20

1.8K 223 35
                                    

Twice's Son Chaeyoung as Relleena Ambarita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Twice's Son Chaeyoung as Relleena Ambarita

"Kak, jangan bohong deh, enggak lucu sumpah."

Lea memutar matanya malas dan menatap Ellenㅡadiknya dengan mata yang memutar malas, "Ya ngapain sih gue bohong? Tanya sama orangnya langsung!"

Ellen langsung menoleh pada lelaki tampan yang berdiri didepan pintu kamar Lea. Matanya menyipit dan menyapu tubuh Arkan dari atas kebawah dengan tatapan, "Kak, seriusan kakak ini pacarnya kak Lea?"

Arkan menertawakan dalam hati gadis manis dihadapannya yang berwajah sebelas duabelas dengan Lea, "Emangnya ada yang salah kalo gue pacar kakak lo?"

"Buㅡbukan gitu," Ellen meringis begitu mengingat deretan lelaki yang pernah dibawa Lea ke rumah mereka, "Rata-rata cowok yang mau sama kak Lea itu enggak kayak kakak! Biasanya yang semacem preman brandalan ituㅡhufttttttttt."

Lea buru-buru menutup mulut Ellen sebelum adiknya membongkar semua rahasia lamanya yang kelam, yang tak patut untuk diingat. Ia menyengir kearah Arkan saat lelaki itu menatapnya curiga, "Ini, adek aku emang suka ngasal kalo ngomong," ditatapnya kembali Ellen yang memberontak minta dilepaskan, "Lo tuh ya! Mulutnya dijaga dikit, masih SMP juga. Gue doain enggak lulus UN, mampus lo!"

"Ellen! Lea! Cepetan ini makanannya udah siap. Suruh Arkan ikut makan dulu sebelum pulang!"

"Iya ma!" Jawab kedua gadis berbeda usia itu cepat.

Ellen melirik tajam Lea setelah ia bebas dari kekangan kakaknya itu dan Lea membalasnya dengan memeletkan lidahnya. Yang lebih muda berlalu duluan, meninggalkan Arkan yang canggung sendiri entah kenapa bersama Lea yang masih komat-kamit karena kesal dengan tingkah adiknya.

"Ayo," Lea meraih jemari Arkan, menautkannya dengan erat, "Makanan mama aku enak loh, kamu harus nyobain! Biasanya aku kalo makan masakan mama tuh, enggak mau sekali doang. Maunya banyak-banyak."

Tangan Arkan yang bebas bergerak untuk mengacak rambut gadis itu, kemudian mencubit pipi gembilnya gemas, "Pantesan pipinya gede banget, kayak bakpau."

"Iya, gemesin kan aku?"

"Gemesin tapi gendut."

"Ih, biarin! Gendut gini aja kamu sayang kok, gimana kalo aku kurus?"

Arkan terkekeh dan mencubit pipi Lea sekali lagi, membuat gadis disampingnya cemberut sebal.

"Aduh, anak gadis mama enggak mau lepas dari pacarnya," suara ibu Lea langsung menyambut indera pendengaran ketika mereka sampai diruang makan.

"Mama apaan sih," Lea menarik kursi dihadapan Ellen dan menyuruh Arkan untuk duduk disampingnya. Lantas lelaki itu langsung mengikutinya.

"Heleh, sok-sok-an malu lo, kak," celetuk Ellen sembari mendudukkan diri dikursi samping ibunya.

"Bacot lo. Yang malu gue, kok lo yang sewot?"

"Udah ah, enggak malu apa berantem didepan Arkan?"

Arkan tersenyum mendengar ucapan ibu Lea, "Ah, enggak papa, tante. Santai aja."

Lea mencibir kearah Ellen dan mengambil piring Arkan. Kemudian gadis itu menaruh nasi diatas sana, begitu juga dengan piringnya. Sementara ibunya dan Ellen melakukan sendiri kegiatan itu.

"Oh iya Arkan."

Arkan mendongak, menatap wajah keibuan dihadapannya.

"Nama orang tuamu siapa, nak?"

"Papa saya namanya Marcus Damopoli Durand dan mama saya namanya Chatterine Damopoli, tante," jawab Arkan mudah.

"Oh, kamu keturunan Damopoli ya? Ya Tuhan!"

"Ada apa ya tante?"

"Ah, enggak, berarti kamu adiknya Arvie?"

"Iㅡiya tan."

"Apa kabar sama Alvie?"

Arkan lantas diam, mengalihkan pandangannya kearah lain. Tiba-tiba dadanya sesak, seperti ada yang menghantamnya tanpa sengaja. Nama yang terakhir disebut oleh ibu Lea adalah sebuah nama yang tidak bisa ia jelaskan dengan kata-kata bagaimana sosoknya sekarang.

Lea ikut berhenti menghentikan aktivitasnya yang sedang memberi lauk ke piring Arkan. Ia tatap pacarnya itu yang mematung, tanpa berniat menjawab pertanyaan dari ibunya. Meskipun Lea tidak kenal dengan Arvie maupun Alvie itu, ia merasa ada yang aneh disini.

"Ah, sorry, tante enggak bermaksud nanya sejauh itu."

Lelaki satu-satunya disana tersadar dari lamunannya, "Iya, enggak papa tante."

"Iㅡini," Lea menyendokkan sayur ke piring Arkan guna memecahkan suasana yang berubah menjadi canggung, "Enak loh! Aku suka banget kalo mama masak ini."

Arkan memaksakan untuk tersenyum kembali, "Makasih."

Tapi Lea peka, senyum itu aneh untuknya.

•••

Cie wendy jabat tangan sama kim jongin, eh kim jongun maksudnya 😂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cie wendy jabat tangan sama kim jongin, eh kim jongun maksudnya 😂

perfect [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang