Setelah laura berpamitan laura berjalan menjauh dari kedua laki laki seniornya di sekolah untuk pergi ke ruang khusus osis untuk memberikan hasil tugas yang ia kerjakan semaleman.
Setelah laura berada di depan pintu ruang osis langsung saja ia membuka pintu itu.
Laura melihat sekeliling ruangan tak di temukannya satu orang pun di sana.
Laura menyimpan tugasnya di atas meja ketua osis.
"Laura" tegur kenza alias kenz si ketua osis yang baru masuk keruangan itu
"Eh kak kenz." balas laura
"Lagi ngapain sendirian disini.?" tanya kenz
"ini aku mau setor tugas yang kemarin di kasih kak fadil" jawab laura
"Oo. Ok. Udah semua kan.?" tanya kenz sambil berjalan mendekat ke arah tugas yang berada di mejanya
"Udah kak. Udah beres semua tinggal di cek aja" jawab laura
"Ok. Thanks nya. Sama nanti ada lagi rapat osis perihal acaranya ya" ucap kenz memberitahu.
"Iyah kak. Kalau gitu aku pamit ya kak" pamit laura sambil berjalan menuju pintu
____
Laura berjalan menuju kelasnya yang sudah sepi. Ia melirik jam tangan nya sebentar.
"Ah bentar lagi bel." lirihnya mempercepat laju jalannya.
Tak sengaja di salah satu lorong ia melihat dua orang disana. entah kenapa yang biasanya laura tak peduli tapi kali ini ia merasa penasaran akan siapa yang sedang berdiri di sana.
"Eh. Bukannya itu tea sama gibran yah" gumamnya pelan yang kini sedang bersembunyi di balik tembok dan memperhatikan mereka berdua.
"Ngapain mereka di sana.?" tanyanya entah pada siapa
"Maaf tea tapi gue gak bisa" ucap gibran
"Kenapa.? kenapa laura yang gak pernah peka sama lo, bahkan dia gak pernah anggap lo ada?" tanya tea lirih menahan tangis
"Lah. Kenapa bawa bawa gue segala" gumam laura masih memperhatikan mereka berdua
"Gue gak peduli. Gue bakalan tetep berusaha buat laura sadar kalau gue beneran tulus sama dia" jawab gibran
"Harusnya lo sadar. Gue yang suka sama lo. Gue yang beneran tulus sama lo gibran. Tapi kenapa cuma laura yang selalu lo lihat" tangis tea pecah
"Sorry tea. Tapi ini hati gue yang milih" ucap gibran terakhir dan pergi meninggalkan tea.
Laura langsung berlari menjauh dari sana setelah merasa jauh laura menengok ke belakang di lihatnya gibran baru keluar dari lorong itu. Laura langsung memperlahankan langkah nya seperti berjalan biasa.
"Laura" panggil gibran
___
"sorry tea. Tapi ini hati gue yang milih" setelah mengucapkan kalihat itu gibran langsung meninggalkan tea yang sedang menangis
Gibran terus berjalan tak memperdulikan tea yang terus memanggil namanya.
saat gibran keluar dari lorong itu ia melihat laura yang sedang berjalan tak jauh darinya.
"Laura" panggil gibran lalu berlari mendekat pada Laura
"Dari mana.?" tanya gibran setelah mensejajarkan langkahnya
"Kepo lu" jawab laura
"Ya lo. Gue nanya baik baik" lirih gibran
"Dari ruang osis" ujar Laura jujur
"Lo gak liat apa apa tadi.?" tanya gibran hati Hati
"Kagak. Napa emang.?" laura balik nanya
"Enggak sih. Kali aja ada yang aneh" jawab gibran
Laura melirik gibran di lihat nya pemuda itu tengah berjalan santai di sebelahnya, entah kenapa ia merasa senang saat ini. Karna gibran baru saja menolak wanita lain karna dirinya.
"Woy liatnya gak usah gitu juga kali " tegur gibran saat menyadari tatapan laura
Laura langsung memalingkan wajah, malu deh saat kepergok kaya gitu
"Siapa juga yang liatain lo" sangkal laura
"Mm. Bohong lo. Lo udah suka ya sama gue.?" tuduh gibran
"Kagak. Siapa yg suka sama lo" elak laura
"Alah. Ngaku aja kalau suka" goda gibran
"Serah lo aja lah biji cabe" ucap laura tak mau memperpanjang
Laura masuk terlebih dulu ke dalam kelas sebelum Gibran bersuara lagi.
"Dari mana lo.?" tanya sivia saat laura telah duduk di kursinya
"Dari ruang osis" jawab laura seadanya
"Oo. Terus kenapa bisa bareng sama si buntut kuda ini.?" tanya sivia lagi sambil menunjuk gibran
"Itu namanya jodoh" sahut gibran
Tanpa memperdulikan gibran sivia terus menatap laura penasaran
"Tadi gue liat dia di pinggir jalan kelaperan jadi gue kasih makan. Eh malah ngikutin sampai sini" jawab Laura asal dan tak memperdulikan perasaan gibran
"yee. lo kira gue anak kucing apa" oceh gibran
"Bukan sih. Lo tuh anak tikus got" ucap laura makin keras.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cowok Rese (Tamat)
Teen FictionDari benci bisa jadi cinta! Hal itu yang di rasakan oleh laura kepada gibran si cowok rese yang berhasil merebut hatinya