"Hyung." panggil Jungkook.
"Ne." jawab Seokjin.
"Hari ini hari libur, apa kau akan ke kantor?"
"Hyung hanya ada pertemuan, kenapa?"
"Bisa Kookie ikut? Kookie bosan di rumah."
"Mau ikut? Gak bakal minta pulang?" tanya Seokjin. "Yakin dulu, karena Hyung tak bisa mengantar mu pulang."
Jungkook kemudian berfikir. "Tapi Kookie sendiri di rumah hyung." rengeknya.
"Eomma kemana?" tanya Namjoon yang baru saja bergabung.
"Uhm." Jungkook menggelengkan kepalanya. "Joon-ie Hyung juga mau pergi kan?" tanya Jungkook.
"Iya sayang. Tapi kau tak bisa ikut Hyung." jelas Namjoon.
Jungkook sejenak menunduk, ia sangat tak suka tinggal sendiri. Kedua hyung nya juga tak akan tega meninggalkan karena takut terjadi apa-apa padanya. "Antarkan aku di rumah Yoongi hyung?" tawarnya.
Kedua hyung Jungkook kemudian tersenyum. Oh ya, ada Yoongi. "Baiklah nanti bersiap saja, hyung antar kesana." ucap Seokjin.
"Ani, aku yang akan mengantarnya. Aku searah." interupsi Namjoon.
"Aahh, ku fikir kau sedang merebutnya dariku." canda Seokjin kemudian di sanggupi tawa oleh kedua adiknya.
#
Menitip Jungkook ke Yoongi adalah jalan satu-satunya. Selain karena keluarga mereka sudah saling kenal, Jungkook juga sedikit akrab dengan ibu Yoongi. Masalahnya saat ini, Jungkook tiba-tiba merasa jantungnya kambuh. Tetapi, tak seperti biasanya, kali ini ia mampu menyembunyikan dari Namjoon.
'Kenapa?' bisik Jungkook dalam hati, kemudian meraih sebuah kaca untuk ia pakai melihat wajahnya. 'Tak pucat dan tak berkeringat. Pantas saja Namjoon hyung tak menyadarinya. Tapi kenapa sakitnya lain?'
"Kita sampai Baby" Namjoon tiba-tiba bersuara.
"Hyung, kau mengagetkanku." ucap Jungkook.
"Kau tak apa? Apa sakit? Maafkan hyung." Namjoon panik, masih pagi sudah membuat adiknya kaget. "Kau tak apa?" ulangnya, melihat wajah adiknya yang sedikit kaku.
"Tidak." jawab Jungkook singkat.
Tampak rumah Yoongi seperti sunyi, padahal ini adalah hari libur. Untung saja mereka sudah lebih dulu menghubungi Yoongi dan mengatakan bahwa ia masih di rumah.
"Oh, kau datang?" sapa Yoongi begitu muncul di deoan pintu. "Maaf, aku hanya berpakaian seperti ini." tunjuknya pada dirinya.
"Tak apa. Aku harusnya yang meminta maaf karena sudah merepotkan." jawab Namjoon.
"Tidak. Aku senang Jungkook datang, dia bisa bermain atau belajar bersama adikku." kata Yoongi.
"Adik?" tanya Namjoon sedikit terkejut.
"Uhum. Aku baru saja memiliki adik." jawab Yoongi, santai. "Masuklah" ajak Yoongi.
"Aku harus langsung pergi hyung, aku titip Jungkook saja, semoga cepat selesai." kata Namjoon.
"Oh. Baiklah. Kookie, kesini." panggil Yoongi.
Jungkook kemudian mendekat ke Yoongi. Perasaannya sedikit tak enak, entah itu karena apa. Mungkin karena Yoongi bilang ia mempunyai adik, Jungkook sedikit kaku bertemu dengan orang baru.
"Tae mana Eomma?" tanya Yoongi pada ibunya.
"Entahlah. Sudah Eomma bangunkan tapi tak tau apa sudah bangun atau belum." jawab Nyonya Min. "Eeh ada Jungkook." sapa Nyonya Min begitu melihat Jungkook.
"Astaga dia itu. Ada teman baru, malah tidur."
Yoongi kemudian mendudukkan Jungkook di sofa lalu berlari ke lantai dua menuju kamar orangtuanya, membangunkan adiknya. "Jangan dibangunkan." teriak Nyonya Min. "Kau akan mendengar raungan pagi-pagi."
"Aahjuuussiiiiii. Hhhuuuuuaaaaaa."
"YAK. MIN YOONGGIIIIIIII."
Jungkook? Bingung.
Adik? Adik baru? Tapi suaranya sudah seperti orang dewasa. Memanggil Ahjussi? Siapa sebenarnya dia?
Ada acara memukul Yoongi dulu sebelum akhirnya mereka turun di lantai bawah untuk berkumpul.
Tap.
Tangga pertama yang dituruni Taehyung. 'Eomma, Tae pusing.' lirih Taehyung dalam hati.
Tap.
Tap.
"Oh. Anyong haseyo." sapa Jungkook ketika melihat adik Yoongi.
Saling menatap, saling tersenyum. Sampai akhirnya Taehyung memegangi dadanya dengan sangat kuat.
"Taehyung-ah." teriak Nyonya Min. Membuat sekeluarga itu kemudian berbalik. Yoongi kemudian berlari mengambil obatnya lalu memasukkan dengan paksa kedalam mulut Taehyung.
Perkenalan yang sedikit menegangkan. Tapi taukah anda? Jungkook juga merasakan hal yang sama saat ini.
#
"Kau sekolah?" tanya Jungkook.
Taehyung mengangguk sambil tertunduk.
"Kelas berapa?"
"Satu. SD" jawab Taehyung.
Jungkook kaget. "Apa?" tapi kemudian ia membekap mulutnya. Ia seperti tau, ada masalah apa dengan anak ini, hanya saja ia tak menyangka bahwa ia masih sekolah di sekolah dasar.
Dug dug dug.
'Sabar. Sebentar lagi hyung menjemput' perintah Jungkook pada jantungnya.
"Siapa namamu?" tanya Jungkook lagi.
"Tae. Taehyung." jawab Taehyung. "Min Taehyung."
Jungkook kemudian mengangguk pelan. "Jungkook." katanya sambil mengulurkan tangannya. "Kim Jungkook, tapi panggil Kookie saja."
Taehyung kemudian sedikit menoleh, jujur selama berapa menit mereka bercerita, ia belum sekali melihat wajah lawan bicaranya itu. Sampai kemudian ia mendengar nama yang tak asing. Ia juga baru sadar akan suara itu, walau sedikit berubah.
"Jungkook-ie?" tanya nya. Membuat Jungkook tersenyum lebar sambil mengangguk semangat.
Tapi tidak dengan Taehyung. Otaknya kembali merayu hatinya untuk melakukan hal tak baik. Taehyung mengingat wajah itu, wajah anak yang 'Disayangi' Yoongi di rumah sakit. Tanpa basa-basi, ia berlari menuju ibunya, dan menangis tentunya.
'Ahjussi membawa anak itu lagi' katanya dalam hati.
#
"Hyung, apa wajah Kookie menakutkan?" tanya Jungkook pada Seokjin yang menjemputnya.
"Tidak. Kau tampan seperti hyung. Siapa yang bilang wajah Kookie menakutkan? Biar hyung suruh ke dokter mata." ucap Seokjin.
Jungkook kemudian hanya terdiam. Bisa dibilang Jungkook sedang tersinggung. Ada anak yang tiba-tiba menangis ketika melihat wajahnya. Jungkook malah balik takut pada anak itu.
"Kau sedang memikirkan apa?" tanya Seokjin tiba-tiba sambil membelai rambut adiknya.
"Tidak hyung." jawab Jungkook.
'Kenapa aku tak kaget kali ini? Kenapa malah tak sakit lagi?' batin Jungkook.
TBC...
Maaf kalau jelek.
Vote n comment yah..
Terimakasih sudah mampir 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
So That I Love You (REVISI) [END]
Fiksi Penggemar"Karena aku mencintai saudaraku." Sad Brothership BTS Kim Taehyung Tentang seseorang yang diasingkan karena kepercayaan keluarga terhadap mitos budaya nenek moyang. Hingga akhirnya ia berkumpul dengan keluarga yang menurutnya asing. Terlebih lagi, d...