42

1.4K 183 4
                                    

"Apa?! Arkan udah pulang?!"

Kelvin dan Riko dengan wajah tak bersalah mengangguk untuk menjawab pekikan gadis itu.

Lea menggeleng tak percaya lalu menerobos diantara kedua tubuh tinggi nan besar itu guna melihat bangku Arkan. Dan ya, lelaki itu benar-benar tidak ada disana.

"Enggak biasanya dia pulang duluan," gumam Lea bingung, memalingkan pandangannya lagi pada kedua lelaki yang berstatus sebagai sahabat pacarnya itu.

"Arkan lagi sibuk kayaknya," sahut Kelvin.

"Sibuk?"

"Iya, kan udah makin dekat sama Ujian, Le. Pasti dia sibuk persiapan buatㅡ"

"Tapi apa dia enggak punya waktu cuma buat sekedar nyapa gue?"

Kelvin dan Riko saling berpandangan selama beberapa saat, kompak mengangkat bahu mereka.

"Kalian kan sahabatnya udah dari orok," Lea mendelik kesal, "Pasti tau dong dia dimana dan apa kesibukannya!"

"Ya meskipun gitu, kan kita bukan emaknya ya," ucap Riko.

Gadis itu berdecak, menggigiti bibir bawahnya cemas. Tidak biasanya Arkan pulang duluan. Bahkan biasanya ketika Lea tidak akan ikut pulang dengan lelaki itu, Arkan akan tetap menunggunya sampai ia memberi kabar. Tapi sekarangㅡ

Ini bukan Arkan.

•••


Lea memainkan ponselnya tanpa minat, pikirannya masih terbagi pada perkataan Riko yang diiringi dengan perubahan sifat Arkan. Keduanya benar-benar seperti bersangkut paut, ah atau memang sesungguhnya ada sesuatu yang memang sedang mereka sembunyikan.

Lelaki itu belum menghubunginya sama sekali sejak tadi siang.

Ia berguling agar bisa berebah diatas ranjang dengan bebas, lalu iris matanya menerawang kearah langit-langit kamarnya yang berwarna putih. Sebuah helaan nafas terdengar, Lea tiba-tiba saja khawatir apalah lelaki itu baik-baik saja atau tidak.

Tidak, Arkan pasti tidak baik-baik saja. Kalaupun baik, tidak mungkin Riko mengatakan bahwa akhir-akhir ini Arkan nampak stress dan yeah, Lea juga merasakannya. Ketika mereka belajar bersama kemarin Arkan juga lebih banyak melamun dan diam daripada biasanya. Meskipun lelaki itu terus membantah bahwa dirinya sedang memikirkan sesuatu, toh nyatanya Lea peka kalau Arkan sedang tidak ingin berbagi padanya.

Kemudian ketika tadi siang lelaki itu pulang lebih cepat tanpa memberitahunya, semakin membuat Lea menaruh rasa penasaran juga curiga pada pacarnya sendiri.

Sebenarnya apa yang sedang Arkan pikirkan?

Ketukan pintu kamar membuyarkan lamunan Lea, gadis itu menoleh dan mendapati ibunya dengan senyum tulus mendekat. Ditangan wanita itu terdapat cangkir putih yang ia yakin isinya adalah coklat panas kesukaannya.

Lea menyambutnya dengan senyum juga, kemudian ia bangkit untuk duduk saat ibunya mendudukkan diri tepat disampingnya.

"Gimana kemarin belajarnya sama Arkan?" Tanya wanita yang Lea sebut dengan 'mama' itu sambil menyodorkan cangkir yang ia bawa kepada putri sulungnya.

"Agak aneh ma," Lea menerima coklat panas tersebut dan meniup sebelum meminumnya.

"Aneh gimana?"

"Dia banyak ngelamun, kayak lagi ada masalah," jawab Lea dengan nada pelan, memikirkan Arkan yang bersifat seperti itu membuatnya kembali khawatir.

"Emang kamu enggak nanya dia ada masalah apa?"

"Jelas Lea tanya ma, tapi dia kayak nyembunyiin gitu," Lea menunduk berwajah sedih, "Lea khawatir banget padahal sama dia."

Mama Lea mengelus rambut putrinya, mengulum senyum tipis yang iba. Anak gadisnya ini tidak pernah seperti ini ketika menjalin sebuah hubungan, Arkan benar-benar seperti membuat Lea gila.

Ah, tiba-tiba Lea ingat bahwa ibunya pernah bertanya tentang keluarga pada Arkan. Dan sepertinya...

"Ma," panggil Lea yang dibalas deheman ibunya.

"Mama tau sesuatu tentang keluarga Arkan?"

Wajah wanita itu langsung berubah sedikit muram. Dan Lea dapat melihatnya dengan jelas, menimbulkan rasa curiga pada benaknya.

"Mama tau apa tentang keluarga Arkan ma? Cerita sama Lea."

"Enggak," jawab mama Lea cepat.

"Tapi mama tau nama papa dan mama-nya. Bahkan kakak-kakaknya," Lea membantah, ia ingat jelas waktu itu ibunya menyebut kedua nama yang terdengar asing ditelinganya, "Ayo ma, cerita sama Lea."

"Memangnya Arkan bilang ke kamu kalau masalahnya dia itu tentang keluarga?"

Satu pertanyaan yang mampu membuat Lea terdiam. Benar, memangnya ia tau darimana kalau masalah yang menimpa Arkan dan berujung pada sifatnya yang berubah itu dikarenakan keluarganya? Arkan saja tidak memberinya sedikitpun kode.

"Maㅡ"

"Udah malem, kamu tidur sana."

Apa lagi ini?

•••

Musim ujian ya? Aku besok udah UAS 😭 mohon doanyaaa yaa~~

perfect [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang