Gue nyampe di rumah dengan keadaan yang gak bisa gue deskripsikan. Kepala gue pusing. Pusing karena bingung gimana cara nahan nafsu gue yang udah menggebu semenjak tadi gue pulang dari rumah Gina. Sial banget itu cewek, bisa-bisanya dia ngelakuin ini ke gue.
Abis parkir motor di garasi, gue langsung buru-buru masuk ke dalem rumah. Sengaja tas gendong gue simpen di dada. Buat nutupin celana gue yang udah ketat banget rasanya. Waktu gue masuk, sialnya ayah sama bunda lagi ada di ruang tamu. Maka dari itu, gue turunin lagi tasnya supaya nyembunyiin tonjolan di balik celana.
"Kamu abis darimana? Arno nyariin kamu tuh dari tadi."
"Abis main bun, maaf ya Ghifari udah gak kuat nih mau ke toilet dulu."
Gue buru-buru naik tangga dan masuk ke kamar. Waktu gue udah masuk ke dalam kamar, tanpa peduli apapun lagi gue buka semua baju. Disana gue telanjang bulet dan rasanya lega banget. Semuanya harus diberesin cepet-cepet. Masalah ini gak perlu diceritain, terlalu rahasia dan gue yakin kalian tau apa yang mau gue lakuin. Senam lima jari!
Arno P.O.V
Aku kembali membolak-balik kertas foto ini. Senyumku tak berhenti mengembang ketika melihat citra dirinya. Lesung pipi di wajah itu membuat mataku menjadi tak berkedip. Detak jantungku terus berpacu. Seperti kuda balap yang sedang semangat mengakhiri perlombaan dengan sebuah kemenangan.
Akhir-akhir ini Bang Wingky menunjukan sikap perhatiannya yang berlebih. Aku rasa ia sedang ingin menunjukan diri kepadaku bahwa dialah orang yang paling pas untuk menjadi pelindung bagi diriku. Mengingat semua tingkahnya, aku jadi GR sendiri. Bayanganku jadi kacau, aku merasa Bang Wingky seperti kekasihku sekarang ketimbang menjadi seorang kakak.
Setiap pagi ia selalu datang ke kamarku hanya untuk mengucapkan selamat pagi. Mengusap puncak kepala dan terkadang mencubit pipiku gemas. Bahkan, aku juga pernah mengalami kejadian saat aku bangun di pagi hari ia sudah berbaring di sampingku. Menunjukan senyumnya yang bodoh namun menggemaskan. Bang Wingky menjadi satu-satunya orang yang mengisi keseharianku. Jika harus jujur, aku telah terpikat olehnya. Aku jatuh cinta.
Tapi masalahnya, aku belum tahu bagaimana perasaannya terhadapku. Ini problema yang harus ku hadapi saat jatuh cinta pada seorang pria. Mungkin lelaki homoseksual lainnya juga akan merasakan hal yang sama. Kebimbangan dan ketidak percayaan selalu menjadi penyakit yang melekat ketika semua manusia sedang jatuh cinta.
Aku simpan foto baru itu di atas meja. Rencananya, semua foto-foto kecil yang aku kumpulkan akan kugantung bersamaan dengan lampu tumblr. Agar kekinian dan kamarku menjadi indah sedikit. Aku mendengar suara pintu tertutup. Ghifari pasti sudah datang. Aku sudah menunggunya sejak tadi. Buku The Girl You Left Behind sudah rampung ku baca. Rencananya akan ku kembalikan padanya dan aku ingin meminjam bukunya yang lain.
Aku bergegas ke luar sambil membawa buku itu di tangan kananku. Sebelum masuk, aku mengetuk pintu kamarnya terlebih dahulu. Aku takut kejadian sebelumnya terulang kembali. Saat pertama kali aku masuk ke kamarnya.
Aku mengetuk pintu kamarnya beberapa kali. Tak ada jawaban apapun di dalam sana. Aku terus mencoba mengetuknya. Tapi tetap saja sama. Saat aku berbalik badan hendak kembali masuk kamar, barulah pintunya terbuka. Ghifari melongok dibaliknya. Tak memakai baju, hanya celana pendeknya saja yan ia tutupi dengan bantal. Aku agak kikuk melihatnya. Ia menyuruhku masuk.
Keadaan kamarnya berantakan sekali. Banyak baju kotor yang bertumpuk dimana-mana. Aku menghampiri rak bukunya. Menyimpan buku The Girl You Left Behind di ujung rak bagian kedua.
"Aku pinjem buku yang lain boleh?"
"Pilih aja" katanya dengan nada berat.
Mendengar jawabannya aku jadi kegirangan. Setelah mendapat akses darinya, aku mulai mencari di setiap sudut rak buku. Satu persatu judulnya ku baca. Kadang juga aku mengambil bukunya dan kulihat cover belakangnya. Membaca sinopsis, jika tertarik ku ambil dan jika tidak ku kembalikan lagi ke dalam rak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunga Cinta
Romance"Cintaku tidak musnah oleh waktu hingga maut menjemputku" Arno, seorang pria dengan penuh keluguan. Harus berpisah dengan keluarganya demi mengenyam pendidikan di kota parahiangan. Kehidupannya yang semula biasa saja, berubah menjadi penuh konflik...