~Part 14~

3 0 0
                                    


Eleanor dan Christopher sudah menunggu diruang tamu saat anak-anaknya dan keluarga kecil Stephen turun dari tangga. Hari ini mereka akan berangkat ke makam ayah mereka, minus Aydin yang memang ada agenda lain di kampus kota. Eleanor memakai jaket hitamnya sementara Christopher dengan jaket coklat kesukaannya yang ia beli di Oxford beberapa bulan yang lalu.

Sesaat menginjakkan kaki dilantai satu Albert dengan segera mengulurkan tangan untuk Natalie yang berada dibelakangnya, membantunya menuruni dua anak tangga terakhir kemudian melakukan hal yang sama pada Caroline dan Jorge. Christopher yang melihat anaknya yang sangat gentle tersenyum bangga sementara pujian terlontar dari mulut Natalie dan Ana.

"Baiklah, hari ini kita akan berangkat ke makam kakek, dan setelahnya kita akan makan di restoran terkenal di London!" Ana mengumumkan dan mendapat teriakan heboh dari Caroline dan Jorge. Sementara seperti biasa, Albert memutar bola matanya atas reaksi dua orang adiknya itu.

Diperjalanan menuju pemakaman, Jorge merengek ingin duduk di dekat jendela, sementara Caroline merengek untuk duduk di dekat Ana yang duduk di bangku depan disebelah Stephen. Rengekan dua anak itu membuat Albert kesal dan akhirnya marah. "Kalian bisa tidak diam?!" katanya kesal dan hal itu memperparah keadaan. Caroline dan Jorge menangis.

Dengan sigap, Christopher membujuk Caroline dan Eleanor menarik Jorge kepangkuannya. "Nah, sekarang kau bisa melihat ke luar, lihat disana ada sekelompok sapi!" Eleanor menunjuk ke segerombolan sapi yang sedang makan rumput.

Jorge dengan tiba-tiba diam dan memperhatikan apa saja yang berada diluar jendela. Matanya yang indah seperti mata ibunya memancarkan rasa gembira, beberapa menit kemudian ia mendekap Eleanor dan nafasnya mulai teratur.

"Dia mudah sekali tertidur." Kata Eleanor sembari mengelus kepalanya.

"Tahun depan, dia akan segera masuk ke daycare, aku tidak mungkin bisa mengasuhnya karna dapat dipastikan dua bayi ini sedikit merpotkan". Kata Natalie.

Eleanor menatap puncak kepala Jorge, terlintas wajah Shania yang begitu cantik saat menatap wajah si kecil yang satu ini. Jorge anak yang tampan tapi malang. Di usia beberapa hari, ia harus kehilangan Shania dan harus hidup menjadi anak piatu. Untungnya, Ana selalu ada dan sabar menjaganya.

"Dia bisa dititipkan pada kami." Christopher berbicara. Tanpa Eleanor duga kalimat itu akan meluncur dari mulutnya.

"Tidak perlu, dia sudah terlalu malang untuk berada jauh dariku." Sambung Stephen.

Sampai pada lokasi pemakaman tidak ada satupun yang berbicara untuk memecahkan keheningan yang diciptkan oleh Stephen dan Christopher di mobil. Di pemakaman, Ana menaburkan bunga yang jumlahnya sangat banyak, kemudian satu persatu menyapa ayah mereka.

"Ayah, aku mencintaimu." Bisik Christopher pada nisan yang hanya tertulis nama ayah mertuanya disana.

Ia ingat sekali saat ia mendengar bahwa pertunangan Stephen dan Eleanor batal dari mulut Leo. Betapa ia sangat senang saat itu, peluang terakhirnya besar dan ia berjanji takkan melepaskannya lagi. Ia ingat betapa Adam sangat membuka diri saat dirinya berkunjung untuk pertama kalinya kerumahnya di London sebagai kekasih resmi dan terakhir Eleanor. Masih segar diingatannya pesan-pesan yang ditinggalkan Adam sebelum ia meninggal, untuk selalu menjaga Eleanor.

Tepat pukul dua siang, mobil mereka meninggalkan pemakaman. Mata Eleanor dan Stephen memerah menahan tangis. Tahun depan, tidak ada lagi acara kunjungan ke pemakaman, tahun depan, tidak ada lagi Eleanor yang akan membisikkan cintanya dibatu nisan. Tidak ada lagi ayahnya yang perlu dikunjungi.

"Kapan kalian akan pulang?" itu Natalie yang bertanya.

"Lusa," jawab Christopher. "Maaf karna tidak bisa berlama-lama. Ujian akhir semester akan datang dan ada beberapa Project yang harus aku selesaikan."

Ana mengangguk, "Kau harus selalu jaga kesehatanmu. Omong-omong, kali ini laki-laki atau perempuan?"

Eleanor tersedak mendengar pertanyaan ibunya, ia segera mendelik pada Christopher yang menahan tawa.

"Maaf, aku tidak sengaja mendengarnya malam tadi." Sambung Ana.

"Aku mau laki-laki!" Albert menyambung. "Cukup dua perempuan saja di rumah." Ia menaikkan bahunya ngeri, membayangkan satu perempuan lagi yang mungkin akan mirip dengan sifat ibunya.

"Jangan suka menyambung percakapan orang dewasa!" Eleanor menjewer telinga putranya pelan.

Semua orang tertawa melihat Eleanor dan putranya kecuali Stephen. Ia membenci suasana ini, ia benci sekaligus bahagia saat Eleanor datang ke London. Ia benci saat ia melihat Eleanor dan mengingat masa lalu yang seberapa kuat pun ia ingin lupakan semakin melekat di ingatannya. Ia senang melihat Eleanor bahagia, dan lebih karna ia bisa melihat wajahnya.

Mengenyahkan itu dengan berdeham, Stephen membuka suara. "Natalie, boleh kah jika aku meminta Eleanor menamai salah satu bayi kita?"

Natalie diam, dia tidak ingin. Hanya dia yang boleh menamai anak mereka, tidak orang lain apalagi Eleanor. Itu lah yang ia rasakan dari hatinya yang paling dalam, tapi dengan cepat ia enyahkan, ia harus memulai kehidupan yang baik, ia harus kuat demi bisa membuat Stephen melupakan masa lalunya, mengubah perasaan cintanya pada Eleanor menjadi padanya.

"Tentu!" jawabnya kemudian.

Dan perjalanan menuju restoran itu dilalui dengan diam.

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 10, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RegenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang