Kaki panjang Arkan masih setia mengelilingi setiap sudut taman kota. Lelaki itu tampan dengan celana training berwarna hitam bergaris putih disisi-sisi kanan kirinya juga atasan jaket biru yang membalut kaos oblong hitam. Jangan lupakan topi dan sepatu berwarna senada yaitu hitam yang semakin membuat karismanya terlihat.
Sementara Lea berjalan lemas dibelakangnya, tidak ikut berlari seperti laki-laki didepannya. Gadis itu bergerak menutup kepalanya dengan topi hoodie merah yang ia kenakan lalu menghela nafasnya kesal.
"Waktu tidur gue terganggu gara-gara dia," gerutuan keluar dari bibir cherry-nya dan telunjuknya mengacung untuk menunjuk punggung Arkan yang masih berlari agak jauh dari dirinya. Ia mendelik, "Berani-beraninya lo ganggu waktu tidur gue yang berharga dan sekarang lo ngabaikan gue kayak gini. Kalo lo jelek dan bukan pacar gue, udah gue tendang ke sungai Amazon biar sekalian dimakan sama ikan Piranha, huh!"
Entah sudah berapa kali Lea mengata-ngatai Arkan semenjak lelaki itu menjemputnya dirumah untuk mengajak ia menghabiskan waktu dihari Minggu dengan jogging pagi. Lea yang pada dasarnya malas, jelas saja tidak bisa menahan rasa kesalnya. Ditambah Arkan malah mengabaikannya ketika mereka sampai di taman kota dan lelaki itu malah fokus berolahraga padahal ia yang mengajak Lea kesini.
Kalau boleh memilih, gadis itu jelas memilih tidur seharian sampai hari Minggu habis dan terganti oleh hari Senin. Tapi sayangnya, itu hanya angan karena sialnya ia malah berdiri diantara orang-orang yang berminat jogging.
Mata Lea menusuk retina Arkan dengan tajamnya saat lelaki itu berbalik untuk melihatnya yang berjalan sangat lambat. Gadis itu melempar botol minum digenggamannya sekuat tenaga.
Arkan menangkapnya dengan mudah, ia terkekeh melihat delikan kesal Lea terarah untuknya. Kaki panjangnya mendekati gadis itu sambil berkacak pinggang dan menggeleng-geleng.
"Enggak usah dekat-dekat, ya!" Seru Lea ketika Arkan menempatkan diri dihadapannya dan membuka tangan guna merengkuh tubuhnya. Ia melipat tangannya didepan dada.
"Idih, galak banget."
"Bodo amat," Lea melirik kearah lain guna menghindari tatapan lelakinya yang melembut.
"Ngambek ya?"
"Siapa suruh sih ngajak kesini terus cuekin aku kayak akunya enggak ada aja. Kalau gitu, mending aku enggak usah ikut. Waktu tidur aku kebuang sia-sia ini namanya! Mana aku laper lagi. Enggak mau tau pokoknya kamu harus traktir aku makan! Aku enggak bawa duit."
Arkan tertawa keras mendengar celotehan Lea yang panjang dikali lebar. Namun ia mengaduh kesakitan sebab gadis itu mencubit lengannya sangat keras.
"Diem!"
"Haha, iya iya. Aku traktir deh, mau makan apa?"
"Itu," Arkan mengikuti arah tangan Lea yang menunjuk kearah luar pagar taman, "Ayo, makan bubur ayam disana!"
Arkan menggigit bibir bawahnya lalu melirik gadisnya yang terlihat sangat bersemangat. Arkan ingin menolak, tetapi Lea terlihat menggemaskan dengan mata yang berkedip-kedip berharap padanya.
"Kok diem?" tanya Lea karena Arkan tidak merespon apapun. Sebenarnya gadis itu mengerti, Arkan si anak orang kaya dan berderajat tinggi pasti tidak pernah makan dipinggir jalan. Berbeda dengan dirinya yang terima-terima saja asal kenyang.
"Err..." Lelaki itu berpikir sedikit untuk merangkai kata-katanya, "Gimana kalau kita ke tempat yang lain aja? Kan ituㅡ"
"Enggak mau! Maunya disitu, ya ya ya?"
Arkan menghela nafasnya, "Lea kamu tau kan aku enggak pernahㅡ"
"Iya aku tau," Lea memotongnya dengan cepat karena tau arah omongan Arkan, "Makanya kamu harus nyobain. Gini ya, aku tau kamu emang biasa makan enak ditempat yang mahal, tapi ditempat yang murah makanannya enggak kalah enak kok! Kamu harus nyoba dulu, baru nilai."
"Tapikanㅡ"
Lea memutar matanya kesal dan mendengus, "Ya udah, aku mau pulang aja! Akuㅡ""
"Iya udah iya, ayo kita kesana."
Gadis itu tersenyum sangat cerah kemudian menarik tangan Arkan semangat, "Ayo!"
"Sekali-kali kamu tuh harus ngerasain rasanya jadi orang biasa."
Arkan tertawa kemudian mengacak rambut gadisnya gemas.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
perfect [✓]
Short Storyhanya penggalan cerita usaha Lea menjadi gadis yang sempurna untuk berdamping dengan Arkan.