Katakanlah saat ini Taehyung sedang kesasar. Taehyung yang tak lagi ditampung oleh penculiknya kini lebih memilih berjalan mengikuti langkah kakinya, mencari makan untuk bertahan hidup, dan mencari tempat tidur untuk beristirahat dibawah badai dingin malam hari yang selalu melanda tubuh kurusnya yang dibalut pakaian tipis.
Langkah kaki Taehyung terhenti di sebuah gedung besar yang tak ia ketahui namanya, hanya saja perasaannya mengatakan kalau tempat itu adalah tempat yang sangat menyenangkan. Dapat ia dengar dari beberapa tawa dan teriakan anak-anak seperti sebayanya. Ia kemudian sedikit menengok dan tersenyum kala mendapati mereka sedang bermain.
"Oh, dia menggunakan tas seperti Sungjae hyung. Apakah ini namanya sekolah?" ucap nya riang. Ia kemudian melompat-lompat kegirangan sambil bertepuk tangan. "ihihi, ini sekolah." katanya.
"Yak. Sedang apa kau anak gelandangan?" bentak si satpam.
Taehyung seketika melunturkan senyumnya 'Tidak. Disini tidak menyenangkan' ucap nya dalam hati. Kemudian Taehyung memilih pergi dan mendapati tempat yang menurutnya aneh.
Tempat dimana orang-orang berkumpul melihat beberapa kendaraan berlalu lalang, hanya itu saja.
Ah, itu penyebrangan. Dan Taehyung tak mengetahui itu. Ia adalah anak dengan fisik lemah juga sedikit keterbelakangan mental, selama hidup hanya dihabiskan untuk tinggal di rumah atau di kebun Tuan Yoon."Aaakkkhhhhhh"
Ppppiiiiippppppp
"Yak bocah. Kau tak tahu ini belum waktunya menyebrang?" teriak paman di dalam mobil itu.
Sementara Taehyung masih menutupi erat kedua telinganya sambil terisak. "Hiks. Eomma." lirihnya.
"Bangunlah." suara itu. Suara merdu kedua yang ia dengar selama meninggalkan kampung halamannya. Kandidat pertama suara merdu yang didengar Taehyung dipegang anak kecil bernama Jungkook. Dan suara kedua adalah milik ahjussi yang baru saja ia dengar. "Kau tak apa?" tanya nya.
Taehyung kemudian berbalik. Menatap si pemilik suara. "Ahjussi" lirih Taehyung.
#
Taehyung makan dengan sangat lahapnya. Kini tubuh kurus nan hitamnya dibalut jas mahal dan hangat milik Ahjussi yang menolongnya barusan.
"Dimana rumahmu?" tanya si Ahjussi.
"Daegu." jawab Taehyung dengan makanan yang masih penuh di mulutnya.
Jelas saja, pernyataan itu membuat ahjussi baik hati itu menganga mendengarnya. "Kenapa bisa kau disini?" tanya nya setelahnya.
"Dibawa oleh ahjussi menakutkan yang sering memukuliku tiap malam." jawab Taehyung masih sambil mengunyah.
"Kau tak punya keluarga?" tanya nya lagi. Dan yang ditanyai hanya menggelengkan kepalanya. "Ah kalau kau mau, bisa pesan lagi. Pesan apa saja." tutur si ahjussi membuat Taehyung menghentikan makannya dan menatap kosong wajah ahjussi didepannya.
"Kenapa?"
"Aku mau ini lagi." tunjuk Taehyung pada mangkuk sisa makanannya.
Si ahjussi kemudian hanya tertawa sedikit keras. "Kau bisa memesan yang lain. Baca saja di menu nya." pinta nya.
Taehyung hanya menatal pasrah deretan menu yang di sodorkan padanya. Seketika air matanya jatuh.
"Kau kenapa menangis?" tanya si ahjussi.
"Aku ingin pulang ke Daegu. Pulang bersama Eomma dan hyung." jawab Taehyung.
"Ohh, makan lah dulu. Besok ku antar karena ini sudah sore. Besok ahjussi janji akan mengantar mu pagi. Karena besok libur." kata ahjussi baik itu sambil tersenyum.
"Aku mau makanan yang paling enak, aku tak bisa membaca." ucap Taehyung kemudian memberikan menunya pada si ahjussi dan kembali sibuk dengan makanannya yang masih tersisa.
Ahjussi penolong Taehyung hanya bisa tertegun. Bagaimana bisa di era sekarang ini masih ada anak yang tak bisa baca tulis? Walaupun dia adalah anak orang miskin, ia pasti akan bersekolah, setidaknya sampai ia lulus di sekolah dasar, atau paling tidak ia mengerti tentang huruf.
"Malam ini tidur lah di rumah ahjussi, apa kau tak keberatan?" tanya si ahjussi.
Taehyung jelas hanya bisa mengangguk. Ia tak perlu kedinginan dan kelaparan lagi, walaupun hanya satu malam, setidaknya ada kejelasan ia akan pulang ke Daegu esoknya.
Selayaknya anak keterbelakangan mental pada umumnya, Taehyung hanya memasang wajah datar ketika sampai di rumah ahjussi yang menolongnya. Dari mobil hingga sampai dindalam rumah, ekspressinya hampir tak berubah melihat rumah megah didepannya.
"Siapa namamu?" tanya ahjussi itu.
"Taehyung." jawab Taehyung sambil terus menunduk. "Yook Taehyung." lanjutnya.
Si ahjussi kemudian mulai mengamati gerak gerik anak di depannya itu. Dari pertama ia menemukan anak itu, ia sama sekali hampir tak pernah menatap matanya. Ia tau, karena ia adalah seorang dokter. Min Yoongi. Dokter spessialis syaraf.
'Kau pasti anak malang. Aku bisa merasakannya. Bagaimana kau harusnya belajar melawan kekuranganmu, bukan malah diculik dan ditelantarkan. Bagaimana kau bisa di culik? Aku tebak karena kau kurang perhatian. Beruntungnya orang tua mu, ketika kau menghilang tapi kau masih mengingat mereka dan terus merengek. Semoga setelah hari ini kita akan di pertemukan lagi.' bisik Yoongi dalam hati.
#
Mobil metalik hitam milik Yoongi terparkir rapih di sebuah lapangan kecil di perkampungan yang sedikit kumuh. Mereka lalu berjalan kaki menuju rumah Taehyung dengan Taehyung yang terus-terusan tertawa dan melompat kegirangan.
'Kau ingat rumahmu? Sangat jarang. Kau pasti istimewa.'
Yoongi terus berperang dalam benaknya. Kadang ia tak bisa melunturkan senyumnya ketika melihat tingkah anek anak kecil di depannya itu.
"Eommaaa." panggil Taehyung kencang begitu berada di sawah tempat ibunya bekerja.
"Yak. Taehyung-ah, dari mana saja kau?" bentak sang ibu begitu melihat anak bungsunya pulang. Tidak dengan Taehyung yang masih setia tersenyum. Baginya, bisa pulang ke rumahnya itu sudah cukup.
"Yak. Anak nakal." bentak sang ibu seraya memukuli kaki bagian belakang Taehyung.
"Ihihi." Taehyung masih gembira melihat Eomma nya seraya berusaha memeluknya.
Melihat Taehyung sedikit dipukuli, Yoongi dengan paksa menarik Taehyung. "Anda siapa?" tanya Yoongi. Tetapi Taehyung memberontak menuju ibunya.
"Anda yang siapa?" Nyonya Yook malah balik bertanya.
"Saya yang mengantarkan anak ini kesini bertemu ibunya." jawab Yoongi.
Seketika Nyonya Yook memperhatikan Yoongi dengan seluruh barang bawaannya di tangan. "Oh, maaf. Saya ibunya."
Mendengar itu, membuat Yoongi refleks membungkukkan badannya. "Ah, saya minta maaf."
#
"Ah, dia memiliki kekurangan. Dia sedikit tidak normal dibanding teman-temannya, makanya dia ku simpan di rumah saja. Tetapi kemarin itu entah kenapa dia bisa hilang begitu saja." jelas Nyonya Yook pada Yoongi.
"Kenapa dia tidak di sekolahkan?" tanya Yoongi.
"Aku hanya petani tuan. Aku tak memiliki cukup biaya." jawab Nyonya Yook.
"Walaupun hanya lulus di sekolah dasar?" tanya Yoongi lagi.
"Um." jawab Nyonya Yook.
Belum juga kecurigaan Yoongi berakhir, tiba-tiba Taehyung keluar kamar diikuti Sungjae yang baru saja pulang dari sekolah.
"Eomma aku mau pergi bekerja." Taehyung.
"Eomma, aku pulang." Sungjae.
"Tak cukup biaya?" tanya Yoongi pelan begitu melihat Sungjae.
TBC...
Maaf kalau jelek.
Vote n comment.
Terimakasih sudah mampir ❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
So That I Love You (REVISI) [END]
Fanfiction"Karena aku mencintai saudaraku." Sad Brothership BTS Kim Taehyung Tentang seseorang yang diasingkan karena kepercayaan keluarga terhadap mitos budaya nenek moyang. Hingga akhirnya ia berkumpul dengan keluarga yang menurutnya asing. Terlebih lagi, d...