"Kamu ngapain main hujan? Entar sakit gimana?"
Lea memutar matanya malas, "Biarin."
Gadis itu tengah berdiri tepat disamping mobil Arkan bagian kemudi yang kacanya terbuka lebar. Tadinya Lea ingin mengabaikan saja dan lanjut bermain hujan, tetapi lelaki itu terus memasang tatapan marahnya dibalik jendela mobil hitamnya. Mau tidak mau, Lea harus menghampirinya daripada bagian dalam mobil itu harus basah karenanya.
Arkan mendengus, melirik kedalam laci dibagian penumpang dan membukanya beberapa saat kemudian. Jemarinya akan meraih payung sebelum gadis itu membuka pintu mobilnya tiba-tiba dan menarik tangannya kuat-kuat.
"Lea!"
"Kamu mah," Lea membanting pintu mobil hingga menimbulkan suara yang keras setelah berhasil membuat pemiliknya keluar dari dalam sana, "Ini baru namanya main air!"
Arkan mendesis sebal. Percuma sudah kalau ingin melindungi tubuhnya, toh Lea berhasil membuat hujan mengguyurnya.
Hujan semakin deras, Lea menarik lelaki itu ke tengah jalan kemudian tertawa melihat wajah Arkan yang tidak suka. Gadis itu mengendikkan bahunya dan melepas genggamannya. Ia berlari, berputar, dan melompat-lompat sendiri bak anak kecil yang baru saja bertemu air.
Arkan memperhatikannya dari jauh, gadis itu tidak pernah sebahagia ini. Lea terlihat seperti orang yang tidak memiliki sedikitpun masalah dalam hidupnya, bebas. Rasanya sangat melegakan melihat gadisnya tersenyum sangat lebar dan tertawa dengan riangㅡhal yang belum berhasil ia lakukan semenjak Lea berstatus sebagai pacarnya.
Tidak susah membuat Lea bahagia, hanya saja Arkan kurang tau caranya. Ia pikir selama ini dengan mengajak gadis itu jalan-jalan ke suatu tempat akan membuat Lea senang. Jadi alasan Lea selama ini selalu menolaknya karena Lea tidak suka hal yang terlalu bermewah-mewahan.
Arkan merasa beruntung memiliki Lea dengan sifat sederhananya.
Lelaki itu tersenyum, kemudian berlari kearah Lea dan memeluknya erat. Tidak lagi ia pedulikan tentang tubuhnya yang semakin basah, toh ini menyenangkan. Ketika kamu berdiri dengan orang yang kamu cintai dibawah guyuran hujan dan bermain bersama.
Lea agak tersentak saat Arkan memeluknya namun tersenyum senang. Ia memilih berbalik, balik memeluk lelaki dihadapannya.
"Makasih," Arkan mencium pipi kiri gadis itu, "Aku sayang kamu."
Lea awalnya bingung karena kata terima kasih yang keluar dari bibir Arkan, tapi kemudian ia tersipu dengan Arkan yang tiba-tiba mencium pipinya, "Aku lebih, lebih, lebih sayang sama kamu."
"Ayo," Lea menarik lelaki itu lagi, bermain dibawah guyuran hujan sore itu yang semakin deras. Arkan menerimanya dengan senang hati, selama itu bersama Lea, Arkan akan menerimanya.
Sekali lagi, Lea berhasil membuatnya jatuh cinta.
•••
"Ini bajunya almarhum papa," Lea menyodorkan kaos hitam beserta celananya pada Arkan, "Muat kok, papa badannya 11 12 sama kamu, hehe."
"Oh, jadi papa-nya Lea udah meninggal," ujar Arkan setelah Lea meninggalkannya sendirian dikamar gadis itu.
Arkan mengusap rambutnya menggunakan handuk setelah mengganti baju. Lelaki itu menoleh, menatap pantulan tubuhnya yang terlihat oleh kaca. Tak sengaja, ia mendapati bingkai foto yang berada dimeja kaca.
Senyum simpulnya terbentuk, itu foto Lea dan Audree. Sepertinya foto itu diambil ketika mereka baru saja lulus SMP. Disampingnya terdapat foto Lea, ayah, ibu, dan anak perempuanㅡArkan pikir itu adalah adiknya. Mereka seperti keluarga bahagia.
"Keluarga bahagia," gumam Arkan, lengkap dengan senyum mirisnya.
Sebuah hal yang belum pernah ia rasakan semenjak terlahir ke dunia.
"Kak Lea."
Lelaki itu menoleh cepat saat pintu terbuka, menampilkan gadis cantik bertubuh sedikit lebih mungil daripada Lea dengan wajah terkejutnya.
"KAK LEA MANA?! LO SIAPA?!"
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
perfect [✓]
Short Storyhanya penggalan cerita usaha Lea menjadi gadis yang sempurna untuk berdamping dengan Arkan.