05

2.4K 265 10
                                    

Mobil mewah itu berhenti tepat didepan rumah Lea yang tidak terlalu besar namun sudah pasti nyaman untuk ditinggali. Banyak pohon-pohon dan tanaman yang mengelilingnya, membuat rumah tersebut menjadi hijau dan segar dilihat oleh mata.

Lea akan membuka pintu mobil tetapi Arkan lebih dulu menahan pergerakannya. Gadis itu terdiam menatap tangan besar yang menggenggam tangannya dalam beberapa saat sebelum bola matanya melempar tatapan bertanya. Tepat saat itu, jantungnya kembali berdetak sangat cepat. Retina Arkan menusuk retinanya dengan sangat lembut, seolah menyalurkan rasa lewat mata.

"Aku ikut turun," suara berat lelaki itu mengalun pelan namun masih bisa didengar Lea dengan sangat jelas. Gadis itu tersadar dan matanya membulat.

"Buat apa? Mama enggak kenal lo, jaㅡ"

"Kamu," tekan Arkan. Ia merasa kurang nyaman saat Lea terus-menerus memanggilnya seolah dirinya adalah teman biasa bagi gadis itu.

Lea menghela nafasnya, "Okey. Buat apa kamu ikut? Mama enggak kenal kamu, entarㅡ"

"Ya tinggal kamu kenalin aja, aku kan pacar kamu," Arkan mengangkat bahunya santai. Ia bergerak cepat untuk melepas tangannya dan keluar dari dalam mobilnya sebelum Lea mengamuk tidak jelas nanti.

Mata Lea kembali membulat. Ternyata oh ternyata, Arkan punya sifat sesuka hati dibalik aura dinginnya. Oh, seharusnya Lea tidak heran karena dimana-mana orang bersifat dingin sudah pasti tidak peduli selama ia suka. Entah darimana ia bisa menyimpulkan seperti itu, tapi setiap orang yang sama seperti Arkan selalu seperti itu.

Lea buru-buru membuka pintu mobil saat matanya menangkap Arkan mulai berjalan santai kearah pintu rumahnya. Pintu mobil terhempas keras dan Lea berlari dengan sangat cepat sebelum Arkan benar-benar masuk kedalam rumahnya.

"Arkan!"

Dan langkah Arkan tertahan saat Lea menariknya dengan sangat kuat, menahannya agar berhenti. Ia tertawa keras melihat wajah panik pacarnya itu.

"Enggak boleh masuk!"

Tawa Arkan berhenti dan matanya menyipit, "Aku kan pacar kamu."

"Ih, tapikan mama belum kenal—"

"Ya makanya kenalin!"

"Loh kok jadi kamu yang kesel? Seharusnya aku!"

"Ya kesel lah, masa aku enggak boleh ketemu mama kamu," Arkan memajukan wajahnya, menatap mata tajam Lea yang kesal dari jarak sangat dekat, "Mama kamu harus kenal sama pacar anaknya yang ganteng ini," telunjuknya memencet ujung hidung Lea sesaat lalu berjalan meninggalkan gadis yang masih mematung itu dengan santai.

Lea akui, ia selalu tersihir oleh mata lembut Arkan yang menatapnya seolah ia adalah satu-satunya gadis didunia ini. Tubuhnya kaku dan kehilangan fungsi saat Arkan mendekatkan wajah mereka hingga ia dapat merasakan terpaan nafas lelaki itu diwajahnya. Namun, dalam beberapa saat ia tersadar, ia sudah dibodohi.

Gadis itu dengan cepat menoleh dan sudah mendapati Arkan mengetuk pintu rumahnya.

"Arkan!!!"

Pintu terbuka.

"Iya seben—loh Lea, temennya kok enggak diajak masuk?"

Sial sungguh sial, mama Lea lebih dulu membuka pintu dan melihat anak gadisnya berlari-lari pada pria tampan yang memakai seragam sekolah sama seperti Lea.

Arkan tersenyum manis pada wanita dihadapannya, "Saya Arkan Damopoli Durand, tante. Pacarnya Lea."

Lea yang sudah merutuk entah sudah berapa kali kini berdiri disamping Arkan dengan wajah kesal.

"Serius?" mama Lea menyapu tatapannya pada Arkan dari atas ke bawah dengan terkejut, "Ini anak saya beneran dapat pacar yang sempurna kaya gini?"

"Mama!"

"Ah, enggak tante, biasa aja," jawab Arkan sambil tertawa canggung.

"Ya sudah, ayo masuk dulu," ajak mama Lea tanpa melirik sedikitpun wajah kusut putrinya dan sibuk menyambut Arkan yang baru pertama kali ia lihat.

Yeah, gue enggak pernah liat mama nyambut pacar gue segirang itu. Mantan-mantan gue aja kadang dijutekin.

•••

Lea? Are u ok?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lea? Are u ok?

perfect [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang