bonchap : pergi

938 58 7
                                    

"Nomor yang anda tuju, sedang tidak aktif-"

Arkan berdecak, kesekian kalinya. Namun tidak seperti sebelumnya, kali ini ia beranjak dari posisi duduknya menuju kelas Lea. Menatap ke seluruh penjuru kelas itu, tapi tak mendapati sosok mungil pacarnya.

"Eh tunggu," jemari panjangnya menahan pergelangan seorang gadis yang hendak masuk, membuat gadis itu bertanya-tanya bingung, "Lea kemana ya?"

"Alpa."

"Alpa?" Ulang Arkan terkejut.

Sang gadis hanya mengangguk dan berlalu setelah melepas jemari Arkan dari pergelangan tangannya. Meninggalkan pria itu yang kebingungan sekaligus penasaran. Arkan kembali meraih ponselnya kembali, mencoba sekali lagi menghubungi Lea namun hasilnya masih nihil.

Gadis itu tak menyalakan ponselnya, entah apa yang dia lakukan disana. Arkan frustasi hanya dengan memikirkan keberadaan Lea yang dari semalam tak dapat dia hubungi.

"Enggak bakal tenang gue kalau belum nemuin Lea dimana," gumam Arkan tak sadar langkah kakinya membawa ia kembali ke kelas.

Arkan mengusap kasar rambutnya sembari memaki kesal tepat didepan pintu kelasnya, diliriknya Riko dan Kelvin yang duduk diatas meja sembari berbincang dengan beberapa gadis dikelasnya.

"Okey, buat kali ini aja," Arkan masuk, tanpa aba-aba meraih ranselnya dan berbisik di telinga Riko ketika melewati sahabatnya itu, "Bilang ke guru kalau gue sakit."

Riko baru hendak bertanya saat Arkan sudah melangkah cepat keluar dari kelas. Kelvin menepuk pundaknya, membuat gestur seolah bertanya pada Riko.

"Dia sakit."

•••

"Audree!"

Audree kala itu tengah mengantri disalah satu kantin. Ia celingak-celinguk kesana kemari ketika mendengar namanya disebut lantang oleh suara berat.

"Audree."

Suara itu kian berada disampingnya, serta Merta pemuda tinggi nan tampan berdiri disampingnya. Arkan dengan segala keresahannya.

Audree memperhatikannya, terlampir tas disamping Arkan, "Kenapa?" Tanyanya heran.

"Lea, dimana?"

"Oh Lea," Audree mengangguk paham, "Gue enggak tau."

"Lo enggak tau? Lo kan sahabatnya."

"Iya tapi Lea enggak ngabarin gue juga," Audree maju selangkah ketika seseorang didepannya pergi dari barisan, Arkan mengikutinya dengan patuh.

"Dia enggak ngirim surat atau ngabarin wali kelas Lo?"

Audree menggeleng, "Lea mah biasanya kalau mau bolos ya bolos aja biasanya," dia tertekeh sendiri.

Arkan berdecak, hanya membuang-buang waktu saja berbicara dengan Audree yang juga tak tau kabar Lea. Ia mendengus, berbalik dan berjalan menuju parkiran.

Audree memandang punggungnya, lalu mengendikkan bahu tak peduli. Toh bukan urusannya.

•••

Suara tendangan keras terdengar dipintu tersebut, tak ada seorangpun yang membuka pintu rumah yang didatanginya. Tak ada Lea, tak ada Ellen, tak ada pula ibunya. Padahal Arkan sudah mengetuk juga menekan bel berpuluh-puluh kali. Sudah mendatangi toko mereka pula, namun disana juga tutup. Menelepon Ellen juga tak berguna, sama seperti Lea, tak ada jawaban.

Arkan tak leluasa menumpahkan kekesalannya disini juga karena Lea masih memiliki tetangga. Bodohnya, tak ada satupun tetangga mereka juga yang membuka pintu ketika Arkan mebghampirinya. Beberapa tetangga yang lewat juga hanya mengatakan mereka tak tau perihal kemana perginya perempuan-perempuan tersebut.

perfect [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang