51

1.4K 192 23
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul dua belas lewat dan Lea terpaksa bangun dari tidurnya ketika mendengar suara gedoran pintu diluar rumahnya. Gadis itu dengan gerak yang cukup gesit menuruni tangga guna menuju pintu utama rumahnya.

Suara gedoran itu semakin lama semakin keras. Terdengar seperti memaksa agar segera dibukakan.

"Iya, sebentar," gumam Lea, pelan-pelan membuka pintu tersebut.

Dan betapa terkejutnya ia ketika mendapati Riko dengan wajah khawatirnya berdiri disana.

"Riko?"

"Lea!"

Lea mengerutkan alis ketika raut Riko bertambah menjadi panik, "Kenapa?"

"Arkan," jawab Riko bernada pelan.

Gadis itu sudah menduganya lebih dulu, jadi ia hanya mengangguk.

"Dㅡdia..."

Dari nadanya, Lea tau ada yang sedang tidak beres disini, "Kenapa?!"

"Arkan mabuk, dia ada di club malam."

Lea benci mendengar hal ini, sangat benci.

"Kok bisa?!"

"Gue enggak bisa jelasin sama lo karena gue enggak tau kenapa dia bisa ada disana!" Sahut Riko frustasi.

"Suruh dia pulang sekarang!" Sentak Lea dengan wajah yang mengeras.

"Dia enggak mau pulang kalau bukan lo yang jemput dia."

Lea terdiam, wajahnya menjadi datar seketika. Ia berusaha menerka-nerka apakah lelaki ini bohong atau tidak. Sialnya raut Riko menunjukkan kenyataan yang sebenar-benarnya.

"Gue tau lo masih marah dan kecewa banget sama dia. Tapi gue mohon lo seret dia pulang, disana bukan tempatnya dia," Riko memasang wajah memohonnya agar gadis tersebut luluh.

Lea menghela nafas berat, dalam sedetik ia mengangguk.

"Gue ambil jaket dulu."

•••

"Kamu gila Arkan, hah?!"

Lea terengah-engah setelah membentak lelaki dihadapannya yang berdiri sambil menunduk. Menyembunyikan wajah penuh penyesalannya dan menghindari mata berapi-api yang berusaha menahan tangis Lea.

Setelah tadi reflek menampar Arkan, sebisa mungkin Lea menarik lelaki tersebut keluar dari dalam sana. Walaupun awalnya Arkan menolak tetapi Lea tetap saja memaksanya untuk keluar. Dan berakhir mereka berdiri didepan club dengan emosi Lea yang tersulut melihat Arkan sudah kehilangan seluruh kesadarannya.

Lea tau, Arkan tidak begini. Arkan tidak akan melakukan ini kecuali...

Ya, kecuali memang ada masalah besar yang menimpanya.

"Aku udah bilang dari awal sama kamu, kalau ada apa-apa cerita sama aku! Barangkali aku bisaㅡ"

"Aku cerita atau enggak sama kamu, enggak bakal ngerubah keadaan!" Bentak Arkan tak kalah keras. Dan hal itu mampu membuat Lea membatu karena Arkan tidak pernah membentaknya seperti ini.

Efek alkohol sudah menguasai lelaki itu.

"Denger aku," Lea mengacungkan jemari telunjuknya tepat di wajah Arkan, "Masalah kamu lebih enggak akan selesai kalau kamu mabuk kayak gini. Kamu lemah Arkan, kamu lemah."

Arkan mengangkat wajahnya, mendapati iris dingin Lea menusuk penglihatannya. Saat itu juga Lea menarik jemarinya.

"Iya, sekarang kamu bisa lupa. Tapi begitu kamu sadar, semua bakal balik kayak semula. Bahkan mungkin lebih parah."

Tiba-tiba raut wajah Arkan berubah menjadi datar, sangat datar, "Kamu," gumamnya.

Lea menaikkan sebelah alisny tidak mengerti. Kenapa? Memangnya ada apa dengan dirinya?

"Kamu, salah satu alasan aku ada disini."

Brak!

"Arkan!"

Air mata Lea jatuh setelah mendengar kalimat terakhir Arkan sebelum lelaki itu jatuh pingsan dihadapannya. Tetapi Lea langsung terduduk ditanah guna meraih tubuh Arkan. Bagaimanapun tubuh Arkan itu lebih besar daripada dirinya, jadi mustahil ia bisa mengangkat tubuh lelaki tersebut.

Tanpa berpikir panjang, Lea mengeluarkan ponsel dari saku celana Arkan untuk menghubungi Riko dan Kelvin.

"Kenaㅡ"

"Ke depan sekarang! Arkan pingsan!"

Setelah sambungan terputus, Lea meletakkan ponsel Arkan disakunya dan menghela nafas panjang. Ia menghapus air matanya, lalu menunduk dan menatap wajah lelaki yang tak sadarkan diri di pahanya.

Mendadak pikirannya kacau. Kalau ia adalah alasan Arkan berada disini, apa itu berarti ia sudah menyusahkan lelaki ini? Apa Lea selama ini selalu menyita pikiran Arkan? Apa Lea sudah membuat masalah Arkan semakin berat?

Lea mengelus pipi Arkan yang semakin tirus daripada terakhir kali mereka berdekatan, "Kenapa kamu makin kurus gini sih? Makan apa kamu? Makan kertas, hah?" Tanya Lea berusaha menghibur dirinya sendiri. Bodohnya, ia malah semakin menangis.

"Maaf," gumam Lea dengan bibirnya yang bergetar.

"Lea."

Gadis itu menoleh, mendapati Kelvin dan Riko melangkah kearahnya dari dalam club tersebut.

"Tolong bawa dia ke rumah gue," ucap Lea yang membuat Kelvin dan Riko saling beradu tatap.

"Jangan mikir macem-macem," Lea bangkit, "Ada kamar tamu yang kosong dirumah."

•••

Good pagi gaes:D

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Good pagi gaes:D

perfect [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang