Bagian 19

421 23 2
                                    


Author P.O.V

Wingky merasa kesal pada dirinya sendiri. Jawabannya di kedai kopi tadi telah membuat Arno merasa sedih. Ia tahu hal ini akan terjadi kepadanya. Suatu saat nanti ia harus memilih untuk meninggalkan Arno dan menikah dengan perempuan lain. Tapi dalam lubuk hatinya yang paling dalam, ia ingin menolak semuanya. Ia tak mau menikah dan ingin tinggal berdua bersama Arno. Namun rasanya mustahil, semua itu tak akan pernah terjadi dalam kehidupannya.

Sebenarnya masalah ini sudah datang sejak beberapa bulan yang lalu. Kakaknya terus bertanya perihal kehidupan asmara Wingky. Yudi ingin adiknya itu segera menikah dengan perempuan lain. Ia ingin melihat adiknya hidup berumah tangga. Bahkan Yudi hendak menjodohkan Wingky dengan anak koleganya. Namun dengan cepat Wingky menolak dengan alasan ingin memilih pasangan hidupnya sendiri.

Tetapi lagi-lagi ia berbohong. Setelah pembicaraan menganai hal itu dengan kakaknya, Wingky kembali lagi melupakan semua. Saat ini ia hanya ingin fokus dengan pekerjaannya dan juga kekasih hatinya Arno. Ia sengaja membelikan tiket ke Yogyakarta secara dadakan karena ingin menciptakan momen indah bersama kekasihnya.

Semalam, setelah puas berjalan-jalan, keempat pemuda itu kembali pulang ke hotel. Omer dan Yogi membawa banyak sekali belanjaan. Sedangkan Arno dan Wingky tak membawa apapun. Pagi ini mereka sudah pergi kembali menuju Bantul. Mereka akan menikmati matahari terbit di atas Bukit Panguk Kediwung.

Perjalanan menuju Bukit itu cukup memakan waktu. Medan yang sulit di lalui pun membuat mereka kesusahan. Motor dipilih sebagai kendaraan mereka menuju kesana. Wingky dan Omer menyewa sepeda motor dan membonceng pasangan mereka masing-masing. Harga tiket masuk kesana hanya seikhlasnya saja. Mereka hanya harus membayar biaya parkir sebesar dua ribu rupiah untuk kendaraan motor. Pemandangan di atasnya sangat indah. Mereka berempat cukup puas dengan sajian alam yang begitu menakjubkan.

Arno terlihat senang dengan semuanya, ia banyak berpose di gazebo yang tersedia di sana. Mengabadikan momennya bersama matahari terbit pagi ini. Wingky juga sempat berfoto berdua dengan Arno. Sebagai bukti bahwa mereka pernah memadu kasih di tempat seindah ini.

Hari itu mereka habiskan dengan bersenang-senang. Menjelajahi alam Yogyakarta yang memanjakan raga. Di sisi lain, Ghifari yang sedang merasa tergila-gila dengan Arno sedang duduk termenung di beranda rumah. Kopi panas yang mengepul dengan cepat ia abaikan. Matanya terfokus pada foto kedekatan antara Wingky dan Arno yang terpampang di linimasa instagramnya. Hatinya merasa pilu. Ia belum tahu bahwa kini ia sedang menatap foto sepasang kekasih. Bukan sepasang adik dan kakak yang sedang liburan biasa. Dengan cepat ia keluar dari linimasa insagrmanya dan mematikan gawai.

Ghifari menyadari bahwa perasaannya telah berubah seratus delapan puluh derajat kepada Arno. Ia menerima keadaanya yang kini tengah mencintai lelaki. Ia tak pernah menyangkal sama sekali. Karena ia percaya bahwa cinta bisa datang kapan saja dan kepada siapa saja. Tanpa terhalang oleh gender, usia, atau status sosial. Baginya, Arno adalah sosok yang sangat ideal. Ideal secara fisik dan batin. Wajahnya tidak begitu tampan tapi manis. Terkadang kemanisan parasnya itu selalu membuat dirinya jadi kegirangan sendiri. Sifatnya yang lemah lembut dan perduli pada orang lain membuat cintanya semakin besar. Setiap hari secara sembunyi-sembunyi ia selalu memandangi dan mengoleksi foto-foto Arno.

Bahkan ia sengaja mencetak fotonya dalam ukuran kecil dan ia simpan dalam laci. Kini ia memiliki aktivitas baru sebelum beranjak tidur. Ia harus memandangi foto Arno dulu, kadang mengajak foto itu berbicara. Ia gila! Benar-benar gila.

"Ghif, kamu dipanggil Bunda dari tadi malah ngelamun." Ghifari tersadar dari lamunannya dan melihat ke arah suara.

"Eh Bunda, gimana bun? Maaf ya."

Bunga CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang