Laura masuk kedalam rumah dengan lemas.
"Baru pulang laura.?" tanya seseorang wanita dengan suara lembutnya.
"Kak risty" seru laura senang langsung menghamburkan diri memeluk wanita bernama risty itu.
"Kakak kapan dateng.? Kok gak ngabarin dulu ke aku sih.? Gimana disana.? Kakak bakalan kesana lagi gak.?" tanya laura memburu.
"Satu satu napah nanyanya" tegur azka sambil membawa minuman dan cemilan kecil.
"Biarin aja suka suka dong. Kak ristynya juga gak protes tuh" balas laura
"Haha. Iyah nanti kakak jawab satu satu. Tapi sekarang mending rara ganti baju dulu yah terus kita makan siang. Tadi kakak masak" suruh risty halus.
"Ya udah deh rara ganti baju dulu yah" pamit laura dan berjalan pergi menuju kamarnya.
Yang tadi itu NAURA RISTYA biasa di panggil Risty dia adalah kekasih nya azka selama 2 rahun ini. Dulu mereka kuliah di universitas yang sama juga mengambil jurusan kedokteran.
Tapi bedanya jika azka seorang dokter anak lain dengan risty ia adalah dokter ahli kulit.
Sudah beberapa bulan ini risty bekerja di pindah kerja kan di luar kota. Dan sekarang ia kembali.
(Ok balik lagi ke laura)
Setelah laura selesai mengganti pakaiannya Laura menuju kasurnya dan merebahkan tubuhnya di atas kasur.
Hening. Satu kata yang menggambarkan kondisi ruangan ini. Membuat semua memorinya hari ini berputar kembali di kepala nya.
Laura ingat betul kejadian tadi pagi. Pembicaraan nya dengan tea.
Flashback on
"Apa tea. Lo mau gue buat ngejauhin gibran. Tapi kebapa.?" Tanya laura
"Gue sayang gibran, gue tau gibran cuman sayang sama lo. Tapi gue mohon ra. Penyakit leukemia ini bisa ngebunuh gue. Gue mau di sisa hidup gue gue bisa sama orang yang gue sayang" permohonan tea pada laura.
"Tapi apa gue harus ngejauhin dia." Tanya laura
"Karna dengan lo jauh dari dia gue bisa deketin dia. Apa lo keberatan, bukanya lo gak suka sama dia.? jangan bilang sekarang lo suka sama dia.?" tanya laura memburu
"Ya gak lah. Gue gak suka sama dia." jawab laura
"Ya udah kalau gitu jauhin dia demi gue. Supaya gue bisa dekat sama orang yang gue sayang di sisa hidup gue" pinta tea
Laura tampak berpikir sejenak. Karna memang susah untuk jauh dari gibran. Bukan cuma karna gibran selalu menempel padanya. Tapi juga karna kini hatinya merasa tak rela untuk menjauh.
"Ya udah gue usahain supaya gue jauh dari gibran" keputusan laura.
"Yee. Makasih yah laura" sorak tea senang.
Flashback off
"Sorry bran" gumam laura.
Entah kenapa hati laura saat ini terasa perih dan nyeri. Laura merasa gak rela harus menjauhi gibran tapi juga gak tega liat tea menderita di sisa hidupnya.
"Apa sekarang gue mulai suka sama si anak tuyul itu.?" tanya laura pada dirinya sendiri.
"Ah gak mungkin. Menurut gue ini adalah langkah yang tepat. Biar gibran gak selalu nempel sama gue, kasian juga kan kalau lama lama gue cuekin mulu. Gue juga manusia punya perasaan. Gue gak mungkin setega itu" lirih laura panjang x lebar + tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cowok Rese (Tamat)
Teen FictionDari benci bisa jadi cinta! Hal itu yang di rasakan oleh laura kepada gibran si cowok rese yang berhasil merebut hatinya