Bagian 26

367 19 1
                                    

Aroma tanah basah membuat pagi ini terasa lebih segar. Aku, teh Lia beserta ibu sudah siap-siap di kamar hotel tempat acara pernikahan berlangsung. Ibu yang tidak biasa tidur dengan AC hari ini terlihat kurang sehat. Flu tiba-tiba menyerangnya. Tapi ketika ditanya senang atau tidak dengan girang ia menjawab senang karena hari ini ia bisa melihat anak gadisnya didandani dengan cantik.

Apa yang dikatakan ibu memang benar. Teh Lia terlihat dua kali lipat lebih cantik hari ini. Penata rias memolesnya dengan sangat ciamik. Aku saja sempat pangling melihatnya. Mengenakan kebaya putih dengan tatanan rambut khas pengantin sunda. Bang Wingky memang menyiapkan segalanya dengan sangat sempurna. Ia telah mendanai semuanya dengan serba mewah dan aku cukup bersyukur dengan hal ini.

Senyum tak pernah lepas dari wajah teh Lia. Melihatnya seperti itu aku semakin mantap untuk melupakan bang Wingky. Semalaman ia tak bisa tidur. Bibirnya terus mengoceh bertanya perihal bang Wingky kepadaku. Ia bahagia dengan calon suaminya.

"No, teteh tos geulis teu acan?" kakakku bertanya.

"Teh Lia udah cantik ko."

"Tolong tanya dong, keluarga bang Wingky udah sampe mana?"

Ketika aku hendak mengirim pesan pada bang Wingky, ponselku berdering. Ghifari menlfon.

"Halo kak?"

"Gue sama rombongan sebentar lagi nyampe."

"Ok."

Mendengar kabar itu, teh Lia terlihat semakin tegang. Aku memberi semangat padanya.

Author P.o.V

Langkah kaki yang mantap ia jejaki menuju meja dimana ia akan melangsungkan pernikahan. Hari ini Wingky terlihat gagah dengan pakaian adat sunda serba putih. Untaian bunga melati di lehernya begitu harum dan segar. Semua tamu undangan mengamati dengan lekat pengantin pria itu. Para penghulu, wali nikah, dan saksi telah duduk di sana dengan khidmat. Tak berapa lama, Lia datang dituntun oleh Arno. Ekor mata Wingky mengikuti mereka. Ia menghela nafas ketika Arno berjalan mendekati sambil memberi senyum kepadanya.

Lia duduk di samping Wingky dengan hati yang gemetar. Acara akadpun dimulai. Semuanya berjalan lancar. Dengan sekali tarikan nafas ia mengucapkan janji sehidup sematinya untuk Lia. Semua orang bersuka cita melihatnya. Wingky dan Lia kini telah sah menjadi sepasang suami isri dan siap menjalin hubungan keluarga.

Acara dilanjutkan dengan sungkeman yang dipenuhi dengan rasa haru. Ibu Arno menangis tersedu-sedu saat Lia memeluknya erat. Arno yang berada di samping mereka juga tak bisa menahan tangis. Tiba-tiba saja ia ingat dengan almarhum sang ayah yang telah lama pergi. Ketika tiba saatnya Lia bersalaman dengan Arno, tangis keduanya pecah. Lia memeluk erat adik semata wayangnya dan mengucapkan banyak pesan. Arno mendengar dan menerimanya dengan tangis bahagia.

Ketika tiba saatnya Arno dan Wingky bersalaman, sebuah pelukan dan isak tangis kembali terjadi. Wingky memeluk erat Arno seakan ia tak akan melepaskannya.

"Jaga teh Lia dengan baik ya bang. Jangan pernah nyakitin teh Lia sekecil apapun. Arno mohon sama bang Wingky."

"Abang janji, abang akan jaga Lia. Kamu juga no, harus bahagia. Abang yakin kamu bisa sukses dan bisa menemukan seseorang nantinya. Abang gak cuma jagain Lia, tapi abang juga janji akan jagain kamu."

Selesai acara sungkeman, mulailah acara ramah tamah dimulai. Seluruh keluarga dari kedua belah pihak saling bertegur sapa dan mengucapkan selamat. Para tamu undangan pun mulai berdatangan satu persatu. Ketika itu, Arno malah duduk sendiri di meja makan. Melamun sambil memainkan tisu makan. Ghifari yang melihatnya sendirian menghampiri.

Bunga CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang