16

1.9K 235 17
                                    

Arkan dengan santainya merangkul Lea, melewati lorong-lorong sekolah yang dipenuhi murid-murid. Sebagian menatap sebal pada mereka, masih merasa iri dengan Lea yang beruntung bisa mendapatkan pangeran sempurna layaknya Arkan. Tetapi ada juga yang sudah mulai terbiasa, menganggap bahwa Lea memang sepantasnya menjadi pacar Arkan.

Lelaki itu terus melontarkan candaannya, membuat gadis dalam rangkulannya tertawa lucu.

"Kamu tuh kenapa sih kecil banget? Tinggi dikit dong."

Lea mengerucutkan bibirnya sebal, "Enggak bisa, aku udah nyoba macem-macem susu tapi tinggi aku mentok disini-sini doang."

"Rajin olahraga makanya," Arkan mengacak rambut gadis itu gemas.

"Mager ih."

"Entar gendut terus pendek, nanti kamu malah jadi bantetㅡaw!"

"Ngeselin ya Arkan," sahut Lea setelah sukses memberi cubitan dipinggang Arkan lumayan keras.

"Yang penting kamu sayang."

"Enggak tuh, siapa yang bilang?"

"Aku."

"Berarti kamu mimpi."

"Udah bangun, buktinya ada cewek cantik samping aku."

Pipi Lea bersemu, menunjukkan semburat merahnya. Ia reflek memukul lengan Arkan karena malu.

"Suka banget mukul," Arkan mengelus dadanya yang menjadi sasaran kekejaman Lea.

"Abis kamu suka banget gombalin aku!"

"Lea!"

Keduanya berhenti lalu berbalik ketika suara seorang gadis memanggil Lea lantang. Sosok Audree berdiri disana dengan nafas terengah-engah sambil mendekat kearah mereka berdua.

"Lo tuh ya," hardik Audree, tak peduli bahwa Arkan bisa saja memarahinya karena berani membentak Lea, "Bisa-bisanya lo ninggalin hukuman lo! Gue yang kena omel samaㅡ"

"Nanti gue yang beresin masalah itu," potong Arkan secepat kilat. Sungguh, ia ingin menghabiskan waktu dengan Lea dan malas membahas masalah ini lagi karena itu akan membuat Lea kembali merasa bersalah.

Audree memandang Arkan sinis, segala kekagumannya pada lelaki itu seolah sirna begitu saja mengingat Lea yang akhir-akhir ini sering mendapat ocehan lantaran menjadi pacar Arkan. Ia mendecih sebal, "Dan lo, urusin itu semua fans lo terutama mantan lo yang bertingkah kayak neror Lea."

Lea membulatkan matanya terkejut dan memberi isyarat pada Audree agar sahabatnya itu menutup mulut. Lea hanya takut Arkan tersinggung.

Arkan mengendikkan bahunya santai, "Kok lo yang nyolot? Lea aja enggak dengerin."

"Ya gue enggak terimalah sahabat gue digituin."

"Shut, jangan bikin semua orang mandang kesini deh."

Audree tersentak beriringan dengan Arkan yang tersenyum puas. Kedua lelaki tampan yang Audree ketahui namanya Riko dan Kelvin itu tiba-tiba muncul dari belakang, menempatkan diri disamping kanan dan kirinya. Kalau sudah begini, Audree malah menjadi gugup dikelilingi cassanova sekolah.

"Audree," Kelvin ㅡlelaki bertubuh tinggi diantara tiga lelaki tampan itu memanggil nama Audree dengan suara bass-nya.

Audree menoleh, memandang lelaki itu gugup, "Aㅡapa?"

"Kayaknya Arkan lagi mau sama sahabat lo. Jadi," Kelvin tersenyum licik kearah Arkan, dan lelaki itu meresponnya dengan hal yang sama. Ia merangkul pundak Audree santai, "Lo bisa sama kita, kalo lo enggak keberatan."

Gadis itu menegang, buru-buru menepis lengan besar yang tadi melingkari bahunya, "Engㅡenggak usah, makasih," sahutnya cuek.

Lea tersenyum, lucu melihat wajah takut sahabatnya. Audree memang seperti itu, selalu gugup kalau berdekatan dengan lelaki yang tidak ia kenal apalagi kalau sampai bersentuhan. Ia kemudian memandang Arkan, "Aku sama Audree ya."

"Enggak."

"Ih tapi," Lea menghela nafasnya, percuma memohon karena Arkan sudah jelas akan menolaknya, "Kita bisa ke kantin barengan kan?"

Damn, Lea kurang ajar!, Audree membatin dan menatap sahabatnya itu dengan wajah memerah.

•••

Lea menyuap nasi kedalam mulut dan menatap Audree dihadapannya yang masih duduk diantara kedua lelaki tadi. Kepalanya tertunduk dan Lea merasa ingin tertawa keras karenanya. Sahabatnya itu terlihat sangat kecil diantara dua tubuh besar nan tinggi Kelvin dan Riko.

Sebenarnya Lea maupun Audree merasa risih karena daritadi seluruh murid perempuan melirik mereka tidak suka. Bahkan telinga keduanya menangkap umpatan dari gadis-gadis yang lewat. Sementara ketiga lelaki disana nampak tak peduliㅡdan memang tidak pernah peduli, mereka asik dengan obrolan mereka sendiri.

Audree mengangkat kepalanya dan saat itu juga Lea pura-pura memandang kearah lain. Ia berdecak sebal dan rasanya ingin menarik sahabatnya itu dari sini. Audree benar-benar tidak tahan di suasana seperti ini.

"Kalian berdua udah lama sahabatan?" Tanya Riko, mengalihkan perhatian kedua gadis disana padanya.

"Lumayan sih, udah dari SMP," jawab Lea santai, "Kalau kalian?"

"Dari orok juga udah sama-sama," sahut Kelvin.

Lea tertawa kecil sementara Audree hanya mengangguk-anggukan kepalanya.

"Pokoknya tuh, papa kami sahabatan dan kami udah satu sekolah dari TK sampai sekarang. Tapi kenalnya udah dari bocah banget," Arkan memperjelasnya agar gadis disampingnya paham.

"Oh, asik dong."

"Enggak sih, bosen liat mereka mulu," Riko mengeluh kemudian menyeruput minumannya.

"Apalagi gue."

"Yang paling banyak berubah siapa?" Tanya Audree, memberanikan diri untuk ikut dalam obrolan seru itu.

"Kelvin kalo menurut gue," jawab Riko cepat.

"Waktu kecil gendut, seriusan."

Lea dan Audree kompak tertawa mendengar jawaban Arkan.

"Dulu culun banget terus pake kacamata juga."

"Dulu enggak setinggi iniㅡ"

"Terus aja buka aib gue," Kelvin mendecih sebal kearah dua sahabatnya itu.

"Lo banyak aibnya emang," ujar Riko.

"Masa lalu doang itu mah, sekarang kayak hot daddy kan gue?"

Arkan, Riko, dan Lea memasang wajah mual mereka saat Kelvin menyelesaikan ucapannya.

"Untung temen. Enggak deh. Temen gue Audree doang."

Audree memandang Kelvin dengan senyuman manis. Lelaki itu lucu dan penuh humor.

Mereka terus mengobrol dan bercanda sambil menunggu bel istirahat berakhir.

Dengan begini, Lea dan Audree mematahkan opininya tentang Arkan, Kelvin, dan Riko yang sebelumnya mereka kira adalah anak-anak sombong dan arogan. Didepan para murid, wajah-wajah mereka memang sombong, tetapi ketiganya lucu kalau sudah berkumpul dan mereka sangat suka bertengkar kecil, mendebatkan hal yang tidak penting juga saling mengejek satu sama lain.

•••

Ini rada gaje aduh 😅😂

perfect [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang