"Lea!"
Lea yang baru saja akan memasuki ruang kelas menoleh dan memutar matanya malas saat mendapati Audree berlari tergopoh-gopoh kearahnya. Raut panik kentara sekali di wajah cantik gadis bermata sipit itu.
Audree langsung memegang pundak sahabatnya itu dan mengguncang-guncangnya dengan kuat, "Bilang ke gue kalo yang tadi ditembak Arkan itu bukan lo. Cepetan!"
Lea tersenyum malu dan menyodorkan sebuah buket bunga pada Audree yang mana hal itu membuat mata Audree membulat lebar.
"Jadi... Beneran lo?!"
"Ya, menurut lo gimana?"
Audree menepuk tangannya heboh sambil menggelengkan kepalanya pelan-pelan, "Sip, gue enggak nyangka selama ini Arkan sukanya sama lo."
"Loh? Emang apa yang salah sama gue?!"
"Lo enggak nyadar apa ya?! Lo itu males, bego, mageran, taunya ngorpe doang, sukanya main ke warㅡhuffffttttt."
Lea buru-buru menutup mulut Audree sebelum semua aibnya keluar dari mulut laknat itu. Segera ditariknya Audree ke arah bangku mereka saat ia menyadari semua mata murid sekelas tertuju padanya.
Waktu masih pagi, tapi Lea sudah berkali-kali menjadi pusat perhatian dimana saja jalan yang ia tapaki. Terlebih banyak mata yang menatapnya penuh iri dan benci. Kalau gini sih, Lea berasa menjadi artis karena punya banyak haters.
"Cerita ke gue."
"Cerita apaan?" tanya Lea sambil meletakkan tasnya didalam loker dan menyusul Audree untuk duduk.
"Lo pake pelet apa sampe si Arkan mau sama lo?"
Lea membelalak dan memukul kepala Audree menggunakan buket bunga dari pacar barunya. Yang punya pacar mah beda.
"Sakit!"
"Makanya mulut lo saring sana! Gue murni tau dapetin cogan setingkat Arkan."
Audree mendecih, "Cih, Arkan itu ngigau kali waktu nembak lo."
"Eh sumpah ya, mulutnya Audree pedes amat."
"Bodo."
"Wajar sih ya Arkan suka sama gue," Lea mengembangkan senyumnya sambil membayangkan tatapan lembut yang tadi Arkan layangkan untuknya, "Secara gue ini diam-diam menghanyutkan."
Audree memasang wajah akan mual dan langsung mendapat pukulan keras dari Lea dikepalanya.
"Suka banget sih mukul!"
"Bodo—"
"Mana yang namanya Tallea Ambarita?!"
Lea dan Audree saling bertatapan beberapa saat lalu atensi mereka teralihkan kearah pintu kelas. Disana, berdiri dua orang gadis cantik yang merupakan anak kelas sebelah dengan wajah marahnya. Terutama si gadis berambut kecoklatan.
"Itu, disana."
Sialnya, salah satu murid langsung menunjuk tempat Lea dan Audree berada. Kedua pasang mata tajam itu menatap Lea penuh kesal sambil melangkah kearahnya dengan angkuh. Menunjukkan betapa tingginya derajat kedua gadis itu yang tidak ada apa-apanya dimata Lea.
Yang menjadi sasaran menyipitkan mata, menatap dengan sedikit curiga. Ah, sepertinya ini ada hubungannya dengan Arkan. Secara, satu dari dua gadis itu adalah mantan Arkan.
"Oh," si gadis berambut kecoklatan menatap Lea dari atas ke bawah, meneliti penampilannya dengan wajah meremehkan, "Jadi gini doang seleranya Arkan sekarang?"
Mata Lea membulat, diliriknya kearah sekitar dan lagi-lagi ia menjadi pusat perhatian. Astaga, hanya salam sehari Lea benar-benar seperti menjadi artis. Lea bangkit dari duduknya, mengangkat kepalanya dengan dagu yang ia angkat tinggi-tinggi, menantang gadis dihadapannya tanpa takut, "Iya, gue Tallea Ambarita. Pacarnya Arkan. Mau apa lo?"
Audree menatap Lea terkejut, tapi ia tidak heran. Hanya terkejut saja. Toh, pada dasarnya Lea memang anak berani pada siapa saja yang menantangnya selagi ia benar.
"Kenalin, gue Belva Reanara, mantannya Arkan," ujar gadis tinggi itu penuh penekanan.
Blackpink's Jennie Kim as Belva Reanara
Blackpink's Kim Jisoo as Vilza Aditama
Lea dan Audree saling bertatap lagi sebentar dan tiba-tiba saja tergelak bersamaan. Hal itu lantas membuat seluruh mata yang menatapnya termasuk Belva dan Vilza yang ikut menjadi pusat perhatian itu keheranan. Mungkin sepasang sahabat ini sudah tidak waras.
Audree berdiri saat Lea berhenti tertawa, malah sekarang memasang wajah datar yang menusuk.
"Mantan doang kan? Berarti kita enggak ada urusan dong," sahut Lea santai, "Btw, gue udah kenal lo."
"Oh, baguslah," Belva tertawa sinis, "Masalah? Jelas adalah!"
"Apaan? Lo kan cuma bagian dari masa lalu Arkan doang, udah enggak penting bagi Arkan, " Audree memandang remeh Belva, "Dan masa depan Arkan ada digenggaman Lea."
Seluruh murid yang ada dikelas itu berbisik saat wajah Belva terlihat mengeras dan tangannya mengepal juga matanya berapi-api, ditatapnya Audree dan Lea bergantian dengan marah. Seumur hidup, baru kali ini ada yang berani mempermalukannya seperti ini. Mengata-ngatainya seolah dirinya sangat rendah.
Vilza memegang pundak Belva, berusaha menenangkannya. Jika Belva lepas kendali sedikit saja, maka kedua gadis dihadapannya mungkin sudah berwajah hancur ditangan Belva. Gadis itu tidak akan bermain-main pada orang yang berani pada dirinya.
"Oke," Belva tersenyum paksa dan terkesan sinis juga tidak ikhlas, "Hari ini lo bisa permaluin gue kaya gini. Besok-besok, lo yang bakal nangis mohon ampun ke gue."
Lea menatap kepergian Belva dengan malas. Ia mendudukkan tubuhnya kembali dan Audree mengikuti pergerakannya.
Kelas kembali normal seperti sedia kala saat Lea menjatuhkan kepalanya diatas meja.
"Lo tadi terlalu berani, Le," komentar Audree sembari mengelus punggung Lea dengan lembut.
"Ngapain gue takut? Mereka bukan Tuhan."
Audree menghela nafasnya, "Bukan gitu. Lo enggak inget apa yang pernah dia lakuin sama semua cewek yang dekat sama Arkan? Si Zoya aja sampe pindah sekolah gara-gara enggak kuat berhadapan sama dia. Padahal yang deketinkan Arkan duluan."
Lea mengangkat bahu, "Entahlah Dree, gue ngerasa ini bakal jadi malapetaka dalam hidup gue."
"Enggak boleh gitu ah," Audree memukul pelan punggung Lea yang membuat sang empunya mendengus kesal, "Gue doain lo nih ya, semoga lo sama Arkan tuh bisa tahan lama kaya dinding rumah."
"Receh, bego."
Entahlah, gue ngerasa malapetaka bakal bener-bener datang di kehidupan gue.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
perfect [✓]
Short Storyhanya penggalan cerita usaha Lea menjadi gadis yang sempurna untuk berdamping dengan Arkan.