~New Eleanor~

2 0 0
                                    

Aku menutup hidungku dengan sapu tangan hotel saat cairan bening itu tidak berhenti walau aku sudah mencoba untuk mengeluarkan semuanya saat di kamar mandi tadi. Hujan di Turki membuatku bersin-bersin dan flu, tidak seperti hujan di Bournemouth yang membuatku selalu ingin bermain hujan lagi dan lagi.

Sementara Gwenn, ia tidak bersusah payah untuk menutupi hidungnya yang memerah karna flu. Malah ia bersin seenaknya saat ia sedang menjadi penerjemah Mr. Sinclair yang sedang berbicara dengan salah satu dosen dari Universitas Ankara.

Untung saja, mereka maklum dengan kondisi Gwenn. Kalau tidak apa jadinya penelitian ini nanti?

Omong-omong tentang penelitian, aku mendapat kelompok yang sama dengan Christopher dan Julie. Sementara Gwenn, dia akan bersenang-senang dengan Mr. Sinclair dan salah satu mahasiswa Ankara yang tampannya bukan main itu, Ahmed.

Hidung mancung, rambut hitam bergelombang ditambah dengan lesung pipi saat ia tersenyum dan matanya yang menghilang, tidak seperti orang turki pada umumnya yang bermata bulat, dia lebih seperti orang asia bagian timur dan tenggara.

"Hey? Kau Eleanor kan? Aku Julie!" Kini yang barusan di bicarakan mengulurkan tangannya padaku, wajahnya yang putih mulus dengan rambut dan alis coklat yang menawan. Dan yang paling menyebalkan itu, kacamata yang ia pakai.

"Yeah, Aku Eleanor. Eleanor Regen Hoult." Kataku membalas uluran tangannya.

Julie menghela nafas lega saat tanganku mendarat di telapak tangannya, yah seharusnya aku tidak membalas uluran tangan itu kalau tahu dia setengah mati menanti.

"Aku kira kau tidak akan mau membalas sapaanku, kau terlihat pendiam sekali." Katanya memamerkan giginya yang berjajar rapih.

"Tidak juga." Jawabku sekenanya.

"Nama lengkapku Julie April Hils." Katanya tanpa ditanya.

"Oh, ok" jawabku.

Oh tuhan! Kenapa aku ketus sekali pada Julie, dia tidak salah apa-apa malahan dia menyapa duluan dan bersikap ramah walau aku mengeluarkan sikap yang sangat tidak bersahabat. Tapi wajahnya dan kacamata sialan itu membuatku ingin membentak dan bersikap sinis kepada siapapun.

"Julie? Kau sudah sarapan?." Aku dan Julie berbalik dan mendapati Christopher dengan kaca mata hitam yang bertengger di hidung mancungnya, menutupi mata biru nya nan indah itu.

"Belum, apa kau sudah sarapan?." Tanya Julie.

Baiklah, ini pertanda aku harus mundur pelan-pelan jika tidak mau menjadi lalat penghibur (baca pengganggu) diantara mereka.

"Makan ini! Nanti magh mu kambuh!." Christopher menyodorkan sehelai roti tawar yang sudah diberi selai pada Julie, dan dengan anggun Julie membuka mulutnya menerima suapan Christopher.

"Tunggu!." Katanya sebelum roti itu masuk ke mulutnya. "Apa kau sudah sarapan?." Dia mengajukan pertanyaan itu padaku, dan membuat Christopher seperti tersadar kalau aku sedari tadi berdiri di sampingnya.

"Sudah." Jawabku, kembali mengeluarkan sikap ketusku.

"Oh baiklah, terimakasih Chris!." Julie memakan dan mengunyah roti yang terlihat sangat lezat itu, bahkan cara mengunyah nya saja membuatku ingin menampar seseorang.

Aku beringsut pergi dari Julie dan Christopher yang entah apa yang mereka perbuat sehingga mereka tertawa lepas plus bahagia itu. Ini baru permulaan hari, dan aku sudah sangat emosian, apa yang akan terjadi padaku delapan hari kedepan?.

Tanpa Gwenn dan Stephen yang walaupun menyebalkan tapi selalu bisa membuatku melupakan stress dan perasaan aneh lainnya.

Ugh! Laki-laki sama saja, tidak pernah ingat dengan janji yang mereka buat dan wanita dengan bodohnya selalu saja percaya dengan mereka.

"Eleanor?" aku berbalik dan mendapati Ms. Robinson tengah berdiri dengan tangan dilipat di depan dadanya.

"Ya?." Kataku saat ia mendekat.

Kami berjalan menyusuri kolam buatan yang sangat panjang di Universitas Ankara ini. Setelah makan siang bersama, kami akan mulai berpisah dan pergi dengan kelompok masing-masing, dan kalian tahu? Entah aku salah makan atau memang kesialanku sedang betah hinggap di diriku, pembimbing kelompokku adalah Ms. Robinson yang sudah dari awal menyatakan perang kepadaku saat si genit Stephen merangkulku di pesawat.

Ms. Robinson dengan jeans ketat hitamnya dan atasan kemeja yang juga menampilkan lekuk tubuhnya berjalan disampingku dengan tetap menyilangkan kedua tangannya di depan dada, sesekali ia tersenyum saat melihat kawanan burung yang bertengger di cabang-cabang pohon besar di sepanjang kolam.

Dan aku dengan kaos oblong, jeans, sepatu ket serta ransel besar dipunggungku sibuk mengelap dan membersihkan cairan bening yang tak kunjung berhenti di lubang hidungku.

"Jadi kau satu SMA dengan Christopher?." Ms. Robinson membuka suara.

"Iya begitulah." Jawabku.

"Jadi, kau wanita yang ia ceritakan itu?."

Heh? Apa maksudnya itu? Apa Christopher curhat kepada Ms. Robinson tentang diriku?.

"Maaf, tapi aku tidak mengerti maksudmu Ms. Robinson." Aku berhenti berjalan dan itu membuatnya yang berdiri didepanku berbalik, memandangiku dengan bibirnya yang terangkat sebelah.

Menyebalkan sekali!.

"Aku rasa saranku untuk melupakan cinta pertamanya di SMA sudah ia turuti. Julie, aku rasa seribu kali lipat lebih baik daripada cinta pertamanya itu." Katanya sambil tertawa sinis.

Baiklah, aku tidak perduli dia bicara tentang aku atau bukan, tentang Julie yang seribu kali lebih baik dariku, yang aku perdulikan sekarang adalah maksud dan tujuan dia bicara seperti itu padaku.

Balas dendam karna Stephen dekat denganku? Atau untuk menjatuhkan konsesntrasiku supaya Stephen memadangku bodoh?.

Hah! Kita lihat saja nanti nona Robinson.

"Shania, cukup panggil aku Shania. Umur kita tidak jauh beda. Aku baru berumur 23 tahun, hanya tiga tahun beda darimu. Walau aku seorang dosen, tapi aku tidak mempermasalahkan itu, "katanya dengan nada sombong. "Well, siapa tahu kau kenal dengan cinta pertama Chris dan kau bisa memberitahunya kalau dia sudah 'move on' ke gadis lain." Dia menepuk pundakku kemudian berjalan meninggalkan ku sendiri yang masih menatap punggungnya.

Jadi, kau sudah mendapatkan Eleanormu yang baru yaChris?.    

RegenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang