Bagian 13

410 29 5
                                    

Halo! Maafkan lagi-lagi galih telat banget update nya.

Baru selesai libur lebaran nih dan hari ini sudah kembali masuk kuliah hahaha.. Oh iya, minal aidzin walfaidzin ya. Mohon maaf lahir batin. Semoga kalian terus diberkahi oleh tuhan.

So, ini dia chapter selanjutnya. Yang penasaran bagaimana nasib Arno, kalian akan menemukan jawabannya. Let's read the story guys!

note: Kalau ada yang typo maklumi saja ya, memang belum diedit sepenuhnya.

.

.

Author P.O.V

Ghifari sedikit gelisah. Dari tadi perasaannya selalu tak tenang. Matanya melihat jelas ke arah depan saat mengemudikan motor, tapi pikirannya melayang tak jelas. Setibanya di rumah ia sudah melihat ayahnya pulang. Sedang berbicara santai dengan pamannya. Wingky menyapa, tak dibalas oleh Ghifari. Hal itu membuat Wingky dan kakaknya bertanya-tanya.

Untuk beberapa saat ia mencoba menenangkan diri di kamarnya. Ia nyalakan musik dengan volume yang sengaja dibesarkan. Ghifari merebahkan tubuhnya di atas kasur, melipat kedua tangannya di dada dan memejamkan mata. Sesaat ia merasa tenang. Jam terus bergulir selama dia merasakan kenyamanan itu dan hari juga sudah mulai gelap.

Ibunya mengecek keadaan Ghifari, suara pintu diketuk dari luar dan Ghifari segera membukanya.

"Arno kemana? Jam segini belum pulang."

Ghifari sadar, Arno memang belum pulang.

"Eh gak tau bun, tadi si bilangnya ada urusan. Jadi ya gak bareng sama Ghifari."

"Coba kamu telfon dia, atau jemput dia di kampus lagi. Bunda jadi gak tenang nih takutnya Arno kenapa-napa" kata ibunya.

Ghifari segera melakukan perintah itu dengan perasaan yang masih tak tenang.

Ghifari P.O.V

Gue kesel kalau kaya gini jadinya. Lo bayangin aja, udah puluhan kali gue telfon si Arno kagak diangkat terus. Buat apa coba ini anak dibeliin handphone kalau enggak digunain. Kepaksa gue harus pergi lagi ke kampus buat ngecek dia. Dari tadi gue udah gak enak si ninggalin Arno. Gue ngerasa ada yang gak beres, dan ketika tau dia jam segini belum pulang perasaan gue jadi semakin waswas.

Gue udah jalanin motor gue sekenceng-kencengnya. Sesampenya di kampus, gue ngeliat udah gak ada siapa-siapa. Palingan cuma ada beberapa mahasiswa yang nongkrong ngobrol gak jelas. Gue buru-buru aja ngecek ke gedung fakultasnya. Untung belum dikunci. Udah masuk ke gedungnya gue buru-buru naik ke rooftop, takutnya dia masih disana. Cuma pas ada di lantai lima gue berhenti. Di deket tangga gue liat ada sapu tangan yang selalu dibawa si Arno. Otomatis gue makin penasaran. Sesampenya di rooftop, keadaannya kosong dan gak ada siapapun. Gue makin curiga ada yang gak beres.

Akhirnya gue turun lagi ke lantai dasar dan nanya ke pos penjaga fakultasnya. Di sana gue liat dua bapak-bapak yang lagi ngerokok. Ngobrol kesana-kemari cuma buat ngisi kekosongan waktu mereka.

"Permisi pak, saya mau tanya. Bapak ngeliat anak ini gak?" tanya gue sambil liatin foto yang ada di profile akun chatnya dia.

"Oh ini mas, tadi si dibawa temennya. Katanya dia jatoh dan pingsan. Mau dibawa ke rumahnya."

"Pingsan pak? Kejadiannya jam berapa?"

"Udah lama, sekitar dua jam yang lalu lah."

Dua jam! Dua jam tapi gak ada di rumah sampe sekarang.

Bunga CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang