Yoongi dalam perjalan pulang ke Seoul. Setelah beberapa jam berbincang-bincang dengan Taehyung, kini fikirannya betul-betul tak bisa meninggalkan Daegu.
Flashback On.
"Aku mau mencari tentang mitos anak kembar." ucap Taehyung membuat Yoongi sedikit menyeritkan keningnya.
"Untuk apa kau mencari itu?" tanya Yoongi.
"Kata Nenek, aku memiliki kembaran lelaki yang di bawa oleh ayah entah kemana. Makanya aku hanya tinggal bersama ibu." jawab Taehyung.
Yoongi kemudian terdiam. 'Kembaran yang di bawa oleh ayah? Makanya ia hidup bersama ibu? Taehyung-ah, apa kau tak mendengar ibumu mengatakan kalau kau itu anak angkat? Atau jiwamu tak bisa menerima itu?' Yoongi hanya bisa berperang dengan perasaannya sendiri.
"Ahjussi." lirih Taehyung karena mendapati Yoongi hanya terus terdiam.
"Ah, ya. Kau mau mencari apanya tentang itu?" tanya Yoongi.
"Aku mau menanyakan, berapa tahun lagi aku bisa bertemu ayah dan kembaranku?"
Katakan saja Yoongi menjadi cengeng saat ini, tak apa. Ia sedang berusaha menahan tangisnya. Apa yang anak itu katakan? Bertanya pada internet tentang berapa lama ia bisa bertemu ayah dan kembarannya?
"Katanya aku tak bisa bertemu dengan saudaraku itu karena ia bisa meninggal karena itu. Apa aku sejahat itu kalau aku mengatakan aku ingin melihatnya? Apa aku salah kalau aku mengatakan aku rindu? Apa tak boleh aku mengatakan padanya 'Aku menyayangimu'"
Cukup. Yoongi tak lagi dapat membendung air matanya. Di raihnya anak kecil di depannya itu sambil terus terisak. "Taehyung-ah." lirih Yoongi.
"Ne." jawab Taehyung.
"Kau..." Yoongi sedikit terhambat melanjutkan kalimatnya. Tetapi Taehyung lebih dulu menggeleng.
"Hiks." Taehyung mulai terisak. "Aku yang akan mati." ucapnya. Jelas saja Yoongi melepas pelukan itu dengan sedikit kasar.
"Taehyung-ah." bentaknya. Tetapi yang dibentak hanya bisa tersenyum.
"Aku pernah mendengar mitos itu sekilas, mereka mengatakan bahwa jika dua anak kembar terlahir di dunia lalu dipisahkan, berarti salah satu diantara mereka mempunyai kelemahan."
"Taehyung-ah." interupsi Yoongi.
"Aku sudah bodoh dari kecil Ahjussi, tolong jangan lagi membuatku merasa lebih sakit karena ini. Tolong dengarkan. Aku memang bodoh dan terlahir sebagai anak yang kekurangan, aku selalu sakit ketika aku kecil. Sakit di perut, sakit di dada dan sulit bernafas. Aku simpulkan bahwa aku adalah si anak yang mempunyai kelemahan. Apa salahnya jika aku ingin bertemu dengan saudaraku? Toh akhirnya aku yang akan meninggal."
Yoongi kemudian kembali meraih tubuh kecil Taehyung.
"Sudah?" tanya Yoongi, kemudian hanua di angguki oleh Taehyung. "Sekarang dengarkan Ahjussi." pinta Yoongi. Terlebih dulu ia menghapus airmatanya.
"Kau tau Ahjussi seorang dokter?" Taehyung mengangguk.
"Kau masih ingat namaku?" Taehyung kembali mengangguk.
"Kau sekarang bisa membaca?" lagi Taehyung hanya bisa mengangguk dalam pelukan Ahjussi kesayangannya.
"Taehyung-ah, anak kekurangan seperti yang kau katakan tadi itu, hidupnya cenderung lemah dan malas. Kau kuat, dan kau pandai. Kau belajar keras hingga bisa membaca dan menulis. Ingatanmu kuat walau sudah kutinggalkan selama lima tahun. Kau tau? Anak dengan kelemahan tak akan mampu. Itu yang kau sebut kekurangan? Kau tau, kau menyakiti hati Ahjussi dengan berkata seperti itu"
Taehyung kemudian melepaskan pelukannya, menatap wajah Yoongi yang masih memerah. "Maaf" lirihnya.
"Anak dengan kelemahan tak akan meminta maaf apapun yang di rasakan orang lain atas tingkahnya. Anak dengan kelemahan hanya akan terus berdiam walaupun orang didepannya mati sekaligus." Yoongi kemudian menutup kalimatnya.
"Mau kah kau ikut Ahjussi? Ahjussi akan menyembuhkan penyakitmu. Ahjussi janji akan bekerja keras."
Taehyung kemudian berdiri dari duduknya. "Ahjussi pulanglah, ini sudah hampir malam.
Flashback Off.
"Aku memang percaya kau adalah anak keterbelakangan mental yang memiliki banyak kekurangan dari segi kesehatan. Tapi aku percaya kau adalah keajaiban. Anak kuat. Entah kenapa aku yakin bahwa satu hari kau akan hidup bersamaku. Entah kapan. Semoga secepatnya." monolog Yoongi.
#
"Kau bisa?" tanya Nyonya Yook.
"Eomma, aku tak mau. Pokoknya aku tidak mau." tolak Sungjae.
"Yak. Dia bisa membelikanmu banyak mainan." tawar Nyonya Yook.
"Eomma, besok aku harus sekolah. Dan aku menolak."
"Yak. Anak nakal, kenapa kau tak mau sekali menuruti kemauanku? Cobalah bertingkah seperti Taehyung." bentak Nyonya Yook.
"Eomma, aku tak mau." Sungjae masih menolak.
"Oke. Tak akan Eomma kasih jajan selama seminggu dan juga, kau hanya boleh memakan nasi." ancam Nyonya Yook.
"Eeoommmmaaa." teriak Sungjae.
Nyonya Yook sedang merayu Sungjae agar mau ber-acting sebagai anak dari keluarga Kim. Karena besok, Nyonya Kim akan datang menjemput.
#
Pagi sekali, Taehyung seperti biasa sudah berangkat ke tempat kerjanya. Sementara Nyonya Yook sudah sangat gembira mendandani Sungjae karena sebentar lagi akan di jemput Nyonya Kim.
"Ingat, jangan nakal. Ikuti saja semua perintahnya. Dan kalau kau bertemu dengan anak seumur Taehyung, kau sebisanya menjauhkan diri. Entahlah, kalau dia nekad, ia akan mempertemukanmu. Ah, jauhi dia, kau sangat tidak mirip dengannya." pesan Nyonya Yook.
Sementara Sungjae sangat tidak setuju dengan ide ini. Dia sungguh ingin berangkat ke sekolah. 'Bagaimana kalau Taehyung pulang sebentar?' batinnya.
Pukul sembilan pagi, Nyonya Kim sudah berada di depan rumah kecil milik keluarga Yook.
Tok tok tok..
Nyonya Kim mengetuk pintunya. "Sungjae-ah?" panggilnya, lembut.
Sungjae tiba-tiba panik, sebelum pergi tadi, ibunya berpesan agar selalu memasang ekspressi seperti Taehyung, ekspressi kosong. Tapi, jujur Sungjae tak bisa. Ia kemudian hanya menarik nafasnya panjang dan kemudian memberanikan diri. 'Tidak Sungjae-ah, kau tak mendukung ide ini. Tidak usah menjadi Taehyung, Taehyung adalah Taehyung dan Sungjae adalah Sungjae.' bisiknya dalam hati kemudian melangkah maju. "Ne." jawabnya pada Nyonya Kim.
TBC...
😂😂😂😂
Maaf kalau jelek.Vote n comment yah.
Terimakasih sudah mampir ❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
So That I Love You (REVISI) [END]
Fanfic"Karena aku mencintai saudaraku." Sad Brothership BTS Kim Taehyung Tentang seseorang yang diasingkan karena kepercayaan keluarga terhadap mitos budaya nenek moyang. Hingga akhirnya ia berkumpul dengan keluarga yang menurutnya asing. Terlebih lagi, d...