Sunyi. Sepi. Senyap.
.
.
.Kedua sahabat Sunbae-Hobae yang sedanh di dalam mobil menuju Seoul itu hanya bisa terdiam. Fikiran mereka memang melayang, tetapi yakinlah melayang ke topik yang sama.
"Kau tau?" Yoongi membuka pembicaraan. Hoseok kemudian menoleh, ia tau yang akan di maksud Yoongi pasti seorang Taehyung, dan ia juga tertarik dengan Taehyung. "Dia itu bekerja keras, dan selalu di pukuli oleh ibunya. Alasan ibunya tak mau menyekolahkan Taehyung karena keuangan, tapi kau tau? Dia yang bekerja untuk menghidupi keluarganya."
Hoseok hanya berusaha menjadi pendengar yang baik, ia mempunyai pandangan tersendiri terhadap anak itu. Menurut Hoseok, anak seperti Taehyung memang langka. Ia memang mempunyai fisik yang lemah akibat penyakitnya, tetapi ia yakin ia akan tegar dan sangat sabar walaupun di siksa oleh ibu angkatnya.
Flashback On...
"Taehyung-ah, mau kah kau ikut dengan ahjussi ke Seoul? Kita akan bersekolah disana." tanya Hoseok sambil memegangi kepala Taehyung yang sedang menggeleng.
"Tidak ahjussi, aku harus disini, disini Eomma ku berada. Disini aku bekerja. Kalau aku meninggalkan pekerjaan dan Eomma, maka aku akan sedih. Memang Tuan pemilik Toko pernah berkata, kalau aku bisa membaca, maka gajiku akan naik. Kalau aku tak bisa membaca, Tuan pemilik toko akan capek memberitahuku barang-barang yang harus ku angkat. Kalau aku bisa membaca, ia tak perlu repot. Makanya aku ingin membaca, tapi Eomma dan hyung lebih penting. Aku akan selalu menangis kalau tak bersama mereka."
Flashback Off...
"Taehyung-ah." lirih Hoseok.
#
Memikirkan teori kehidupan kesehatan Taehyung memang sulit _Seperti ARMY yang memikirkan teori BigHit_ bagi Yoongi dan Hoseok yang hanya mendapat satu bocoran.
Yoongi masih menaruh fikiran terhadap penyakit hati. Ia sepertinya meletakkan 60% persen pada penyakit itu. Ia seperti yakin tetapi keyakinannya lumpuh ketika mendapati keadaan Taehyung yang tak menampakkan apapun salah satu ciri itu.
Tring. Tring. Tring.
(Anggap saja bunyi telefon genggam)"Halo." Yoongi menyapa begitu mendaratkan handphonenya di telinganya.
"Halo Yoongi-ya, tolong kesini, Jungkook merasa sakit perut." itu suara Namjoon yang sedang panik.
"Di Daegu?" tanya Yoongi tak kalah panik. Raganya sedang tak di tubuhnya saat ini, melainkan di Daegu.
"Yak. Di rumahku. Kenapa di Daegu? Cepatlah, aku menunggumu."
Namjoon kemudian menutup sambungan telfon itu secara sepihak, meninggalkan Yoongi yang masih berputar di Daegu.
"Astagah. Jungkook." dia baru teringat.
#
"J-Jung H-Hoo Se-Se ok?"
Taehyung sudah selesai membereskan rumahnya, dan kini sedang di dalam kamarnya, mengagumi 2 kata baru yang baru saja ia pelajari.
"Mi-M-Min Y-Yun Ki." ejanya lagi. Kemudian tersenyum. Tetapi tak lama, senyumnya kemudian memudar. "Ah, aku lupa bertanya pada Ahjussi untuk menuliskanku nama Jungkook." sesal Taehyung. Sungguh Taehyung tak tahu, penyesalannya kali ini sangat tak berguna.
"Aku ingin bertemu Jungkook." lirihnya kemudian memilih tidur.
Sementara di Seoul.
"Sejak kapan kau merasa sakit?" tanya Yoongi pada Jungkook.
"Tadi, tapi sudah tidak lagi." jawab Jungkook. "Baru saja berhenti sakitnya."
Yoongi, Namjoon dan Nyonya Kim kini hanya bisa terheran. Bagaimana Jungkook yang tadinya meringis dan berteriak kesakitan tiba-tiba saja bilang sudah tak sakit lagi? Padahal belum ada yang menyentuhnya.
"Sungguh?" Nyonya Kim meyakinkan.
"Um." jawab Jungkook singkat. Kemudian ketiga orang dewasa itu hanya bisa saling menatap.
#
"Apa penyakitnya tambah parah?" tanya Nyonya Kim pada Yoongi.
"Tidak, Nyonya. Menurut saya ini tanda yang bagus. Biasanya ia akan terus menangis kesakitan sampai kita membawanya ke rumah sakit, tapi ini entah siapa yang menyentuhnya kenapa bisa tiba-tiba berhenti." jelas Yoongi yang juga masih bingung.
"Apa kita harus memeriksanya lagi?" kali ini Namjoon angkat bicara.
"Tidak. Jangan terlalu membiasakannya terpapar dengan obat dan alat-alat rumah sakit, itu akan mempengaruhi imunnya. Akan sangat tidak baik kedepannya." jelas Yoongi.
Kedua keluarga Kim hanya bisa mengangguk paham, mereka tau Yoongi pasti akan berusaha dengan baik.
"Umm... Untuk cangkok jantung..." Namjoon terlihat enggan melanjutkan kalimatnya. Membuat Yoongi tersenyum.
"Saya masih berusaha, tapi jangan lupa, kalian juga harus berusaha." jawab Yoongi yang kemudian hanya diangguki oleh keduanya. "Baiklah, saya pamit pulang dulu." pamit Yoongi sambil menggandeng tasnya melangkah menuju keluar rumah keluarga Kim.
#
"Taehyung-ah." panggil Sungjae.
"Ne Hyung." jawab Taehyung.
"Kemari."
Taehyung pun mendekat ke arah Sungjae, kemudian tersenyum. "Yak. Jangan tersenyum. Kau jelek sekali." mendengar pernyataan itu membuat Taehyung makin melebarkan senyumannya. "Aku minta jajan dong."
Selalu seperti itu dipagi hari, dan dengan semangat Taehyung akan memberikan itu kepada Sungjae.
'Nenek, apa aku sudah berbuat baik?' batin Taehyung. Kemudian ia melangkahkan kakinya menuju luar rumahnya.
TBC...
Vote n comment yah.
Maaf kalau jelek.Terimakasih sudah mampir ❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
So That I Love You (REVISI) [END]
Fanfiction"Karena aku mencintai saudaraku." Sad Brothership BTS Kim Taehyung Tentang seseorang yang diasingkan karena kepercayaan keluarga terhadap mitos budaya nenek moyang. Hingga akhirnya ia berkumpul dengan keluarga yang menurutnya asing. Terlebih lagi, d...