Lea memandang dirinya dipantulan cermin sesaat, tidak lama kemudian sebuah senyum tulus terpatri dibibir cherry-nya. Tangannya meraih tisu lalu menumpahkan sedikit cairan pembersih make-up dan membalutinya diwajah cantiknya. Setelah seluruh sisi wajahnya bersih tanpa noda, gadis tersebut mulai melepas berbagai perhiasan yang terpasang di rambut, telinga, dan lehernya.
Tepat saat itu, seorang lelaki keluar dari kamar mandi. Arkan, lelaki tersebut, memandang Lea yang duduk didepan nakas, "Perlu aku bantu?" Tanyanya.
Lea agak tersentak, ia sama sekali tidak menyadari kalau Arkan sudah keluar dari kamar mandi, "Enggak usah, aku bisa sendiri kok."
Lelaki itu malah terkekeh, kemudian melangkah mendekati Lea setelah menyempati menggantung handuknya dijemuran kecil dekat pintu kamar mandi. Ia menunda Lea yang sedang melepas kalung yang menggantung dilehernya, menggantikan pekerjaan gadis itu, "Kalau butuh bantuan itu enggak usah sok malu gitu deh."
"Yang malu juga siapa? Aku cumaㅡ"
Cup.
Lea membatu sesaat ketika bibir tipis Arkan menempel singkat dileher belakangnya. Astaga, rasanya jantung Lea ingin lepas saat ini juga.
"Nah, udah selesai," Arkan meletakkan kalung itu diatas nakas, "Mandi sana. Bau keringet."
Lea mendelik kepada Arkan sebentar lalu berdiri dari duduknya, "Tolong bukain resleting-nya dong," katanya masih dalam posisi memunggungi Arkan.
Mendadak lelaki tersebut diam, tidak menyahut dan tidak pula melakukan perintah Lea.
"Arkan?" Panggil Lea bingung.
"Lea."
"Hm?"
"Kamu pakai baju dalem kan?"
"Iya," gadis tersebut mengangguk polos, membuat Arkan menghela nafas lega. Bisa mati kutu ia kalau Lea tidak pakai baju dalam.
Pelan-pelan Arkan menurunkan resleting gaun putih tersebut sampai kebawah, tepat dibagian pinggang Lea. Keadaan hening sejenak, Lea sibuk menahan gaunnya agar tidak jatuh ke lantai sedangkan Arkan berusaha untuk tidak gugup melihat punggung indah Lea yang meskipun tertutup oleh kain tipis berwarna putih ketat namun tetap memperlihatkan lekuk tubuhnya.
Sebagai lelaki normal, siapa yang tidak tergoda dengan keindahan Lea?
"Uㅡudah?" Tanya Lea, mendadak ikut gugup karena Arkan tidak membuka suara sedikitpun.
"Iya," gumam Arkan.
Lea buru-buru berlalu dari hadapan Arkan sembari melirik lelaki tersebut. Sial, sangat sial, kursi nakas itu menginjak gaun panjangnya hingga gaun tersebut lepas dari tubuhnya.
Arkan membulatkan mata, menelan ludah ketika lekuk tubuh ramping Lea menyambut indera penglihatannya. Sesuatu bergejolak kuat dalam tubuh Arkan, membuat lelaki itu buru-buru mendorong Lea ke kamar mandi.
"AㅡArkan," pipi gadis tersebut memerah padam karena malu.
"Cepet ke kamar mandi," bahkan mata lelaki itu tidak lepas sama sekali dari tubuh Lea.
Tanpa menjawab, Lea melangkah cepat ke kamar mandi. Malu sekaligus gugup.
Arkan mengigit bibir bawahnya dan terduduk diatas ranjang. Tubuh Lea yang tetap terlihat meski tertutup kain masih terngiang diingatannya, membuat ia memejamkan mata erat dan menggelengkan kepala kuat. Berusaha menghilangkan bayangan itu dari otaknya.
"Arkan!"
Lea berteriak dari dalam kamar mandi cukup kencang.
"Iya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
perfect [✓]
Short Storyhanya penggalan cerita usaha Lea menjadi gadis yang sempurna untuk berdamping dengan Arkan.