Empat Belas

551 66 0
                                    

Matahari sudah terbit dan menguasai langit.
Sudah pukul 08:00 dan Yoora yang sedang mempersiapkan sarapan dibuat terkejut oleh suara dering ponselnya di meja makan.

"yeobsaeyo? Ada apa eomma menelpon pagi-pagi?"

"ini bukan saatnya kamu bertanya kenapa Yoora-ya. Sudahkan kamu melihat koran atau mengecek berita hari ini?"
suara ibunya diujung sana terdengar panik.

"belum, aku tidak tertarik tentang hal seperti itu."

"cepat cari buka, kamu harus melihatnya."
Nada ibunya menunjukan bahwa perintah itu tidak bisa ditolak.

Maka Yoora menurut dan memutuskan panggilan lalu membuka internet dan mencari berita hari ini.

​Yoora tidak dapat mempercayai pengelihatannya ketika ia melihat fotonya dengan Daniel terpampang di internet.

Tidak ada namanya dan wajahnya tidak terlihat jelas karena saat itu kepalanya tertutupi kepala Daniel yang memeluknya.


Kencan Malam Bersama Kekasih?
Kang Daniel wanna one memeluk mesra kekasihnya.

Kira-kira begitu judulnya, Yoora bahkan tidak ingin mengingat hal tersebut, telepon genggamnya kembali menerima panggilan masuk, tapi kali ini dari orang yang sedang digosipkan bersamanya itu,

Kang Daniel.

"yeobsaeyo? Yoora-ya?" suara diujung sana terdengar sangat jauh baginya.

"mian tapi bisakah kamu pergi ke agensiku? 15 menit lagi kujemput, tolong tutupi dirimu sebisa mungkin, aku tidak ingin hal ini terjadi lagikan?"

Daniel yang tidak kunjung mendapat jawaban segera menutup teleponnya karena ia dipaggil managernya.

Daniel tidak tahu, Yoora di ujung telepon masih tidak bergeming, terlalu terkejut dan semua pikiran negatif masuk ke kepalanya tanpa permisi.

Apakah Daniel malu dengan kehadiranku?

Apakah karir adalah hal yang terpenting baginya?

Apakah ia malu karena skandal kencannya dengan anak buruk rupa sepertiku?

Bukan dengan idol cantik?

Pertanyaan-pertanyaan tanpa jawaban itu hanya membuat kepalanya seperti ingin pecah, sakit, dan tidak tertahankan hingga membuat dirinya goyah dan jatuh ke lantai tanpa ada yang mengetahui.

***

​Saat Yoora sadar dan membuka matanya, ia sudah berada diatas kasurnya, perlahan kesadaran memenuhi dirinya dan indra penciumannya mencium bau masakan dari arah dapur.

Yoora berusaha bangun lalu melangkah ke dapur, tapi yang ia lihat bukanlah ibunya melainkan lelaki yang tidak asing bagi Yoora.

Rambut honey brown itu terlihat sedikit berantakan seperti kemejanya.

"Niel oppa?" yang dipanggil langsung menoleh dan tersenyum.

"sudah bangun? Kalau tidak kuat berbaring saja, sebentar lagi bubur matang."

Yoora duduk di meja makan dan tidak melepas pandangannya dari punggung lelaki itu.

"oppa mian." Yoora menitikkan air mata, dirinya terlalu lemah untuk menahan air mata, biarlah memang dia adalah orang yang sangat emosional.

"hmm? Kamu meminta maaf untuk apa?
aigoo, uljima."
Daniel meletakkan semangkuk bubur di hadapan Yoora.

Menghampiri gadis yang sedang banjir air mata itu dan berlutut untuk menyamakan tinggi mereka.

"hey, kumohon hentikan tangisanmu, semua akan baik-baik saja." Daniel meraih tangan kurus itu dan mengelus buku-buku jarinya.

"tidak ada yang perlu ditangisi, air matamu terlalu berharga untuk menangisi masalah seperti ini."

"tapi.. tapi, karirmu pasti terancam, kamu juga pasti malu kan digosipkan dengan gadis sepertiku?
Karena itu kamu minta aku menutupi diri?"
Yoora kembali terisak.

"jangan salah paham."
Suara Daniel menajam,
membuat Yoora menatap pria itu takut.

"Aku tidak pernah malu, karirku tidak akan terpengaruh dengan skandal seperti itu,
aku meminta kamu menutup diri karena tidak ingin identitasmu terungkap dan membuatmu jatuh kedalam masalah yang lebih banyak."

Suara Daniel tersendat.

"aku melakukan semua itu untuk melindungimu."

***

​Yoora merasa lebih tenang dan mulai makan bubur yang dibuat Daniel,

terlalu banyak garam,

tapi tidak apa-apa, mengingat Daniel hanya memiliki sedikit pengalaman dalam memasak.

Yoora tersenyum melihat pria yang duduk menonton tv.

"niel oppa, kamu yakin kita tidak perlu ke agensimu?"

yang dipanggil tidak menjawab, Yoora mengernyit heran lalu berjalan kearah Daniel.

Ternyata pria itu sudah tertidur, damai sekali tidurnya hingga air liur terlihat menggenang di sudut bibirnya,
Yoora tertawa pelan lalu berjalan ke kamarnya mengambil selimut.

Seperti seorang ibu, Yoora menyelimuti Daniel pelan-pelan, takut mengusik tidur lelap si pria.

"beberapa saat lalu, kamu sungguh dewasa, berkata ingin melindungiku, tapi sekarang kamu terlihat seperti anak kecil, terlelap dimanapun kapanpun, bagaimana aku bisa percaya padamu hmm?"
Yoora menepis poni Daniel dari wajah tampan pria itu.

"tentu saja kamu bisa, perlu kubuktikan?"
Daniel membuka matanya dan membuat Yoora terkesiap.

"aku punya ide bagus, ayo jalan-jalan ke taman bermain."
Daniel duduk di sofa dan membetulkan posisi dan pakaiannya.

"hmm? Kenapa tiba-tiba?"

"untuk menghilangkan stress? Kamu pasti stress saat ini, sampai pingsan."

"ok, aku ganti baju dulu."
Yoora hendak beranjak.

"pakailah jaket dan topi, aku tidak ingin kita dikenali.." Daniel terdiam

"karena aku tidak ingin 'mereka' mengganggu kencan kita."

Yayaya, chapter depan dating nih~
Niel aku juga mau dating *puppy eyes biar Daniel lemah

Adore you {Kang Daniel ff}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang