Belum sempat Lea masuk kedalam pekarangan rumah, sebuah mobil yang terparkir rapi didepan pagar mencuri perhatiannya. Alis gadis itu menyerit beberapa saat sebelum menyadari, itu mobil Arkan!
Lea meneguk liurnya, kenapa lelaki itu tiba-tiba berada disana? Padahal Lea sudah memberitahunya bahwa ia akan pulang bersama Audree. Yeah, walaupun bohong.
Kenyataannya gadis itu pergi ke mall untuk membeli beberapa alat make up. Masih ingatkan kalau ia akan belajar menggunakan make-up?
Langkah kakinya reflek berbalik arah, menjauhi rumahnya demi tidak bertemu dengan Arkan.
"Mau kemana?"
Shit, umpat Lea dalam hati dengan mata yang membulat sempurna.
Gagal, Arkan berdiri tepat dibelakangnya entah sejak kapan. Pemuda itu lebih cepat dan tanggap daripada yang ia kira. Wajahnya terlihat sangat datar, tidak menunjukkan kehangatan sedikitpun.
"Aㅡaku... Itu tadi ada yang ketinggalan diㅡ"
"Di mall?"
"Hah?"
Anjir, dia tau gue ke mall?!, monolog Lea panik. Darimana pacarnya ini tau bahwa ia dari mall? Tidak mungkin dari Audree, karena tadi mereka tidak benar-benar pulang bersama.
Arkan berdecak, memutar mata dan membuang wajahnya malas, "Kamu bohong lagi kan sama aku?"
"Boㅡbohong apa sih?" Sahut Lea, pura-pura tidak tau, "Aku tadiㅡ"
"Aku datang ke cafe dekat sekolah dan Audree ada disana sama Kelvin dan Riko," ujar Arkan sarkas, mampu membuat Lea menutup mulutnya rapat-rapat.
Lea menunduk sambil menggigit bibir bawahnya. Jemarinya meremas tali tas belanja yang ia pegang, menyalurkan kegugupan yang luar biasa menderanya. Lagi dan lagi, ia ketahuan berbohong pada Arkan.
"Kenapa kamu harus bohong?" Arkan hanya bertanya dengan wajah angkuh, tetapi Lea merasa seperti diintrogasi malaikat akibat melakukan kesalahan besar.
Berlebihan memang, namun begitulah kenyataan yang gadis itu rasakan sekarang. Rasanya ia benar-benar berdosa karena terus menipu Arkan dan sialnya lelaki itu selalu dapat membongkar kebohongannya.
Arkan mendengus karena tidak mendapat jawaban dari Lea, "Kenapa sih?"
Lea mendongak, mengadukan kedua bola matanya pada iris tajam Arkan yang terlihat kecewa disana.
"Kenapa kamu bohong terus sama aku, hah? Enggak bisa apa jujur sedikit aja? Kamu cuma pergi ke mall, kenapa harus diem-diem? Kamu malu jalan sama aku?"
"Enggak gitu," suara gadis itu terdengar sangat kecil.
"Sebenernya kamu anggap aku ini apa sih?"
Mendadak Lea merasa tubuhnya lemas hanya karena pertanyaan yang seakan menamparnya.
Arkan, lelaki ini berharap banyak padanya. Lelaki ini selalu menunjukkan padanya bahwa ia benar-benar mencintainya. Lelaki ini dengan sabar menunggunya membuka hati. Lelaki ini bertingkah seperti sangat membutuhkannya. Padahal diluar sana, banyak gadis yang mengantri untuk menjadi pacar lelaki dengan predikat sempurna ini.
Tapi Lea?
Lea merasa hanya bisa membuat Arkan emosi dengan tingkahnya yang sesuka hati. Ia terkesan menyia-nyiakan Arkan.
"Kayaknya kita emang butuh waktu sendiri-sendiri, dan," Arkan membuka suaranya, membuat lamunan Lea buyar, "Sebenernya apa aku ini juga kamu harapin atau enggak."
Lea membatu ketika Arkan melewatinya, tidak memeluknya seperti sedia kala ketika ia melakukan kesalahan. Lelaki itu tidak melakukan hal lembut sekedar mengelus pipinya, atau menunjukkan senyum hangatnya pada Lea.
Suara mesin mobil menjauh terdengar, meninggalkan Lea yang pikirannya kacau tak terarah.
Ia menyalahkan dirinya sendiri atas kebodohannya.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
perfect [✓]
Short Storyhanya penggalan cerita usaha Lea menjadi gadis yang sempurna untuk berdamping dengan Arkan.