37

1.5K 183 15
                                    

Lea benar-benar mewarnai dan mengubah gaya rambutnya. Meskipun tidak begitu mencolok karena hanya bagian bawah rambut panjangnya yang ia warnai karena ia terlalu mencintai rambut hitamnya.

Nyatanya meskipun Lea ingin seperti mantan-mantan Arkan yang lainㅡyang punya rambut berwarna-warni, ia tetap waras untuk tidak menggunakan warna yang terlalu mencolok. Jadi kalau disekolah, guru tidak akan menegurnya terlalu keras. Lagipula ia tau kalau menggunakan warna blonde atau red atau warna terang lainnya, Lea akan sedikit risih dan kesulitan menemukan pakaian yang cocok dengan warna rambutnya.

Dark blue, pilihan terbaik katanya.

Jika sebelumnya Lea selalu membuat rambutnya sedikit gelombang, kini rambut lurus menjadi pilihannya. Membuat kesan dewasa terlihat pada gadis itu.

Pagi ini, Lea menatap tubuhnya dari pantulan kaca kamar. Dirinya sudah rapi dengan seragam sekolah dan tas yang terlampir di punggungnya.

Mengembungkan pipinya, Lea memegang bagian bawah rambut dark blue-nya, "Enggak aneh kan ya?"

Kalau bukan karena Arkan, sudah pasti gadis ini ogah-ogahan mewarnai rambut juga mengubah hairstyle seperti ini.

Ia meringis, membayangkan bagaimana reaksi orang-orang sekitarnya jikalau mengetahui si gadis brutal yang sangat mencintai rambut hitam legamnya itu, mengubah sedikit warna rambut dan hairstyle-nya. Terlebih tentang reaksi semua warga sekolah yang selalu meremehkannya. Apakah mereka akan merubah pikiran mereka tentang Lea yang tidak cocok untuk Arkan?

"Enggak dong," Lea tersenyum manis kearah kaca, "Gue udah cantik kok. Semua orang bakal mengelu-elukan seorang Tallea Ambarita!" Ia tertawa diakhir kalimatnya, membanggakan dirinya sendiri.

Ketika Lea sedang asik menghibur diri, suara Ellen dari luar kamar menghancurkannya. Membuat Lea buru-buru keluar dari kamar.

"Kak Lea! Kak Arkan ada didepan rumah tuh!"

•••

"Kamu warnain rambut? Sejak kapan?"

Lea menoleh, akhirnya keheningan diantara mereka dihancurkan juga oleh Arkan. Tadi ia memang sengaja diam dan membiarkan Arkan menyetir agar lelaki itu menyadari perubahan penampilannya ini.

"Kemarin," jawab Lea singkat, kemudian ia meraih rambutnya dan menggoyang-goyangkannya lucu, "Bagus kan? Aku sengaja sih pilih yang enggak terlalu mencolok."

"Gimanapun juga itu tetep keliatan Lea."

"Ya tapi kanㅡ"

"By the way, kamu terinspirasi dari siapa sih warnain rambut?"

Lea menutup rapat bibirnya. Tidak mungkinㅡsangat tidak mungkin ia menjawab bahwa alasannya mewarnai rambut karena ingin menjadi seperti gadis-gadis lain yang juga pernah bersama Arkan. Lelaki itu jelas akan marah kalau tau hal itu. Jadi mau tidak mau, Lea benar-benar harus pintar mencari kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan Arkan. Yeah, meskipun lagi-lagi harus berbohong.

"Ya, lagi pengen aja sih. Lagian aku bosen sama rambut hitam doang dan model yang gitu-gitu aja. Jadi yaa... Aku warnain deh!" Jawab Lea sambil menyengir.

"Oh," Arkan mengangguk-angguk, masih fokus menyetir untuk ke sekolah, "Aku kira dari siapa. Ternyata mau sendiri."

Lea merengut sebal. Ekspektasi memang terkadang tidak sama dengan kenyataan. Tadinya ia berpikir Arkan akan senang dan memujinya setinggi langit. Tapi kenyatannya lelaki itu nampak tak peduli, menganggap semuanya biasa saja.

Ah, kalau tau responnya Arkan gini doang mah mending gue enggak usah aja ngelakuin ini! Rugi gue rugi, Lea memekik kesal dalam hati. Dengan wajah datarnya, ia menatap jalanan yang mereka lewati dari luar kaca.

Arkan menikmati iringan lagu pagi dari saluran radio mobilnya, sesekali ikut bernyanyi. Tak menyadari gadis disampingnya sudah terbakar api kekesalan, Arkan malah menaikkan volume suara dari benda tersebut.

"Arkan! Kecilin dikit bisa enggak sih?!" Bentak Lea sambil menutup telinganya dan menatap Arkan marah.

Lelaki itu menyerit dan balik menatap gadisnya bingung. Aneh, karena biasanya volume suara dari radio mobilnya memang segini besarnya saat bersama Lea ataupun tidak. Biasanya juga gadis itu malah semakin menaikkan volume-nya dan ikut bernyanyi. Tapi sekarang?

"Kamu pms ya?"

Lea mendelik, "Pms apaan?!"

Arkan sedikit telonjak mendengar ucapan kasar Lea, "Kamu kenapa sih?"

Tapi gadis itu enggan menjawabnya. Memilih mematikan benda yang tadi menyebabkan suara didalam mobil itu dan kembali melihat keluar kaca.

Arkan tau ini bukan waktu yang baik untuk bertanya apa yang terjadi pada Lea. Ia memang selalu seperti ini jika Lea sedang dalam mood tidak baik atau sedang berada dalam masalah, lelaki itu memilih membiarkan Lea menenangkan pikirannya terlebih dahulu daripada berbicara sambil terbawa emosi. Jadi kalau memang Lea tidak mau menjawab pertanyaannya sekarang, Arkan akan bertanya lagi diwaktu lain.

Keadaan seketika hening, hanya terdengar suara mesin yang mengiringi perjalanan pagi mereka. Arkan dengan segala kebingungannya masih berkutat dengan pikiran guna mencari dimana letak kesalahannya. Sedangkan Lea terus mengumpat didalam hati atas ketidak-pekaan pacar berwajah rupawannya ini.

Mobil yang mereka gunakan berhenti beberapa saat kemudian tepat dipekarangan sekolah yang luas dan mulai dipenuhi oleh murid-murid. Beberapa gadis menatap kearah mobil tersebut dan mereka harus mendelik sebal ketika melihat sosok Lea ada didalam sana bersama Arkan.

Itu menandakan, sang cassanova sekolah belum memutuskan hubungan dengan gadis biasa-biasa saja itu.

Arkan baru saja hendak bertanya lagi pada Lea sebelum gadis itu buru-buru keluar dari dalam mobilnya dengan wajah tak bersahabat. Ia menghela nafas lalu berdecak, memilih untuk tetap diam dan menjalankan mobilnya kearah parkiran.

Gue pikir gue bakal dikejar tadinya, batin Lea, melirik mobil mewah itu menjauh dari dekatnya.

Sekumpulan gadis yang tadi mendelik sebal padanya kini menatap Lea. Dan Lea tak gentar untuk memasang senyum sinis pada mereka sebelum berlalu kearah kelasnya. Menyadari bahwa tingkahnya membuat gadis-gadis tersebut semakin kesal.

"Yeah, gue tau mereka mau ngehujat gue lagi. Jadi karena gue lagi enggak mood buat dengerin bibir cabe-cabean kek gitu, mending ke kelas buru-buru," monolognya sebelum benar-benar pergi.

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
perfect [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang