"Eleanor?," Christopher mendekati wanita yang sedang mencuci mangkuk-mangkuk bubur sarapan pagi itu. "Dimana Jagoanku?." Ia menyingsing lengan kemejanya dan berdiri disamping Eleanor untuk membantunya.
"Di kamarnya." Jawab Eleanor.
"Ada apa? Tidak seperti biasanya anak itu di kamar pada jam ini." Christopher mencuci ulang mangkuk yang sudah dibilas Eleanor.
"Itu!" Eleanor menunjuk keluar jendela di depan mereka.
"Hujan?," Christopher melihat ke Eleanor yang menanti jawabannya. "Ada apa? Aku sama sekali tidak mengerti apa yang kau maksudkan.!"
Eleanor menghela nafas, kemudian mencuci tangannya dan membereskan meja makan yang tidak pernah akan bisa rapi selagi anak-anaknya ada dirumah.
"Dia benci hujan, sama seperti ayahnya." Kata Eleanor dengan nada menyindir.
Christopher tertawa sinis kemudian mendekati Eleanor yang masih merapikan meja makan.
"Baiklah Nyonya Johnston, ayahnya memang tidak menyukai hujan. Tapi itu dulu. Dulu!." Christopher menekankan kata 'dulu' pada Eleanor.
Eleanor melihat Christopher yang kini merebut kain lap dari dirinya dan membersihkan meja makan. Eleanor tahu Christopher berbohong.
"Baiklah, aku akan berusaha percaya itu. Tapi bisakah kau memanggil anak-anak kebawah dan mengantar mereka kesekolah?." Eleanor memegang tangan Christopher, menyuruhnya berhenti melakukan pekerjaan ibu rumah tangga yang sepertinya sangat ia suka.
"Daddy...!" Caroline, berlari kearah Christopher yang segera membungkuk untuk memeluk kemudian menggendongnya.
"My love!" Christopher mencium kening putri nya itu.
"Jangan terlalu memanjakannya Dad," Albert duduk di anak tangga paling bawah untuk memasang kaos kaki dan sepatunya.
"Hey, My Boy. Kenapa kau terlihat lesu sekali pagi ini?." Christopher menyerahkan Caroline ke Eleanor dan duduk disebelah putra pertamanya.
"Aku tidak suka cuaca dingin dan basah!."
"Aku suka!." Jawab Caroline.
"Sudahlah! Kau anak ibu dan aku anak ayah," Albert mengecup pipi ayah dan ibunya kemudian berjalan menuju garasi rumah.
"Caroline sayang, masuk mobil duluan ya! Jangan hiraukan saudaramu itu, dia sedang kesal." Caroline mengecup pipi ayah dan ibunya kemudian berlari menuju garasi, mengikuti Albert.
Christopher meminum kopinya sampai habis sebelum memeluk dan mengecup Eleanor.
"Sayang?," Eleanor mendekati Christopher yang baru beberapa langkah pergi darinya.
"Apa? Barusan kau memanggilku apa?," Christopher menarik Eleanor dan mendekapnya. "Ah sudah lama sekali aku tidak mendengarnya, Eleanorku." Christopher mengecup ujung kepala istrinya itu.
"Lusa, Gwenn ulang tahun. Maukah kau meluangkan waktumu?."
"Gwenn? Si berandal itu?," Christopher melihat wajah Eleanor yang sekarang cemberut. "Baiklah, Gwenn, sahabat terbaikmu."
"Aku akan minta izin ke kepala sekolah anak-anak untuk beberapa hari. Aku berharap sekali kau dapat izin dari kantormu."
"Apa maksudnya beberapa hari?," Christopher melepaskan Eleanor. "Apa kau berencana menginap disana?." Eleanor tersenyum pada Christopher kemudian mengecupnya dan dengan segera pergi kelantai atas untuk merapikan kamar.
"Hey E! Kau belum menjawabku!."
"Daddy, kami bisa terlambat nanti. Ayo!" Caroline berdiri di pintu yang menghubungkan rumah dan garasi.
"Ok sayang tunggu Daddy!."
Dan Kejadian pagi ini selalu terjadi saat hujan turun. Albert yang marah dan kesal karna cuaca, Caroline yang polos yang menanggapi semua perkataan Albert dan Christopher yang selalu berusaha untuk menyukai hujan dan untuk tidak menggerutu.
Eleanor melambaikan tangan pada suami dan anak-anaknya yang pergi menuju sekolah dan kantor dari balik jendela kaca besar rumahnya. Hujan kelihatan tidak akan berhenti , dan ia sangat bersyukur. Rasanya ingin menari-nari dan bernyanyi.
"Kalian akan menyukainya sayangku!." Eleanor tersenyum pada foto Christopher dan Albert yang tergantung di ruang keluarga lantai dua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Regen
Romance"Eleanor? Mana mungkin aku tidak sayang dan cinta padamu?," Chris memeluk sambil mengelus rambut hitam Eleanor. "Aku sangat menyayangi dan mencintaimu Eleanor." Sambungnya. "Tapi aku tidak cukup baik untukmu kan Chris? Aku cereboh dan tidak teliti...