Bagian 4

620 44 8
                                    

Keterlaluan, aku benci dengan Ghifari. Sejak malam, sudah terhitung sepuluh kali aku keluar masuk kamar mandi. Peurtku terasa panas, bahkan tinja yang ku keluarkan cair. Ini akibat dari seafood yang ku makan kemarin sore bersama pria menyebalkan itu. Aku menyesal telah mengikuti apa yang ia perintahkan kepadaku.

Masalahnya, hari ini adalah hari pertama aku mengikuti ospek di kampus. Aku harus tiba disana untuk berkumpul jam lima subuh. Saat ini jam sudah menunjukkan pukul empat tiga puluh dan aku masih berkutat dengan kamar mandi.

Saat aku di kamar mandi, seseorang menggedor pintunya. Aku sudah memberi tahu bahwa aku akan keluar sebentar lagi. Tapi orang di luar masih saja tetap menggedor, bahkan semakin keras.

"Lo lama banget si mandinya" suara si pria menyebalkan itu, ah aku sangat kenal sekali suara menyebalkannya.

"Sabar kali, Arno kan masih mandi. Emang ada apa si?"

"Bunda nyuruh kita buat berangkat barengan. Ayo cepetan ah, gue udah kesiangan nih"

Akhirnya aku keluar kamar mandi, dengan hanya mengenakan handuk saja yang melingkar menutupi tubuh bagian bawahku. Aku menatapnya kesal, Ghifari mengalihkan perhatiannya ke arah lain sambil berdeham.

"Ngapain lo cuma pake anduk doang?"

"Namanya juga baru selesai mandi, kalau pake baju namanya bukan mandi tapi basah-basahan."

"Banyak ngomong lo, cepetan pake bajunya. Gue tunggu di bawah"

Yang banyak berbicara itu kamu kak, bukan aku. Gumamku dalam hati.

*****

Aku berjalan menyusuri trotoar bersama puluhan mahasiswa baru yang mengenakan baju hitam dan putih. Memakai papan nama dari warna yang berbeda dengan tali rapia yang dikepang tiga warna. Seperti orang gila memang, tapi ya jika tidak seperti ini, aku akan kena hukuman.

Jadi tadi Ghifari hanya mengantarku hingga perempatan jalan dekat kampus. Ia tidak ingin teman-teman panitia melihat diriku yang pergi bersama Ghifari. Dia bilang bukan karena dia tidak ingin terlihat bersamaku, tapi ia takut aku akan dijadikan bahan olok-olok di hari pertama oleh panitia dan mahasiswa baru yang lainnya. Ini kata-kata manis yang ia keluarkan hari ini. Perasaan kesal yang tadi ada tiba-tiba saja sedikit menghilang. Ah aku plin-plan sekali.

"Hai"

Aku menengok kepada orang yang menyapaku. Seorang wanita dengan baju serba pas di tubuhnya tersenyum kepadaku. Aku membalas senyumnya. Ia menyodorkan tangan kepadaku.

"Khansa"

"Arno" jawabku sama singkatnya.

"Warna papan nama kita sama, di Fakultas Bahasa dan Sastra juga?"

"Iya, jurusan Sastra Indonesia"

"Oh, gue dari jurusan Bahasa Korea. Boleh kan barengan sama lo. Gue gak ada temen nih"

"Iya boleh, nyantai aja" jawabku sambil kembali tersenyum kepadanya.

Saat memasuki gerbang kampus, aku melihat ada dua orang berjaga. Mahasiswa senior dengan jas almamater lengkap dengan nametag dan juga pita berwarna merah yang diikat di tangan kirinya. Keduanya memasang wajah galak, sepertinya mereka ada di bagian komdis yang tugasnya mendisiplinkan para mahasiswa baru. Selama empat hari kedepan aku pasti akan membenci mereka.

"Liat deh, mereka kaya orang bego ya pasang wajah galak tanpa sebab" celetuk Khansa padaku.

Aku mengiyakan perkataannya sambil tertawa.

"Woy! Cepetan jalan. Jangan banyak ngobrol" teriak seorang panitia komdis di belakang kami.

Jarak dari gerbang menuju titik kumpul di lapangan cukup jauh. Spenajang jalan berjajaran para panitia komdis memarahi setiap anak yan lelet berjalan. Aku juga tadi sempat melihat Ghifari dengan pita merahnya. Ia sedang memarahi salah satu mahasiswa yang lupa membawa barangnya. Pukul setengah enam, kami semua sudah berkumpul di lapangan. Acara pertama yaitu orasi mahasiswa yang dipimpin oleh penanggung jawab apel pagi. Acaranya biasa saja, tidak ada yang menarik. Aku hanya mendengarkan perkataan kaka tingkatku yang berbicara mengenai hak dan kewajiban mahasiswa. Tak begitu ku dengarkan, aku malah sibuk mencari Ghifari. Aku belum melihatnya lagi semenjak tadi.

Bunga CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang