Christopher tersenyum membaca journal Eleanor yang kini ada di tangannya. Ia sangat ingat, waktu malam itu. Entah apa yang menariknya keluar dari bus. Setelah sesaat sebelumnya ia terbangun dari rest room dan mendapati Eleanor yang tidur di dekat jendela tengah gelisah, sementara Julie dan Shania yang tidur di satu ranjang malah pulas seperti kerbau.
Christopher melangkah mendekati Eleanor, tangannya yang hendak mengelus peluh di dahi Eleanor terkatung saat ia mengingat kejadian di pesawat. Eleanor sudah punya kekasih, dia tidak boleh berlaku seperti itu padanya.
Akhirnya Chris memutuskan untuk jalan-jalan malam sendirian di kuil Artemis. Tak berapa lama ia duduk di balik batu dekat empat pilar tersisa, ia mendengar suara. Suara Elanor. Eleanor yang hanya memakai kaus dan jeans plus sandal jepit sedang menatap keempat pilar tersebut dan bertanya pada Artemis, seakan-akan ia ada dan nyata.
"Artemis? Orang bilang kau dewi keperawanan? Benarkah? Tapi aku ada baca novel yang salah satu tokohnya ada dirimu, mereka menggambarmu seperti seorang pecinta yang hebat. Kau memiliki kekasih namanya..."
Kemudian ia tertawa sendiri, mungkin menertawai diri sendiri karna pertanyaannya yang bodoh. Ini pertama kalinya Chris melihat Eleanor tertawa semenjak mereka bertemu di pesawat.
"Apa kau percaya bahwa dewa dan dewi yunani itu ada?." Akhirnya Christopher bertanya setelah sempat bingung membiarkannya saja atau bertanya.
Muka Eleanor sempat pucat karna terkejut, ia menarik nafas kemudian menghembuskannya berkali-kali dan tubuhnya sudah mulai gemetar. Chris merasa khawatir. Siapa yang tidak kedinginan di puncak bukit seperti ini hanya dengan sandal jepit, jeans dan kaus. Chris menatap mata Eleanor yang hitam pekat, indah dan sangat pekat sehingga ia dapat melihat apapun yang ada di dalam mata Eleanor termasuk dirinya.
"Kau kenapa Eleanor? Apa kau sakit?." Tanya Chris.
Tanpa pikir panjang, ia melepaskan jaketnya sendiri kemudian melilitkannya di tubuh Eleanor, ia menarik nafas kemudian memberanikan diri memeluk Eleanor dari belakang. Tubuh Eleanor tegang seketika, mungkin tidak menyangka akan dipeluk dan begitu pula dengan Chris yang tidak menyangka akan memeluk.
Elanor mendelik, Chris menjelaskan padanya, Ia menggigil. Elanor dan Chris sama-sama diam sampai terdengar gemelutuk gigi Eleanor. Pada akhirnya Chris memutuskan untuk menopang Eleanor menuju bus dari belakang. Beberapa langkah mereka berjalan hujan turun seperti di tuang dari baskom besar. Pandangan mereka kabur akibat lebatnya hujan. Eleanor mulai panic.
"Jangan panic Eleanor. Aku ada disini bersamamu." Chris membisikkan kata-katanya ke telinga Eleanor.
"Chris, jangan tinggalkan aku sendiri, aku benar-benar takut. Dan dingin." Christopher mempererat pelukannya, ia tanpa berpikir dua kali menempelkan pipinya ke pipi berisi Elanor yang halus dan dingin.
Chris terus membawa Elanor menuju bus, dan saat beberapa meter di dekat Bus, Eleanor jatuh. Ia sungguh merasa bersalah kala itu menimpa Elanor.
Dengan tenaga yang tersisa dan dengan kedinginan, Chris mengangkat Eleanor masuk ke dalam ruang berpenghangat di dalam bus.
"Kenapa waktu itu harus turun hujan?." Chris berbicara pada tulisan tangan Elanor.
Setelah membaringkan Eleanor di sofa ruangan berpenghangat, Christopher lari menuju rest room, ia mengambil baju kering Eleanor kemudian menutup kembali pintu rest room yang sedang di huni oleh Gwenn dan Shania yang makin terlelap.
Disini Chris diuji.
Membangunkan Julie dan resikonya ia diberondong banyak pertanyaan atau menggantikan baju Eleanor sendiri dan resikonya dituduh melakukan perbuatan asusila.
Lima menit ia berpikir ia mulai mendekat Elanor, lima menit kemudian ia mundur. Terus seperti itu sampai Eleanor terbangun sendiri karna tersedak.
"Apa kau baik-baik saja?." Chris langsung mendekat.
Eleanor mengangguk. Ia melihat bajunya terlipat rapi di meja kemudian menatap Chris yang menatapnya cemas. Kemudian ia tersenyum pada Chris.
"Terimaksih."
"Untuk apa?."
"Karna kau tidak menggantikan bajuku." Eleanor tertawa hambar.
Chris mundur, namun Eleanor menahannya.
"Aku kedinginan Chris!." Kata Elanor.
"Pemanasnya sudah aku hidupkan."
Chris terperanjat saat Eleanor melingkarkan lengannya di leher Chris. Pada awalnya ia mengira Eleanor mau mencekiknya, tapi Eleanor malah terisak. Dia terisak untuk beberapa lama kemudian dia berbisik.
"Jangan Pergi!." Dan dia pingsan lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Regen
Romance"Eleanor? Mana mungkin aku tidak sayang dan cinta padamu?," Chris memeluk sambil mengelus rambut hitam Eleanor. "Aku sangat menyayangi dan mencintaimu Eleanor." Sambungnya. "Tapi aku tidak cukup baik untukmu kan Chris? Aku cereboh dan tidak teliti...