Hai!
Gak kerasa udah di bagian dua belas ya. Sengaja update nya cepet karena ngerasa bersalah udah lama gak update. Semoga kalian senang membacanya.
Enjoy your reading guys!
note: Maaf kalau banyak typo ya.
.
.
Setelah beberapa meter menjauh dari kantin, Agam melepaskan pergelangan tanganku. Ia menghembuskan nafasnya lega. Lalu tangannya menggaruk tengkuk sambil tersenyum bodoh kepadaku. Ia meminta maaf.
"Kenapa si? Lagi enak-enak makan juga."
"Enggak kenapa-kenapa sih, cuma gak suka aja tadi ada yang nimbrung. Eh No, tuh ghifari baru keluar. Gue cabut dulu ya, lupa kalau gue ada janji sama temen. Nanti kita ngobrol lagi ya!"
Agam melambaikan tangannya lalu berlari menjauh, sedangkan di sisi lain Ghifari sedang berjalan sedikit tergesa-gesa ke arahku. Tas punggungnya ia sampirkan di bahu kanannya saja.
"Siapa tuh? Agam?" tanya dia sesampainya di hadapanku.
Ku anggukkan kepala.
"Kenapa? Kaya yang ketemu setan aja itu anak, Emang kalian abis dari mana si?"
"Nanti aja Arno ceritain. Sekarang kita mau kemana?"
"Langsung pulang aja ya? Eh jalan dulu deh sebentar, lo mau nemenin gue gak?"
"Ke mana?"
"PVJ, ada something yang harus gue beli. Abis dari sana baru kita pulang ke rumah ya? Ok?"
"Iya deh, ngikut aja" jawabku dengan sikap lesu.
.
.
.
Aku menghela nafas saat selesai menceritakan kejadianku di kantin tadi bersama Agam. Akhirnya aku bisa menyeruput lagi minumanku yang tadi Ghifari belikan. Ghifari merespon ceritaku dengan mengerutkan keningnya. Seperti sedang berpikir. Lalu dia menanyakan siapa yang duduk tiba-tiba di sampingku tadi. Aku menjawab tak tahu. Namun aku menjelaskan ciri-ciri fisik orang itu. Ghifari mendengarkannya dengan seksama. Ketika informasi dariku sudah selesai, ada ekspresi keterkejutan di dalam wajahnya.
"Kenapa?" tanyaku.
"Enggak sih, tapi gue sarain sama lo. Sebaiknya lo hati-hati. Kalau ketemu lagi sama orang itu mendingan pergi. Gak usah ditanggepin aja."
"Emang kenapa?" ku bertenya lagi,
"Ish! Jangan bawel. Udah turutin aja apa kata gue" dan aku mengangguk, menuruti apa katanya.
Sampai malam tiba, aku masih terus memikirkannya. Maksudnya, aku masih belum mengerti dengan semuanya. Apa hubungan Agam dengan pria itu? Dan kenapa Ghifari sangat melarangku?
Beberapa kali aku memutuskan hipotesis. Bisa saja pria itu adalah orang yang menyukai Agam. Atau lebih parah lagi, pria itu adalah preman kampus yang selalu memalak orang-orang baru? Aku bergidik membayangkannya karena aku memiliki trauma tersendiri dengan 'preman yang suka memalak'.
Untuk melepas penat dan menghilangkan kepusingan yang melanda, kubuka jendela kamar. Ku biarkan angin-angin itu masuk dengan bebas dan menari-nari di kamarku. Rambutku tersibak, udara sejuk malam Kota Bandung menyegarkanku kembali. Kutarik nafas dalam-dalam lalu kuhembuskan perlahan. Ketika aku membalikan badan, aku dikejutkan dengan Bang Wingky yang sudah berdiri di hadapanku. Mengenakan piyama biru dongkernya dan dia tersenyum. Giginya terlihat rapi dan putih.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bunga Cinta
Romance"Cintaku tidak musnah oleh waktu hingga maut menjemputku" Arno, seorang pria dengan penuh keluguan. Harus berpisah dengan keluarganya demi mengenyam pendidikan di kota parahiangan. Kehidupannya yang semula biasa saja, berubah menjadi penuh konflik...