Bagian 3

640 44 2
                                    

Saat matahari pertama kali mulai menunjukkan sinarnya, mataku sudah terbuka lebar. Namun tubuhku masih bergelung dengan kasur, menutup seluruhnya dengan selimut. Benar apa yang dikatakan oleh teman-temanku, bahwa Kota Bandung itu memang dingin. Aku saja sampai mengenakan baju hangat dan kaus kaki malam tadi. Dinginnya benar-benar keterlaluan.

Setelah merasa bisa sedikit menyesuaikan dengan dinginnya suhu, akhirnya aku pergi ke luar kamar. Melihat keadaan sekitar di lantai dua. Kamar Ghifari terlihat masih tertutup rapat. Di pintunya tertulis Knock the door before go in. Cukup lama aku berdiri memandangi pintu itu, bayanganku menciptakan citra Ghifari yang sedang tertidur pulas. Rambutnya yang berantakan dengan baju kusut. Apa dia mengrok ketika tidur? Apakah dia telanjang ketika tertidur? Tiba-tiba saja pertanyaan itu membuatu penasaran akan jawabannya. Untuk pertanyaan pertama bisa jadi iya, tetapi untuk pertanyaan kedua itu tidak akan mungkin. Bandung sangat dingin dan ia tidak akan melakukan hal bodoh seperti itu.

Lamunanku tentang hal itu terbuyarkan ketika aku mencium sesuatu di dapur. Aromanya lezat sekali sehingga membuat perutku berbunyi. Aku segera menuruni tangga untuk memenuhi rasa kepenasaranku. Setibanya di dapur, aku melihat tante Asri dibantu oleh asisten rumah tangganya sedang membuat sesuatu. Asap mengepul dan aroma itu tercium semakin kuat di hidungku. Tak terasa perutku kembali bersuara, kali ini suaranya cukup keras sehingga membuat tante Asri menyadari bahwa aku sedang ada disana.

"Eh nak Arno, sudah bangun"

"Iya tante, aduh maaf ya buat kaget."

"Gak apa-apa, kamu lapar ya?"

Aku tersenyum malu sambil menggaruk-garuk tengkuk. Tante Asri tersenyum.

"Sebentar lagi kita sarapan ya, sekarang kamu tolong bantuin tante panggilkan Ghifari di kamarnya"

"Tapi tante, pintunya ditutup"

Tante Asri berjalan ke arah meja melewatiku.

"Aduh kamu ini, tinggal masuk aja. Buka pintunya"

"Tapi tante.."

"Udah, dia gak akan marah. Kalau dia marah-marah nanti tante yang urus"

Setelah itu, ia kembali lagi ke dapur. Menyelesaikan pekerjaannya yang belum rampung.

Aku menatap ke lantai atas. Tiba-tiba saja lantai atas terlihat menyeramkan. Berlebihan sih memang, tapi aku memang takut. Ghifari pasti akan mengamuk jika aku membangunkannya. Pada akhirnya, aku memberanikan diri. Saat ku ketuk pintu kamarnya, tak ada respon dari dalam. Beberapa kali kuketuk tetap hening. Aku memutuskan untuk masuk saja. Saat melihat ke dalam kamarnya, tak ada siapapun. Bahan kasurnyapun sudah rapi.

Ku perhatikan sekeliling kamarnya. Banyak tempelan poster-poster di dinding. Rak-rak buku juga terisi dengan penuh dan rapi. Ternyata dia juga suka membaca buku, aku kira dia anak yang malas. Terlihat sih dari penampilannya. Aku menelusuri rak buku itu. Melihat setiap judul buku yang ada.

Jariku terhenti di salah satu judul buku. The Girl You Left Behind, karya Jojo Moyes. Aku sangat tertarik ingin membacanya ketika melihat judul itu untuk pertama kalinya. Ku ambil buku itu. Ku perhatikan jilidnya dan kubaca sinposis di belakang bukunya. Ketika sedang serius-seriusnya membaca, aku mendengar seseorang berdeham. Ototmatis aku membalikan tubuh dan melihat Ghifari berdiri dengan rambutnya yang basah. Aku memekik kaget hingga menjatuhkan buku. Buku itu jatuh di atas kakiku dan rasanya sakit sekali.

"Lo ngapain disini?"

"Maaf, tadi Arno disruh tante Asri manggil kak Ghifari."

"Terus lo nurut aja gitu? Tanpa permisi masuk ke kamar gue"

Bunga CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang