Wanita dengan tatapan mata elang yang sejak tadi duduk diam di sebelah Mrs. Moriles itu pun mulai angkat suara. Dia bukan hanya memiliki mimik wajah menakutkan, tapi lidahnya bahkan memiliki tingkat ketajaman setajam silet. Namun Dominnique sudah tak memperdulikan perkataan sinis wanita itu karena kini butiran air dari kedua pelupuk matanya sudah lolos mengalir begitu saja tanpa bisa ia bendung lagi. Dominnique sangat shock mendengar berita yang sungguh tidak diharapkan itu. Jujur saja dia memang ingin terbebas dari aksi bejat Mark hingga dengan beraninya ia memukulkan botol wine berkaca tebal hingga pecah di belakang kepala lelaki tersebut.
Tapi bukan berarti ia ingin menghabisi nyawa Mark hingga membuat statusnya bertambah dari sekedar wanita hamil menjadi wanita pembunuh. Karena jauh dalam lubuk hati Dominnique, perempuan itu masih sangat menyayangi Mark sebagai seorang sahabat maupun mantan orang tercintanya dulu.
"Tenanglah, Miss Dominnique. Jangan terlalu kau pikirkan ucapan sinis Mrs. Sarah Aquino. Dia memang seorang penyidik wanita yang terkenal sadis dan bengis di Kantor Kepolisian Kota Barcelona ini."
Mr. Sandes D'cruz mencoba menenangkan Dominnique yang sudah terisak dikursi kayu ruang interogasi itu.
"Miss Miguel, perkenal aku Amanda Moriles dan seperti yang kau dengar dari Mr. Sandes D'cruz tadi, ini adalah Mrs. Sarah Aquino. Kami bertiga akan menginterogasi seputar hal yang menimpa anda di tempat kejadian perkara tadi. Jadi kejujuran anda sangat menentukan status saksi yang kini anda sandang."
Wanita lembut bernama Amanda Moriles itu mulai berkata sembari memegang kedua pundak Dominnique yang bergetar hebat akibat isak tangisnya.
"Anda adalah seorang korban penculikan disini Miss Miguel. Tak perlu mencemaskan perbuatan menghilangkan nyawa seseorang yang anda lakukan karena mungkin itu adalah cara satu-satunya untuk membela diri."
Mr. Sandes D'cruz menambahkan kata-kata yang tadi dilontarkan oleh rekannya, Amanda Moriles. Namun hal tersebut malah berbanding terbalik dengan sikap rekan mereka yang bermata elang, Sarah Aquino. Sebab wanita judes itu malah menertawakan kesedihan Dominnique serta mengejek perkataan dua rekannya.
"Apa pun maksud tindakkan anda membela diri, tetap saja menghilangkan nyawa seseorang itu tidak dibenarkan dalam hukum dan bayang-bayang wajah si korban tadi jelas akan berputar menghantui pikiran anda. Benar begitu kan, Miss Miguel?"
"Cukup Sarah, dia sedang mengandung. Jangan karena Ayah Miss Miguel tidak memilihmu dulu, kau jadi bersemangat mencari kesalahan yang jelas-jelas tidak sengaja ia lakukan demi menjaga diri atau pun janin dalam kandungannya. Kau tau kan dia sedang hamil saat ini?"
Sandes D'cruz segera menyanggah semua ucapan pedas Sarah Aquino dengan sangat berapi-api. Sikap Pria yang masih terlihat menawan di usia tua nya itu seperti menunjukkan sebuah rasa kecemburuan pada Mendiang Ayah Dominnique.
"Aku tidak membahas masalah pribadi terlebih lagi tentang masa lalu ku di tempat ini, Sandes. Jadi jaga mulut lancang mu itu!"
Sarah memberengutkan wajahnya. Ia kesal mana kala rekan kerja yang juga adalah suaminya itu membahas masa lalu tentang dia yang sangat mengejar cinta Mendiang Ayah Dominnique.
"Baiklah Sweety, jika begitu duduk dan kerjakan tugas mu dengan penuh tenang. Ingat, dia sedang hamil muda. Lihat saja sejak tadi tubuhnya terus bergetar seperti itu."
Sandes D'cruz menunjuk ke arah Dominnique yang masih terisak di pelukan Amanda Moriles dengan dagunya. Sarah kemudian menyuruh Sandes D'cruz membuatkan secangkir coklat panas untuk Dominnique. Ia akhirnya berusaha sedikit mengurangi sikap mengintimidasi yang sudah mendarah daging dalam dirinya tersebut.

MADRID, LOVE & FOOTBALL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang